Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KEMATIAN Lambang diduga bukan akibat kecelakaan. Ada saksi mata yang mendengar teriakan minta tolong arkeolog ini. Teriakan tersebut menunjukkan kecelakaan pada Sabtu pagi itu tak mengakibatkan cedera yang menjadi penyebab kematian Lambang yang, menurut visum, akibat patahnya ruas tulang leher ke-2 serta ke-4 dan kerusakan sistem saraf pusat. Mengapa?
Ini soal bagaimana suara teriakan itu diproduksi. Jika kecelakaan tersebut membikin kedua ruas itu cedera, Lambang tak mungkin bisa berteriak minta tolong. Ini karena cedera tersebut segera melumpuhkan diafragma yang mengatur pernapasan dan produksi suara. Alhasil, seseorang diduga memuntir kepala Lambang segera setelah kecelakaan tersebut. Berikut ini temuan tim Tempo.
Rute Penghabisan
LAMBANG meninggal dalam perjalanan ke rumah, setelah menghadiri pesta perpisahan Wahyu Indrasana, sejawatnya yang pensiun sebagai Kepala Benteng Vrederburg.
PIYUNGAN, BANTUL
1. Menjelang subuh. Lambang meninggalkan rumah Wahyu mengendarai sepeda motor Honda Astrea 800.
2. Lampu merah ring road. Selepas lampu merah, Lambang berkendaraan sendirian.
3. Pukul 04.30. Lambang mengalami kecelakaan dan mungkin dibunuh. Bagaimana kecelakaan itu mungkin terjadi?
JEJAK REM
Jejak rem sepanjang 12 meter yang tak kontinu menunjukkan Lambang mengerem tiba-tiba. Bisa saja ini karena ia mengantuk. Namun, sejawat Lambang memastikan dia segar-bugar di pesta Wahyu. Bisa jadi pula, Lambang menginjak rem gara-gara perbuatan seseorang.
TERIAKAN LAMBANG
Lambang diduga langsung tersungkur ke parit (lebar 90 cm, dalam 60 cm) bersama sepeda motornya, sehingga jaket dan celananya tidak robek. Luka di kening dan pelipis diduga akibat terbentur tepi parit. Setelah jatuh, ia sempat minta tolong. Ini menunjukkan lehernya saat itu mungkin belum patah.
4. Saksi mata. Seorang pembantu rumah tangga, Erni, mendengar teriakan Lambang, tapi tak bisa melihatnya karena terhalang pagar dan tanaman. Jarak Erni-Lambang 7-10 meter.
5. Pukul 05.30. Mayat Lambang ditemukan warga. Hasil otopsi menunjukkan, Lambang ternyata mati karena patah leher. Siapa yang mematahkan lehernya?
Visum Lambang
TIM dokter forensik Rumah Sakit Dokter Sarjito mengotopsi Lambang selama 3 jam 50 menit, mulai pukul 13.05. Mereka menyimpulkan, kematian Lambang akibat kekerasan tumpul pada leher yang menyebabkan kerusakan ruas tulang kedua dan keempat serta kerusakan sistem saraf pusat.
Kepala
Dahi Kanan
Ada luka serius di bagian kening yang terlindung helm. Visum menyebutkan luka 5,5 sentimeter berbentuk huruf Y itu adalah luka iris, karena tepinya rata. Bisa akibat tepi parit, namun bisa supa berasal dari benda tajam yang sudah tidak tajam lagi.
Pelipis Kanan.
Luka lainnya di bagian yang tertutup helm adalah luka lecet geser berukuran 10 x 4 sentimeter disertai memar dan bengkak merah kehitaman.
Tulang Selangka Kanan
Luka lecet geser dikelilingi memar berukuran 0,5 x 0,5 sentimeter persegi.
Pakaian
Jaket kulit hitam mulus, tidak ada tanda-tanda bekas jatuh, seperti tergores atau sobek.
Celana
Jins biru mulus.
Mata Kanan dan Kiri
Perdarahan pada kelopak bagian atas dan dalam. Ini petunjuk bahwa korban mati cepat karena kekurangan oksigen akibat kerusakan ruas leher ke-2 dan ke-4 yang melumpuhkan sistem pernapasan.
Mulut
Gigi seri bawah sebelah kanan goyang.
Punggung Tangan Kiri
Luka lecet geser berukuran 5 x 5 sentimeter persegi.
Lutut Kiri
Luka lecet geser di sumbu tubuh berukuran 4 x 1,5 sentimeter persegi. Arah geseran tak disebutkan, meskipun ini penting untuk merekonstruksi cara Lambang terjatuh dari sepeda motornya.
WAKTU KEMATIAN
Otopsi dimulai pada pukul 13.05. Semua persendian tubuh Lambang sudah kaku kecuali jari telunjuk dan pergelangan kaki. Kondisi ”kaku tubuh” ini dipakai dokter forensik untuk memperkirakan saat kematian. Teorinya, mayat menjadi kaku sempurna 6-12 jam setelah meninggal. Makin hebat aktivitas korban sebelum meninggal, tubuh kian cepat kaku. Dari fakta ini, Lambang diperkirakan meninggal pukul 01.05-07.0. Setelah dikolaborasikan dengan kesaksian Erni, Wahyu, dan simulasi, Lambang diduga mati sekitar pukul 04.30.
Mati Kecelakaan atau DiPUNTIR?
Visum menyebutkan Lambang mati akibat patahnya tulang leher ke-2 dan ke-4 serta rusaknya sistem saraf di bagian itu. Cedera ini biasanya melumpuhkan sistem pernapasan dan—karena itu—produksi suara. Alhasil, jika kecelakaan itu yang membuat lehernya patah, Lambang mestinya tak bisa berteriak minta tolong.
Tulang leher ke-2 dan ke-4 patah, sistem saraf yang mengendalikan pernapasan rusak.
Dinding Leher Dalam
Puntiran leher meninggalkan luka memar berukuran 13 x 6 sentimeter persegi.
Sumber: wawancara, www.unitedspinal.org, dokumen-dokumen
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo