Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Bertempur di delta yang subur

Salah satu program mendesak untuk vietnam adalah perbaikan irigasi di sepanjang sungai mekong, terutama di wilayah delta yang subur. untuk mengatasi kritis pangan, akibat perang vietnam-kamboja.

21 Januari 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DALAM konperensi Jenewa tahun 1954 mengenai masalah Indocina, salah satu masalah yang sulit dipecahkan adalah tuntutan Vietnam Utara, agar konperensi mengakui adanya wakil dari kaum komunis Kamboja di samping utusan pemerintahan Sihanouk. Usul ini, yang dikemukakan oleh delegasi Vietnam, Pham Van Dong (sekarang Perdana Menteri Vietnam yang bersatu) ditolak konperensi. Dari konperensi inilah netralitas Kamboja mendapat pengakuan internasional. Sangat menonjol waktu itu adalah peranan Chou En Lai, Perdana Menteri RRT, yang ikut mendesak Vietnam Utara agar menerima Sihanouk sebagai satu-satunya pemerintahan yang sah di Kamboja. Contoh di atas merupakan ilustrasi betapa dalamnya pertentangan antara dua tetangga, Kamboja dan Vietnam. Pertentangan itu melampaui persamaan ideologi resmi yang mereka miliki sekarang. Pertentangan ini merupakan warisan sejarah dan melibatkan perbedaan kebudayaan serta pengalaman masing-masing negara. Bagian selatan Vietnam sekarang, yang dulunya disebut Cochin Cina sampai pertengahan abad ke-18 sebagian besar masih merupakan wilayah Kamboja, yang kemudian dikuasai oleh Vietnam pada masa dinasti Nguyen. Sampai sekarang masih ada sekitar tiga perempat juta penduduk berbangsa Kamboja yang lazimnya disebut Kampuchea Crom atau Khmer Krom. Sebagai minoritas, perlakuan terhadap mereka seringkali menimbulkan protes dari penguasa di Phnom Penh. Cao Ky Vs Lon Nol Sebaliknya, di Kamboja juga terdapat minoritas orang Vietnam. Mula-mula mereka datang sebagai pedagang dan pegawai kolonial Perancis. Jumlahnya antara 400 sampai 450 ribu orang, umumnya tinggal di Phnom Penh dan di propinsi-propinsi yang berbatasan dengan Vietnam bagian selatan. Rejim-rejim di Saigon seringkali melakukan perembesan ke Kamboja dengan alasan melindungi orang-orang Vietnam yang tertindas. Pertentangan rasial misalnya terjadi pada masa pemerintahan Lon Nol, segera setelah kudeta bulan Maret 1970. Ribuan orang Vietnam dibunuh tentara Lon Nol sehingga Marsekal Nguyen Cao Ky memimpin sendiri divisi tentaranya untuk "mengakhiri pembantaian terhadap orang-orang Vietnam." Hanyalah dengan desakan Amerika Serikat, sisa-sisa tentara Ky sebanyak 25 ribu orang yang masih tinggal, bisa disuruh keluar dari Kamboja. Karena pertentangan dengan tetangganya ini, politik luarnegeri Kamboja didasarkan pada usaha mencari sekutu negara agak besar tapi yang tidak berbatasan dengannya. Pada masa Sihanouk, sahabat Kamboja adalah RRT, India dan Indonesia. Pada masa Lon Nol, sahabatnya adalah Indonesia, di samping Amerika Serikat, yang melihat Kamboja sebagai bagian dari politiknya di Vietnam. Pada masa sekarang, sekutu Kamboja terdekat adalah RRT kembali. Walaupun sama-sama komunis, kemenangan Khieu Samphan dan kawan-kawannya di Kamboja tidak banyak bergantung pada bantuan Vietnam. Ini berbeda dengan Laos, yang memerlukan suplai dari Hanoi untuk persenjataannya, terutama pada akhir 1960-an dan pada awal 1970-an. Kaum komunis Kamboja lebih independen dan mencerminkan revolusi petani yang sederhana. Pimpinan partai komunis Kamboja memperoleh pendidikan politiknya di Paris dan hutan-hutan Kamboja, karena tidak pernah menjadi bagian dari bekas Partai Komunis Indocina yang didirikan Ho Chi Minh pada tahun 1930-an. Tak Ada Yang Membela Akibatnya, Vietnam juga tidak dapat berharap banyak dari rejim Phnom Penh untuk kerjasama yang diperlukan sekarang. Salahsatu program mendesak untuk Vietnam adalah perbaikan irigasi di sepanjang sungai Mekong, terutama di wilayah delta yang subur itu, untuk mengatasi krisis pangan. Muangthai dan Laos sudah setuju terhadap program tersebut, yang akan dibiayai oleh badan-badan internasional. Tapi Kamboja tetap menolak, sebagian mungkin karena sentimen lama hahwa delta yang subur itu dulunya adalah wilayah Kamboja. Tanpa kerjasama Kamboja, program semacam itu akan sulit terlaksana, karena sungai Mekong juga melewati Kamboja, untuk kemudian mengalir melalui propinsi yang berbatasan dengan Vietnam. Di propinsi-propinsi inilah pertempuran sekarang berlangsung, yakni di propinsi Svay Rieng dan Prey Veng di daerah aliran sungai Mekong. Pertempuran-pertempuran sekarang membenarkan pengalaman sejarah bahwa apapun ideologinya, kedua negara tetangga tersebut akan tetap jadi musuh. Ironisnya, di tengah-tengah invasi Vietnam sekarang, tidak ada satu suarapun yang membela integritas Kamboja, karena politik dalam negeri Khieu Samphan dkk telah membuat pengecam-pengecamnya menjadi tidak perduli dengan nasib negara kecil yang diserbu itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus