Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Investigasi

Perlambang di Tubuh Lambang

29 September 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KEMATIAN Lambang diduga bukan akibat kecelakaan. Ada saksi mata yang mendengar teriakan minta tolong arkeolog ini. Teriakan tersebut menunjukkan kecelakaan pada Sabtu pagi itu tak mengakibatkan cedera yang menjadi penyebab kematian Lambang yang, menurut visum, akibat patahnya ruas tulang leher ke-2 serta ke-4 dan kerusakan sistem saraf pusat. Mengapa?

Ini soal bagaimana suara teriakan itu diproduksi. Jika kecelakaan tersebut membikin kedua ruas itu cedera, Lambang tak mungkin bisa berteriak minta tolong. Ini karena cedera tersebut segera melumpuhkan diafragma yang mengatur pernapasan dan produksi suara. Alhasil, seseorang diduga memuntir kepala Lambang segera setelah kecelakaan tersebut. Berikut ini temuan tim Tempo.

Rute Penghabisan

LAMBANG meninggal dalam perjalanan ke rumah, setelah menghadiri pesta perpisahan Wahyu Indrasana, sejawatnya yang pensiun sebagai Kepala Benteng Vrederburg.

PIYUNGAN, BANTUL

1. Menjelang subuh. Lambang meninggalkan rumah Wahyu mengendarai sepeda motor Honda Astrea 800.

2. Lampu merah ring road. Selepas lampu merah, Lambang berkendaraan sendirian.

3. Pukul 04.30. Lambang mengalami kecelakaan dan mungkin dibunuh. Bagaimana kecelakaan itu mungkin terjadi?

JEJAK REM
Jejak rem sepanjang 12 meter yang tak kontinu menunjukkan Lambang mengerem tiba-tiba. Bisa saja ini karena ia mengantuk. Namun, sejawat Lambang memastikan dia segar-bugar di pesta Wahyu. Bisa jadi pula, Lambang menginjak rem gara-gara perbuatan seseorang.

TERIAKAN LAMBANG
Lambang diduga langsung tersungkur ke parit (lebar 90 cm, dalam 60 cm) bersama sepeda motornya, sehingga jaket dan celananya tidak robek. Luka di kening dan pelipis diduga akibat terbentur tepi parit. Setelah jatuh, ia sempat minta tolong. Ini menunjukkan lehernya saat itu mungkin belum patah.

4. Saksi mata. Seorang pembantu rumah tangga, Erni, mendengar teriakan Lambang, tapi tak bisa melihatnya karena terhalang pagar dan tanaman. Jarak Erni-Lambang 7-10 meter.

5. Pukul 05.30. Mayat Lambang ditemukan warga. Hasil otopsi menunjukkan, Lambang ternyata mati karena patah leher. Siapa yang mematahkan lehernya?

Visum Lambang

TIM dokter forensik Rumah Sakit Dokter Sarjito mengotopsi Lambang selama 3 jam 50 menit, mulai pukul 13.05. Mereka menyimpulkan, kematian Lambang akibat kekerasan tumpul pada leher yang menyebabkan kerusakan ruas tulang kedua dan keempat serta kerusakan sistem saraf pusat.

Kepala

  • Rambut dan kulit kepala yang tertutup rambut tak mengalami kelainan.
  • Di bawah kulit kepala bagian sebelah kanan terdapat memar 7 x 6 sentimeter.
  • Ada bendungan pada pembuluh darah otak sebelah kiri, tanda bahwa ia mati lemas.

    Dahi Kanan
    Ada luka serius di bagian kening yang terlindung helm. Visum menyebutkan luka 5,5 sentimeter berbentuk huruf Y itu adalah luka iris, karena tepinya rata. Bisa akibat tepi parit, namun bisa supa berasal dari benda tajam yang sudah tidak tajam lagi.

    Pelipis Kanan.
    Luka lainnya di bagian yang tertutup helm adalah luka lecet geser berukuran 10 x 4 sentimeter disertai memar dan bengkak merah kehitaman.

    Tulang Selangka Kanan
    Luka lecet geser dikelilingi memar berukuran 0,5 x 0,5 sentimeter persegi.

    Pakaian
    Jaket kulit hitam mulus, tidak ada tanda-tanda bekas jatuh, seperti tergores atau sobek.

    Celana
    Jins biru mulus.

    Mata Kanan dan Kiri
    Perdarahan pada kelopak bagian atas dan dalam. Ini petunjuk bahwa korban mati cepat karena kekurangan oksigen akibat kerusakan ruas leher ke-2 dan ke-4 yang melumpuhkan sistem pernapasan.

    Mulut
    Gigi seri bawah sebelah kanan goyang.

    Punggung Tangan Kiri
    Luka lecet geser berukuran 5 x 5 sentimeter persegi.

    Lutut Kiri
    Luka lecet geser di sumbu tubuh berukuran 4 x 1,5 sentimeter persegi. Arah geseran tak disebutkan, meskipun ini penting untuk merekonstruksi cara Lambang terjatuh dari sepeda motornya.

    WAKTU KEMATIAN

    Otopsi dimulai pada pukul 13.05. Semua persendian tubuh Lambang sudah kaku kecuali jari telunjuk dan pergelangan kaki. Kondisi ”kaku tubuh” ini dipakai dokter forensik untuk memperkirakan saat kematian. Teorinya, mayat menjadi kaku sempurna 6-12 jam setelah meninggal. Makin hebat aktivitas korban sebelum meninggal, tubuh kian cepat kaku. Dari fakta ini, Lambang diperkirakan meninggal pukul 01.05-07.0. Setelah dikolaborasikan dengan kesaksian Erni, Wahyu, dan simulasi, Lambang diduga mati sekitar pukul 04.30.

    Mati Kecelakaan atau DiPUNTIR?

    Visum menyebutkan Lambang mati akibat patahnya tulang leher ke-2 dan ke-4 serta rusaknya sistem saraf di bagian itu. Cedera ini biasanya melumpuhkan sistem pernapasan dan—karena itu—produksi suara. Alhasil, jika kecelakaan itu yang membuat lehernya patah, Lambang mestinya tak bisa berteriak minta tolong.

    Tulang leher ke-2 dan ke-4 patah, sistem saraf yang mengendalikan pernapasan rusak.

    Dinding Leher Dalam

    Puntiran leher meninggalkan luka memar berukuran 13 x 6 sentimeter persegi.

    Sumber: wawancara, www.unitedspinal.org, dokumen-dokumen

  • Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    Image of Tempo
    Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
    • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
    • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
    • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
    • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
    • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
    Lihat Benefit Lainnya

    Image of Tempo

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    >
    Logo Tempo
    Unduh aplikasi Tempo
    download tempo from appstoredownload tempo from playstore
    Ikuti Media Sosial Kami
    © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
    Beranda Harian Mingguan Tempo Plus