Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Film impor di televisi: kenapa harus amerika?

27 April 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seperti biasanya, TEMPO tidak pernah luput mengamati setiap peristiwa menarik dan hangat di masyarakat. Tak heran kalau ribut-ribut protes terhadap acara TV swasta di Surabaya tidak ketinggalan dibahas TEMPO, 6 April 1991, dalam Laporan Utamanya. Namun, sayang, pertanyaan yang telah lama menggelitik dalam hati saya belum terjawab oleh ulasan TEMPO yang cukup lengkap itu. Dominasi film-film impor dalam acara TV (khususnya swasta), yang menimbulkan berbagai dampak negatif pada masyarakat, tidak bisa dielakkan. Hal ini tentu bukan saja disadari oleh masyarakat yang kritis, tapi juga oleh pengelola TV itu sendiri. Tapi apa daya, pihak pengelola punya alasan atas mendominasinya film impor tersebut: murah, menarik, dan menguntungkan. Sedangkan alternatif lain, misalnya memproduksi acara sendiri, biayanya jauh lebih mahal dan tidak mudah. Benarkah tidak ada alternatif lain? Kalau diperhatikan, dampak negatif yang dikhawatirkan menimpa masyarakat itu berkaitan dengan nilai sosial budaya. Masalahnya, film-film impor yang ditayangkan hampir semua -kalau tidak dapat dikatakan semua -berasal dari negara yang sama, Amerika Serikat. Padahal, nilai-nilai bangsa tersebut yang terkemas apik dalam film-filmnya, banyak berlawanan dengan nilai yang dimiliki bangsa kita. Jadi, permasalahan yang dihadapi dengan pemutaran film impor ini adalah nilai yang dibawanya tidak sesuai dengan nilai-nilai kita ditambah lagi berasal dari negara yang sama. Akibatnya, kecenderungan film-film tersebut "merusak" pemirsa televisi kita besar sekali. Inilah yang dikhawatirkan oleh sebagian masyarakat sehingga sampai mengundang protes segala. Berdasarkan hal ini, kita bisa melihat satu alternatif lain: film impor sementara ini oke saja, tapi dengan syarat tidak melulu dari Amerika seperti yang terjadi selama ini. Bukankah masih ada negara lain yang juga memproduksi film bermutu? Satu contoh yang baik telah dilakukan TVRI dengan Oshin-nya, yang bersifat mendidik dan penggarapannya bagus. Di samping itu, nilai-nilai yang dibawa film Jepang itu tidak banyak bertentangan dengan kita: pakaiannya sopan, tata krama pergaulannya baik, sederhana, dan sebagainya. Tentu masih banyak lagi film semacam ini (patut diputar), tidak saja dari Jepang, tapi juga dari negara lain, khususnya Asia. Semakin beragam film impor semakin memperkecil kemungkinan masyarakat kita tercemar oleh nilai-nilai yang tidak patut ditiru, dan bahkan memperkaya masyarakat dengan nilai-nilai bangsa lain yang baik. Sekarang pertanyaannya: Apakah alternatif ini memang merupakan alternatif yang lebih murah dan menguntungkan bagi pengelola TV, khususnya TV swasta? Kalau tidak, di mana kesulitan dan apa kerugiannya? A. SUSANTI Mahasiswa Kimia D3 ITS Surabaya

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus