DESAS-DESUS tentang pamitnya Letjen H. Dr. Ibnu Sutowo sebagai
Direktur Utama PN Pertamina baru-baru, ini menjadi bahan
spekulasi beberapa koran luar negeri. Mengutip siaran Radio
Singapura pertengahan bulan lalu, koran New Nation dan Sunday
Times dari Singapura menurunkan berita tentang akan berhentinya
pimpinan Pertamina itu. Berita ini -- tanpa menyebutkan
sumbernya -- cepat dibantah oleh Humas Pertamina. Tapi di awal
Pebruari kemarin, spekulasi serupa kembali muncul ketika sang
Dirut Pertamina ambil cuti untuk berobat ke luar negeri. Ia
mewakilkan tugas sehari-hari kepada ir Wijarso, Direktur
Direktorat Migas yang sejak beberapa waktu lalu juga duduk
sebagai Direktur Umum PN Pertamina. Sekalipun soal cuti sakit
itu merupakan hal yang tidak luar biasa, kejadian itu agaknya
menarik perhatian ketika Kompas 2' Pebruari lalu memberitakan
bahwa 'surat kuasa Direktur Utama itu dibuat dengan tembusan
kepada Presiden RI Ketua Dewan Komisaris, para direktur
kepala-kepala divisi, kepala-kepala dinas serta pimpinan unit
Pertamina di seluruh Indonesia".
Tapi kalangan Pertamina yang kemudian diperkuat dengan jawaban
Menpen Mashuri atas pertanyaan pers menegaskan bahwa surat kuasa
dengan tembusan sebanyak itu adalah suatu kebiasaan. Marah
Junus, Ka Humas Pertamina, kemudian menjelaskan bahwa Ibnu
Sutowo " dalam waktu dekat akan kembali ke tanah air untuk
menyelesaikan tugasnya seperti biasa". Nah, yang barangkali
tidak biasa adalh bahwa surat kuasa itu kali ini diberikan
kepada Wijarso. " Sebelumnya surat kuasa seperti itu biasanya
diberikan kepada Pak Anondo" kata sebuah sumber Pertamina."
adapun pertimbangannya karena Anondo dianggap yang paling
senior,baik umur maupun masa jabatan". Ir Anond tadinya adalah
direktur keuangan Pertamina , yang kini diganti oleh Mayjen Piet
Haryono, Dirjen Anggaran Departemen Keuangan.
Sementara itu Direktur Umum (Dirum) Wijarso sendiri tak
terdengar keterangan langsung. Tapi beberapa kalangan yang
dekat dengan Pertamina tidak heran mengapa Wijarso yang ditunjuk
Ibnu Sutowo. "Dia termasuk salah seorang yang terdekat dengan
Dirut". kata sebuah sumber. "Hanya sekarang ia diserahi tugas resmi
sebagai penanggungjawab". Dalam wawancara khusus dengan TEMPO
beberapa waktu lalu Ibnu Sutowo juga ada mengatakan bahwa
Wijarso "sudah cukup menguasai persoalan (ingewerk) dalam
Pertamina" Jabatannya sebagai Direktur Umum mencakup berbagai
bidang ke dalam dan ke luar, sesuai dengan Keppres 44. Sarjana
tehnik kimia lulusan GAMA itu,46 tahun, sejak lama mengenal
Ibnu Sutowo dari dekat. Di tahun 1965, ketika almarhum Chairul
Saleh menjadi orang pertama di Deperdatam, adalah Wijarso yang
menjadi pembantu Menteri II Departemen Urusan Minyak dan Gas
Bumi yang ketika itu dipegang Dr Ibnu Sutowo.
Pertimbangan Lain
Adalah terlalu pagi untuk kemudian mengkaitkan kedudukan Dirum
Pertamina itu sebagai pengganti Dirut Ibnu Sutowo. Sebab Ibnu
Sutowo, seperti ditegaskan Menpen Mashuri dan Marah Junus dalam
waktu dekat akan kembali menjalankan tugasnya sehari-hari
sebagai Dirut. Juga urusan penggantian pucuk pimpinan perusahaan
minyak negara itu agaknya tidak melulu didasarkan pada satu
pertimbangan. "Tapi ada pertimbangan-pertimbangan lain" kata
seorang pejabat. "Ya yang menyangkut politis, juga pertimbangan
keamanan". Mungkin itu pula sebabnya ketika Brigjen Junus --
Ketua Tri Usaha Bhakti dan bekas Dirut Pertamina -- melapor pada
Presiden di Bina Graha beberapa waktu lalu, timbul kesan
seakan-akan veteran dunia minyak Indonesia itulah, yang akan
kembali tampil, kalau waktunya tiba Selama lO tahun sebagai
orang pertama PN Pertamin, Brigjen Junus dulu memang terkenal
sebagai orang yang pandai dalam urusan distribusi dan penjualan
minyak ke luar negeri. Sama halnya dengan Ibnu Sutowo, seorang
sumber minyak asing yang mengenalnya berpendapat "dia termasuk
negosiator yang tangguh".
Sekalipun begitu, atas pertanyaan pers. Brigjen Junus yang hadir
seorang diri di Bina Graha mengatakan, pertemuannya dengan
Presiden adalah untuk bicara soal "ekspor kayu ke Korea
Selatan".
Sementara itu, Ibnu Sutowo yang kabarnya lagi istirahat di Los
Angeles AS selama tiga minggu itu konon mulai berkemas-kemas di
kota pantai barat California itu. Bukan untuk berhenti. Tapi
untuk kembali ke Jakarta pertengahan bulan ini jugs sembari
singgah dulu di Manila ikut sebuah turnamen golf bersama
orang-orang penting disana.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini