Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Burma: koalisi tiga generasi

Pelaksanaan pemerintah burma pimpinan ne win dijalankan oleh 3 generasi. generasi sebelum pd ii, generasi pejuang kemerdekaan. akhir th 1940 dan generasi setelah kemerdekaan. tercipta sosialisme burma.

3 September 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BURMA di bawah Ne Win mencerminkan suatu usaha dimana tiga generasi secara bersama menjalankan pemerintahan. Ketiga generasi tersebut adalah generasi sebelum perang dunia II dari Jenderal Ne Win dan teman-temannya, generasi pejuang kemerdekaan pada akhir tahun 1940-an dan generasi setelah kemerdekaan. Generasi Ne Win pada dasarnya menguasai kepemimpinan politik, bidan,g-bidang pemerintahan banyak di tangan generasi 1940-an dan eselon-eselon kedua dalam partai, militer dan birokrasi sudah banyak di tangan generasi muda setelah kemerdekaan. Kepemimpinan politik di tangan Jendeal Ne Win sudah berlangsung sejak kudeta tahun 1962. Tetapi, pada hakekatnya, generasi Ne Win sudah sejak tahun 1930-an aktif dalam perjuangan kemerdekaan Burma. Bahkan Ne Win sendiri aktif dalam gerakan kaum Thakin pada akhir 1930-an serta dalam kegiatan kemerdekaan di kalangan mahasiswa-mahasiswa Universitas Rangoon sebelumnya. Ide-ide mereka tentang Burma setelah merdeka banyak digodok pada masa-masa tersebut. Ketika Jepang mendidik perwira-perwira militer Burma (sebagai persiapan untuk pendudukan mereka) di Hainan, yang dipilih adalah pemuda-pemuda yang sudah aktif dalam politik ini. Pimpinanmereka adalah Aung San, yang dikenal sehagai Bapak Burma. Ne Win (ini adalah nama yang dipilihnya waktu di pulau Hainan) adalah orang kedua setelah Aung San. Mereka semuanya berjumlah tigapuluh orang, lazim dipanggil "Teman-teman Tigapuluh". Setelah kembali ke Burma, mereka menjadi inti pimpinan tentara kemerdekaan Burma, baik di zaman Jepang maupun setelah Inggeris kembali setelah berakhirnya perang dunia II. Persatuan Burma waktu itu banyak berpusat pada pribadi Aung San. Beliau adalah pendiri partai Anti Fasis sekaligus sebagai pimpinan dari tentara Burma. Dengan begitu, aspirasi politik dari "grup tigapuluh" dapat diwakilkan pada Aung San, pimpinan dari grup itu sendiri. Terbunuhnya Aung San pada bulan-bulan pertama pembentukan Burma benar-benar merupakan kehilangan tanpa ganti bagi negara baru tersebut. Yang jelas adalah terasingnya pihak militer dari kegiatan politik, yang setelah itu berada di tangan politisi-politisi sipil. Walaupun ada politisi sipil yang berasal dari generasi 1930-an, tapi "grup tigapuluh" samasekali tidak aktif selama masa demokrasi parlementer tersebut. Selain dari alienasi pihak militer ini, Burma pada tahun 1950-an juga bergerak lebih jauh dari cita-cita kemerdekaan generasi 1930-an, di mana Ne Win sendiri pernah ikut menggodoknya. Datangnya modal asing yang berlebihan, berkuasanya pengusaha-pengusaha asing dan keturunan asing serta makin lemahnya modal nasional adalah sebagian dari kebijaksanaan-kebijaksanaan pada tahun 1950-an di Burma. NASIONALISASI Bisa dimaklumi kemudian jika Ne Win segera setelah kudeta melakukan tindakan-tindakan drastis dalam bidang politik dan ekonomi. Diciptakannya apa yang kemudian dikenal sebagai "jalan Burma untuk sosialisme," yang sebenarnya hanyalah pengulangan dari ide-ide mereka sejak tahun 1930-an. Menyaksikan bahwa sistim kapitalisme justru makin menguat di Burma, Ne Win dengan cepat berusaha mengembalikan "sosialisme a la Burma" setelah kudeta. Perusahaan-perusahaan asing menjadi korban nasionalisasi, modal dan pengusaha nasional didongkrak, tanah-tanah dibagikan kepada petani kecil dan perusahaan-perusahaan negara dikembangkan, terutama untuk bidang-bidang yang menguasai hajat masyarakat banyak. Tidak kurang pentingnya adalah pembaharuan politik. Partai-partai yang banyak dibubarkan, hanya.ada satu partai tunggal, Partai Sosialis Burma (BSP). Salah satu faktor yang mempercepat terjadinya kudeta 1962 adalah perpecahan di kalangan Partai Anti-Fasis yang berkuasa antara grup U Nu dan grup U Ba Swe. Usaha mencari pengaruh antara kedua partai ini dalam pemilu membutuhkan begitu banyak uang, yang tidak akan mampu diatasi oleh ekonomi Burma. Akibatnya, mereka mencari dukungan keuangan kepada pengusaha-pengusaha asing, tentunya dengan janji-janji fasilitas kemudian. Ne Win dengan partai tunggalnya lebih menekankan pada mobilisasi massa dengan bimbingan politik dari cita-cita generasi 1930-an. Dari sudut ini, dapat dimengerti sikap berdikari Burma-pada tahun-tahun 1960-an setelah kudeta, dan juga pada awal 1970-an. Dengan semakin tuanya generasi 1930-an, pimpinan Burma sekarang sedikit demi sedikit berada di tangan generasi akhir 1940-an dan generasi setelah kemerdekaan. Timbul persoalan apakah mereka juga menghayati cita-cita seperti yang dicanangkan oleh generasinya Ne Win. Sedikitnya, Ne Win telah meninggalkan dua hal untuk generasi sesudahnya. Pertama adalah warisan berupa institusi dengan ideologi yang kuat. Baik partai BSP,.tentara maupun birokrasi sedikitnya sudah membiasakan diri dengan ideologi "sosialisme Burma" yang menjadi landasan negara tersebut selama 15 tahun terakhir. Tantangan yang serius tidak pernah berhasil, misalnya gerakan separatis.ataupun gerilya komunis. Kalau pun ada perbedaan, hanyalah dalam nuansa dan interpretasi bukanlah dalam substansi. Lagipula, adanya kerjasama antara ketiga generasi selama ini menyebabkan munculnya persepsi yang serasi, walaupun belum tentu seragam. Warisan kedua dari generasi Ne Win adalah konsistensi antara ideologi dengan sikap hidup sehari-hari, seperti dicerminkan sendiri oleh Ne Win. Memakai lebih dari 40 tahun dari umurnya yang 66 tahun untuk perjuangan negaranya, Ne Win tetap bersikap menahan diri dengan kehidupan spartan yang tidak banyak berbeda dengan kebanyakan teman-temannya. Contoh hidup bersih dari Ne Win mencerminkan kuatnya kesadaran dan kemauan politik dari generasi 1930-an umumnya, satu hal yang tentunya sangat berpengaruh kalau Burma nanti dipimpin oleh generasi-generasi 1940-an dan generasi setelah kemerdekaan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus