Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Berita Tempo Plus

Etika Pers dan Penyadapan

22 Februari 1999 | 00.00 WIB

Etika Pers dan Penyadapan
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bukan hanya Presiden B.J. Habibie dan Jaksa Agung Andi M. Ghalib, orang biasa pun merasa sangat risau, bila pembicaraan pribadi mereka disadap dan direkam, lalu disiarkan tanpa sepengetahuan mereka. Tapi, karena Presiden dan Jaksa Agung bukanlah orang biasa, melainkan tokoh penting dan terkenal, privasi mereka sangat rentan terhadap penyiaran atau publikasi secara terbuka. Seperti pernah dikatakan dalam fatwa seorang hakim agung Amerika Serikat ketika memutuskan suatu perkara yang menyangkut gugatan masalah privasi beberapa dasawarsa lalu: kian terkenal seseorang,ia akan semakin kehilangan privasinya.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus