DI Kairo pertengahan pekan lalu, Wakil Presiden Mesir, Hosni
Mubarak, menjelaskan: "Penengahan Mesir telah meredakan konflik
Maroko-Aljazair mengenai Sahara Barat dan sekaligus meletakkan
landasan bagi kedua negara untuk berunding langsung" Kesimpulan
pembesar Mesir ini dicapainya setelah selama 6 kali melakukan
misi damai bolak-balik Rabat-Aljir hanya beberapa saat setelah
terlibatnya kedua negara Arah Afrika Utara tersebut pada
sengketa berdarah di Sahara Barat Di oase Amlaga, tempat
pertempuran itu berlangsung, Aljazair mengaku menewaskan 400
tentara Maroko Sedang Maroko mengaku membunuh 200 pasukan
Aljazair dan menawan 100 orang. "Tapi pertumpahan darah itu
telah berhenti ketika saya di sana", kata Hosni Mubarak.
Sebelum dan selama Hosni menjalankan diplomasi bolak-baliknya
--macam yang dilakukan Kissinger di Timur Tengah dulu --
sejumlah diplomat dan pembesar Arab lainnya juga melakukan hal
yang sama. Menlu Arab Saudi, Presiden Sudan dan Sekjen Persatuan
Afrika juga tidak tinggal diam. Presiden Jafar Numeiri mengirim
utusan penting, Menlu Pangeran Saud terbang sendiri dari Arab
Saudi dan Eteki Mboumoua meninggalkan buat sementara soal Angola
yang sejak lama jadi topik rumit buat OAU. Tapi yang boleh
berbangga dari Berbagai usaha damai itu nampaknya barulah
Mesir "Itu adalah akibat kerja keras yang terus menerus didukung
lewat hubungan langsung Presiden Sadat dengan Raja Hasan dan
Boumedienne", kata sebuah sumber diplomatik di Kairo Konon usaha
keras Mesir didorong oleh keberhasilan Suriah menciptakan damai
di Libanon. Sikap kurang aktif Mesir terhadap pertumpahan darah
di Beirut itu telah menjadi alasan bagi Suriah -- yang kini
hubungannya kurang baik dengan Kairo -- untuk menuduh Mesir
"hanya memikirkan diri sendiri".
Tawaran Maroko
Sebelum semua hasil diplomasi Hosni Mubarak terungkap, dari
Rabat tersiar pernyataan pihak Maroko Sembari memuji misi damai
Mesir, Radio Maroko pertengahan pekan silam menyiarkan sikap
pemerintahnya yang "menentang tawar-menawar apa pun dan tak
bersedia memberikan konsesi apa pun" Penjelasan terhadap sikap
keras ini dengan mudah didapatkan dalam rentetan berita yang
sama Maroko mendesak agar seluruh tentara Aljazair yang masih
berada di wilayah Sahara Barat -- akibat dari serangan terhadap
oase Amlaga dua pekan silam -- supaya ditarik. Dan bahwa
pertemuan tingkat apa pun yang akan berlangsung antara Maroko
dan Aljazair, soal status Sahara Barat sekarang ini tidak akan
diganggu gugat lagi Wilayah Sahara Barat yang sejak lama
dijajah Spanyol itu, menurut pihak Maroko, telah menyatakan diri
bersedia dibagi dua oleh Mauritania dan Maroko lewat sebuah
plebisit di bulan Nopember tahun silam "70 persen dari Jamaah
(semacam Majelis Perwakilan) mendukung pembagian itu", kata
sebuah sumber Maroko.
Aljazair yang sejak lama membantu gerilyawan Polisario yang
bergerak dalam wilayah Sahara Barat, tentu saja tidak mau tahu
kesepakatan Mauritania Maroko dan Spanyol itu. Koran setengah
resmi di Aljir, Al Moujahid, Kamis pekan silam menulis: "Setiap
usaha kompromi yang tidak memperhatikan hasrat-hasrat penduduk
asli Sahara, pasti akan menemui kegagalan". Dengan nada yang
keras, koran ini juga menulis: "Tidak ada satu keputusan pun
yang boleh diambil terhadap bekas jajahan Spanyol itu kecuali
penentuan nasib sendiri" Sembari berpendapat demikian, pihak
Aljazair dengan terang-terangan menilai usaha-usaha damai dari
pihak Arab sebagai hanya "dekorasi diplomatik".
Dalam keadaan tak berketentuan seperti ini, sulit membayangkan
bentuk pertemuan pemimpin Aljazair dan Maroko sebagai yang
diharapkan oleh pihak Mesir. Tapi melihat betapa optimisnya
Hosni Mubarak, menarik juga untuk menanti kelanjutan usaha
diplomasinya Sementara menanti itu, terbetik berita dari Rabat
mengenai tawaran Maroko untuk membantu Aljazair membangun jalan
kereta api yang memotong Sahara Barat ke lautan Atlantik. Belum
ada jawaban dari Aljir Namun tawaran itu jelas telah menyentuh
akar dari sengketa. Lepas dari segala macam alasan politis dan
sejarah, sesungguhnya akar sengketa di Sahara itu adalah fosfat
dan letak geografis bekas jajahan Spanyol itu (lihat box)
Maroko sangat butuh fosfatnya sedang Aljazair, selain fosfat
juga menilai Sahara Barat sebagai jalan pintas ke lautan
Alantik.
Tawaran Maroko itu dinilai oleh para peninjau sebagai pertanda
bahwa kompromi yang bisa dicapai oleh negara Arab yang lagi
bertikai itu nampaknya hanya hisa dicapai jika mereka secara
langsung berbicara tentang apa sebenarnya yang mereka harapkan
dari Sahara Barat itu Dan bisakah mereka bagi rezeki peninggalan
Spanyol itu'? Kalau tidak, maka akan berkepanjanganlah
pertumpahan darah di antara mereka yang sebenarnya sama-sama
lebih memikirkan kepentingan mereka dari pada nasib penduduk
asli Sahara yang kebanyakan masih terkebelakang itu. Dan perang
yang mungkin terjadi di sana. Akan lebih seru lagi jika Libya
betul- betul akan menganggap bahwa "setiap serangan terhadap
Aljazair adalah juga serangan terhadap kamia". Sebagai yang
mereka sepakati bersama bulan silam. Sebuah berita menyebut
bahwa jet-jet Mirage Libya kini telah disiapsiagakan untuk
membantu Aljazair.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini