Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Dgi bersidang raya lagi

Sidang dgi tahun ini akan berlangsung di tomohon. tujuan dgi adalah membentuk gereja yang esa di indonesia. tujuan ini musykil & perlu kesabaran. gagasan keesaan ini dicetuskan oleh generasi leimena.

19 Juli 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SIKLUS sidang raya DGI empat tahun sekali. Maju mundurnya setahun. Tahun ini kota Tomohon bakal kejatuhan repot. Tapi tak apa, sebab daerah yang 'kontroversial' lantaran jadi gudang cengkih paling kaya di negeri ini sanggup menanggung beban. Apalagi tahun ini tahun kabisat, bunga cengkih bakal tumbuh kelewat lebat. Sidang raya toh bersamaan dengan panen raya. Nampaknya sidang kali ini malah akan jadi mewah dan mungkin hingar-bingar. Pesta Agama dan pesta memang susah dipisah. Sejak dulu agama menyediakan waktu kepada umat untuk menyatakan kegirangan. Hari-hari tertentu disendirikan guna bersuka-ria. Setiap agama punya hari raya. Dan pesta oikumenis dengan undangan kurang lebih seribu orang boleh dibilang pesta ukuran setengah kolosal. Auditorium sudah dibangun dengan harga ratusan juta. Kembang api yang kabarnya seharga jutaan rupiah bakal disulut berpendar-pendar di udara, demi merangsang gairah dan rasa senang. Ditambah lagi prosesi dengan langkah khas para clergy (para abdi?) yang berjubah serba hitam akan merupakan kenikmatan, baik buat mereka sendiri dan diharap begitu pula bagi sekalian yang melihatnya. Para pejabat baik sipil maupun militer dari segala tingkat bakal diundang untuk menyemarakkan suasana. Paduan suara serta tetabuhan lainnya akan turut pula meningkahi pesta keagamaan tersebut. Di samping itu perjamuan bersama akan berlangsung berulang kali. Makan kenyang sudahlah pasti. Namun kendati sebuah pesta agama adalah ekspresi kelepasan, tak jarang nafsu gelojoh menjadikannya sekedar ramai-ramai makan kenyang. Sebab itu ibadah dan unsur-unsur selebrasi hendak dihidupkan untuk menahan diri yang suka-suka alpa. Siapa tahu sambil makan di meja perjamuan orang masih bisa diingatkan pada kebutuhan-kebutuhan lain di hari esok. Dan sewaktu doa-doa syukur hendak dipanjatkan siapa tahu orang sempat teringat pula pada sesama yang belum dapat bagian. Sidang Sidang raya adalah nama lain dari rapat besar. Sembilan kali rapat sejak tahun 1950 membekali DGI dengan serba pengalaman mengadakan rapat. Notulen semakin rapi, seluk-beluk siasat rapat pun semakin dipahami para pemimpin gereja. Pendeta yang biasanya dikenal sebagai 'agen pengampun dosa' kini lebih banyak bekerja sebagai 'manajer perseroan terbatas' yang mencantumkan jam kerja segala. Alhasil banyak warga gereja menjadi risau ditinggal pendetanya yang sibuk 'berpolitik' dalam berbagai organisasi, seolah mereka telah gantu protesi. Sementara itu warga jemaat dari banyak gereja yang masih tertanam dalam sejarah dan tradisinya belum sempat mengenyam buah-buah pohon oikumene yang ditanam. Dan sebagaimana biasa dalam setiap gerakan yang dimulai oleh para tokoh dari pusat, maka buah-buah perdana itu baru bisa dinikmati oleh kalangan mereka saja. Masalah organisasi, administrasi dan kepemimpinan yang dihadapi oleh DGI sedikit banyaknya bersumber pada kenyataan bahwa gerakan oikumene masih mengambang di atas sebagai kesibukan ekstra para pemimpin gereja. Dan pula sebagaimana biasa dalam kesibukan para pemimpin, maka atas nama kepentingan umat atau rakyat sering timbul setori yang biasanya seru dan berlarut-larut, dalam bahasa "oikumenis" disebut intra elite faction fighting. Untuk menghadapi hal itu sidang raya harus benar-benar pintar mencari keseimbangan. Peran 'suku-suku besar' harus diberikan tanpa meremehkan 'suku-suku kecil'. Juga arah mata angin perlu sekali diperhatikan dalam memilih pemimpin. Misalnya apabila Sekretaris Jenderal berasal dari arah barat, maka Ketua Jenderal sebaiknya dari arah timur. Dan apabila Ketua Jenderal dari sebelah utara misalnya, Sekretaris Jenderal dari selatan, begitu seterusnya. Tak baik keduanya datang dari arah mata angin yang sama. Kesempatan harus dibagi rata. Begitu pula dianjurkan agar seseorang tidak duduk di kursinya terlalu lama, agar dedikasi pelayanan pastoralnya tidak dikacaukan orang dengan ambisi kekuasaan. Di sini penampilan kependetaan dipertaruhkan. Nah, jadi dalam setiap sidang raya acara pilih-memilih selalu menjadi agenda yang ramai. Hiruk-pikuknya terkadang melebihi keramaian pesta itu sendiri. Gereja yang esa Adapun tujuan DGI adalah 'gereja yang esa di Indonesia'. Tapi adakah bilangan yang lebih musykil daripada 'esa'? Sejak semula gereja-gerqa di Indonesia menghadapi teka-teki tentang angka satu yang musykil ini. Alhasil, 'gereja yang esa' bukan hanya sulit untuk direnung-renungkan akan tetapi lebih-lebih hampir mustahil untuk dinyatakan. Akhirnya soal keesaan lebih banyak dipikirkan sebagai soal kesabaran, tepatnya mungkin kesabaran Ilahi yang tanpa batas.Dalam hubungan ini generasi Leimena sebagai generasi pemula gerakan oikumene di Indonesia telah banyak menyumbangkan jasanya dalam menyebar-luaskan gagasan tentang keesaan ini. Generasi ini nampaknya telah berhasil meletakkan dasar-dasar spiritual yang memadai untuk memulai gerakan keesaan gereja. Leimena dan rekan seangkatannya kelihatan jauh-lebih memahami suasana kehidupan batin warga jemaat dibanding dengan generasi 'para doktor teologia' yang muda-muda. Pengelolaan gerakan oikumenis oleh generasi sesudah Leimena semakin kehilangan aspek spiritual dan penampilannya. Wajah spiritualnya kabur terbaur dengan gaya seorang pegawai negeri yang tegang mempertahankan profesi. Dari pertemuan Tomohon akan semakin diharapkan munculnya generasi pastor yang lebih berdedikasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus