Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Investigasi

Siska Nur Azizah: Di Telegram Saya Belajar Negara Islam

HANYA kedua matanya yang terlihat. Seluruh tubuh Siska Nur Azizah tertutup kain hitam.

27 Mei 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HANYA kedua matanya yang terlihat. Seluruh tubuh Siska Nur Azizah tertutup kain hitam. Perempuan 21 tahun ini bikin geger karena ditangkap di Markas Komando Brigade Mobil di Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, pada Sabtu tiga pekan lalu. Detasemen Khusus Antiteror menuduhnya hendak menyerang polisi sebagai balas dendam kematian narapidana teroris sehari sebelumnya. Ia ditangkap bersama temannya, Dita Siska Millenia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kepada Tempo pada Selasa pekan lalu, gadis asal Ciamis yang sehari-hari kuliah di Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, dan berjualan gamis ini menceritakan bagaimana ia sampai ke Markas Brimob dan bagaimana pemahamannya tentang agama, di sebuah markas polisi di Jakarta. Ia mengidolakan pemimpin Jamaah Ansharud Daulah, Aman Abdurrahman, yang meredam kerusuhan di Brimob dan divonis mati karena didakwa sebagai dalang terorisme. "Dia orang yang lembut," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Apa sebenarnya yang hendak Anda lakukan di Brimob?

Membantu ikhwan-ikhwan. Saya dengar di berita, pasokan makanan mereka disetop. Saya ingin membawakan makanan. Saya lihat di Instagram, di media, ada yang bilang mereka sudah dipindahkan ke Nusakambangan. Saya enggak percaya.

Kenapa?

Saya baca buku budaya media dan saya enggak percaya pada media.

Anda setuju mereka yang ada di Mako Brimob itu teroris?

Enggak. Apa sih pengertian teroris? Apakah Anda takut ketemu ikhwan di sana? Apakah takut ketemu saya? Ustad Aman itu lembut banget.

Pernah bertemu dengan Aman?

Belum. Dengar ceramahnya saja.

Polisi menuduh Anda hendak menyerang karena ada gunting di tas.

Sebelum ke sana, saya ikut silaturahmi tim jambore, lalu bikin kado nyenengin anak yatim. Habis bikin kado, terus kuliah, langsung berangkat karena ada ajakan di channel Telegram ke Mako Brimob. Tas enggak sempat saya rapihin.

Apa nama channel di Telegram?

"Turn Back Crime". Di sana banyak dibagikan informasi soal Islam, fikih, tauhid, manhaj, akidah, akhlak.

Ada soal ISIS dan jihad?

Sesekali.

Anda sudah dibaiat menjadi anggota ISIS?

Bukan ISIS (Islamic State of Iraq and Syria), tapi IS (Islamic State). Saya belum dibaiat. Tapi saya sudah mempelajarinya. (Kepada polisi yang memeriksanya setelah dia ditangkap, Siska mengaku sudah dibaiat dengan membacakan pesan baiat lewat telepon seluler.)

Sejak kapan mempelajari ISIS?

Saat semester pendek, ada mata kuliah tiga SKS yang membahas kejelekan Abu Bakar al-Baghdadi (pemimpin ISIS). Ada videonya juga. Ada pernyataan bahwa ISIS buatan Amerika dan Israel. Saya pusing, enggak tahu ISIS itu apa. Dosen saya menyimpulkan ISIS itu jahat. Saya ajak teman untuk berdiskusi, tapi mereka enggak mau membahas soal itu. Katanya berat. Akhirnya, saya belajar sendiri dari Internet. Karena saya memakai browser Opera ME dan sudah mencari soal ISIS, timeline saya jadi soal ISIS semua.

Anda setuju terhadap gerakan ISIS?

Awalnya menakutkan. Paling ngeri katanya perempuan diperkosa. Saya sempat tak mencari lagi informasi soal ISIS, lalu mengenal situs Metromini News. (Isi situs ini mengajak menegakkan khilafah dan Daulah Islamiyah-Red.). Ternyata banyak soal IS yang tidak benar, khususnya soal pemerkosaan itu.

Menurut Anda, ISIS memperjuangkan apa?

Menerapkan (syariah). Di Daulah Islam, sesuai dengan perintah Rasul dan Abu Bakar, lesbian-gay-biseksual-transgender itu hukumnya, kalau bukan dilempar dari tiang yang tinggi, dibakar, menurut Quran dan sunah.

Patut diterapkan di Indonesia?

Tidak tahu.

Anda tak setuju demokrasi?

Demokrasi itu lingkaran setan. Ketika kita ingin membersihkan kotoran babi, kita harus kotor dulu karena nyemplung. Saat itu, ada tarik-menarik. Karena sistemnya seperti itu, walhasil kita jadi ikut kotor. Misalnya, Menteri Agama ingin hukum rajam bagi pezina. Dia harus datang ke legislatif dulu. Kalau legislatif menolak, dia tidak bisa berbuat apa-apa.

Anda ingin datang ke wilayah IS?

Enggak, sih.

Dengan Dita Siska Millenia sering mengobrol soal IS?

Tidak terfokus ke soal IS. Kami lebih fokus belajar. Ya, soal Islamic State itu kayak apa sih. Kalau apa yang Rasul ajarkan memang sesuai (dengan IS), why not? Tapi jarang bahas IS.

Anda ikut pengajian?

Awal kuliah pernah ikut pengajian di kampus, lalu pengajian di sekitar Bandung, lalu berhenti di semester ketiga.

Katanya sempat ikut Negara Islam Indonesia Komandemen Wilayah 9?

Waktu saya diperiksa Densus, mereka memaksa bilang itu NII. Saya bilang, saya enggak tahu namanya apa. Gurunya saja sangat benci NII, jadi saya rasa itu bukan NII.
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus