Saya bingung ketika membaca Laporan Utama (TEMPO, 13 April 1991) tentang demokrasi. Itu terutama yang berkaitan dengan pandangan Abdurrahman Wahid. Soalnya, bingung atau tidak, itu juga demokrasi. Menurut Abdurrahman Wahid, esensi demokrasi adalah kontroversi, nyeleneh. Lain kata, semakin nyeleneh akan semakin demokratis. Jadi kalau ada seratus orang mengatakan ya, dan satu orang mengatakan tidak, maka yang satu itulah yang mendapat cap paling demokratis. Orang awam boleh bingung, asal jangan cak-cak kita. ICMI itu primordial, menjurus ke golongan, pokoknya tidak demokratis. Tapi kalau masuk golongan yang nyeleneh atau kontroversi, itu baru demokrasi. Rasanya, banyak di antara kita yang terbelenggu istilah, mencoba memaksakan pengertian yang justru akan berlawanan dengan hakikat demokrasi itu. Demokrasi ibarat kue, di waktu lebaran disebut kue lebaran atau kue hari raya. Kue suguhan atau kue nyeleneh tidak jadi soal. Yang penting tidak beracun dan tidak mematikan. Begitu juga kebebasan. Di mana ia akan diletakkan tidak jadi soal. Asal tidak mengurangi esensinya kebebasan yang lega dan nyaman sesuai dengan fitrah. Tidak berbicara demokrasi pun tidak mengapa, asal rakyat sudah merasa bebas: bebas dari korup, bebas dari paksaan, dan bebas dari ketidakpuasan. Ini kita coba untuk pribadi saja, biarkan nurani dan akal budi kita berjalan dengan bebas. Semoga. WAHYU DWI AGUNG PRIYOSUSILO Jalan Siak 7 B Madiun-Jawa Timur
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini