Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Lantaran Ibnu Sutowo Lagi Cuti

Gara-gara cuti, timbul desas-desus tentang ibnu sutowo yang akan berhenti sebagai pimpinan pertamina. ibnu berobat ke luar negeri. ia mewakilkan tugas sehari-hari kepada ir. wijarso. (nas)

14 Februari 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DESAS-DESUS tentang pamitnya Letjen H. Dr. Ibnu Sutowo sebagai Direktur Utama PN Pertamina baru-baru, ini menjadi bahan spekulasi beberapa koran luar negeri. Mengutip siaran Radio Singapura pertengahan bulan lalu, koran New Nation dan Sunday Times dari Singapura menurunkan berita tentang akan berhentinya pimpinan Pertamina itu. Berita ini -- tanpa menyebutkan sumbernya -- cepat dibantah oleh Humas Pertamina. Tapi di awal Pebruari kemarin, spekulasi serupa kembali muncul ketika sang Dirut Pertamina ambil cuti untuk berobat ke luar negeri. Ia mewakilkan tugas sehari-hari kepada ir Wijarso, Direktur Direktorat Migas yang sejak beberapa waktu lalu juga duduk sebagai Direktur Umum PN Pertamina. Sekalipun soal cuti sakit itu merupakan hal yang tidak luar biasa, kejadian itu agaknya menarik perhatian ketika Kompas 2' Pebruari lalu memberitakan bahwa 'surat kuasa Direktur Utama itu dibuat dengan tembusan kepada Presiden RI Ketua Dewan Komisaris, para direktur kepala-kepala divisi, kepala-kepala dinas serta pimpinan unit Pertamina di seluruh Indonesia". Tapi kalangan Pertamina yang kemudian diperkuat dengan jawaban Menpen Mashuri atas pertanyaan pers menegaskan bahwa surat kuasa dengan tembusan sebanyak itu adalah suatu kebiasaan. Marah Junus, Ka Humas Pertamina, kemudian menjelaskan bahwa Ibnu Sutowo " dalam waktu dekat akan kembali ke tanah air untuk menyelesaikan tugasnya seperti biasa". Nah, yang barangkali tidak biasa adalh bahwa surat kuasa itu kali ini diberikan kepada Wijarso. " Sebelumnya surat kuasa seperti itu biasanya diberikan kepada Pak Anondo" kata sebuah sumber Pertamina." adapun pertimbangannya karena Anondo dianggap yang paling senior,baik umur maupun masa jabatan". Ir Anond tadinya adalah direktur keuangan Pertamina , yang kini diganti oleh Mayjen Piet Haryono, Dirjen Anggaran Departemen Keuangan. Sementara itu Direktur Umum (Dirum) Wijarso sendiri tak terdengar keterangan langsung. Tapi beberapa kalangan yang dekat dengan Pertamina tidak heran mengapa Wijarso yang ditunjuk Ibnu Sutowo. "Dia termasuk salah seorang yang terdekat dengan Dirut". kata sebuah sumber. "Hanya sekarang ia diserahi tugas resmi sebagai penanggungjawab". Dalam wawancara khusus dengan TEMPO beberapa waktu lalu Ibnu Sutowo juga ada mengatakan bahwa Wijarso "sudah cukup menguasai persoalan (ingewerk) dalam Pertamina" Jabatannya sebagai Direktur Umum mencakup berbagai bidang ke dalam dan ke luar, sesuai dengan Keppres 44. Sarjana tehnik kimia lulusan GAMA itu,46 tahun, sejak lama mengenal Ibnu Sutowo dari dekat. Di tahun 1965, ketika almarhum Chairul Saleh menjadi orang pertama di Deperdatam, adalah Wijarso yang menjadi pembantu Menteri II Departemen Urusan Minyak dan Gas Bumi yang ketika itu dipegang Dr Ibnu Sutowo. Pertimbangan Lain Adalah terlalu pagi untuk kemudian mengkaitkan kedudukan Dirum Pertamina itu sebagai pengganti Dirut Ibnu Sutowo. Sebab Ibnu Sutowo, seperti ditegaskan Menpen Mashuri dan Marah Junus dalam waktu dekat akan kembali menjalankan tugasnya sehari-hari sebagai Dirut. Juga urusan penggantian pucuk pimpinan perusahaan minyak negara itu agaknya tidak melulu didasarkan pada satu pertimbangan. "Tapi ada pertimbangan-pertimbangan lain" kata seorang pejabat. "Ya yang menyangkut politis, juga pertimbangan keamanan". Mungkin itu pula sebabnya ketika Brigjen Junus -- Ketua Tri Usaha Bhakti dan bekas Dirut Pertamina -- melapor pada Presiden di Bina Graha beberapa waktu lalu, timbul kesan seakan-akan veteran dunia minyak Indonesia itulah, yang akan kembali tampil, kalau waktunya tiba Selama lO tahun sebagai orang pertama PN Pertamin, Brigjen Junus dulu memang terkenal sebagai orang yang pandai dalam urusan distribusi dan penjualan minyak ke luar negeri. Sama halnya dengan Ibnu Sutowo, seorang sumber minyak asing yang mengenalnya berpendapat "dia termasuk negosiator yang tangguh". Sekalipun begitu, atas pertanyaan pers. Brigjen Junus yang hadir seorang diri di Bina Graha mengatakan, pertemuannya dengan Presiden adalah untuk bicara soal "ekspor kayu ke Korea Selatan". Sementara itu, Ibnu Sutowo yang kabarnya lagi istirahat di Los Angeles AS selama tiga minggu itu konon mulai berkemas-kemas di kota pantai barat California itu. Bukan untuk berhenti. Tapi untuk kembali ke Jakarta pertengahan bulan ini jugs sembari singgah dulu di Manila ikut sebuah turnamen golf bersama orang-orang penting disana.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus