Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DUGAAN gratifikasi dalam kasus penggunaan jet pribadi oleh Kaesang Pangarep, putra bungsu Presiden Joko Widodo, telah menjadi berita panas. Hal ini bermula dari unggahan Erina Gudono, istri Kaesang, yang memamerkan sayap pesawat mewah Gulfstream G650ER saat bepergian ke Amerika Serikat. Polah Erina itu mengingatkan saya pada istilah affluenza dalam buku Amy Morin, 13 Things Mentally Strong People Don't Do (2014).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Affluenza dibentuk dari penggabungan kata affluence dan influenza. Dalam Oxford Advanced Learner's Dictionary, affluence berarti keadaan memiliki banyak uang dan standar hidup yang baik, yang dapat diterjemahkan secara sederhana sebagai kemakmuran. Adapun influenza, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah radang selaput lendir pada rongga hidung yang disebabkan oleh virus influenza. Bahasa Indonesia punya variasi nama untuk penyakit influenza, seperti selesma, flu, dan pilek. Istilah affluenza dapatlah kita serap sebagai afluenza.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Merriam-Webster Dictionary mengartikan afluenza sebagai dampak psikologis dan sosial yang tidak sehat dan tidak diinginkan dari kemakmuran yang dianggap sebagai masalah masyarakat yang meluas. Kamus itu mencontohkan dampaknya antara lain materialisme dan konsumerisme ekstrem yang berhubungan dengan pengejaran kekayaan dan kesuksesan yang mengakibatkan kehidupan yang penuh ketidakpuasan kronis, utang, kerja berlebihan, stres, dan gangguan dalam hubungan antarpribadi.
Seperti lendir yang menyumbat rongga hidung sehingga orang tidak bisa mencium bau, kekayaan atau obsesi untuk menjadi kaya berlebihan akan menutupi hati nurani dan menyebabkan pengidap afluenza tidak memiliki kepekaan sosial. Mereka cenderung merasa memiliki hak istimewa dan bisa mengangkangi hukum. Ujung-ujungnya, mereka menjadi sok berkuasa.
Amy Morin membahas afluenza dengan mengutip kasus Ethan Couch di Texas, Amerika Serikat, pada 2013. Remaja 16 tahun itu diadili karena mengemudikan mobil dalam keadaan mabuk dan menyebabkan kecelakaan lalu lintas yang menewaskan empat orang.
Pengacara Couch, dengan dukungan pendapat seorang psikolog sebagai saksi ahli, berdalih bahwa kliennya tidak dapat dihukum karena mengidap afluenza. Sang pembela menggunakan istilah itu dengan penjelasan bahwa Couch tidak mengerti konsekuensi perbuatannya karena selalu dimanja dan tidak pernah diajari bertanggung jawab oleh orang tuanya yang kaya raya. Hakim menyatakan Couch bersalah dan menjatuhkan hukuman masa percobaan serta rehabilitasi karena setuju dengan alasan afluenza yang disampaikan pembela.
Afluenza telah mewabah di mana-mana. Akhir-akhir ini sering muncul berita tentang pengemudi mobil mewah dan motor gede bersikap seakan-akan bisa mengangkangi hukum. Biasanya mereka senang menyalakan lampu strobo, melawan arah, menodongkan pistol, sampai melakukan kekerasan dan menyebabkan kecelakaan. Koruptor yang masih bisa tersenyum ketika memakai rompi tahanan Komisi Pemberantasan Korupsi juga bisa dibilang mengidap afluenza.
Gawatnya, afluenza, seperti influenza, juga menular. Ia tidak hanya menjangkiti orang dari kalangan jetset, tapi juga kelas menengah dan bawah. Dalam hal ini, flexing atau pamer kekayaan, yang bisa jadi hanya pinjaman, dan gila belanja termasuk gejala afluenza.
Dalam konteks Amerika Serikat, John de Graaf, David Wann, dan Thomas H. Naylor, dalam Affluenza: The All Consuming-Epidemic (2005), menilai bahwa wabah afluenza berakar pada pencarian obsesif dan hampir religius terhadap perluasan ekonomi—yang dikenal sebagai “impian Amerika”. Obsesi ini mendorong orang untuk memenuhi keinginannya secara berlebihan sehingga terjerat utang dan mengalami kecemasan kronis. Akibatnya, misalnya, mereka bisa jadi melakukan bunuh diri karena tidak kuat membayar tagihan pinjaman. Penyakit ini susah disembuhkan bila budaya konsumerisme masih merajalela dan kebijakan mengejar pertumbuhan ekonomi tanpa menimbang aspek pemerataan dan keadilan masih menjadi tujuan pemerintah.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Afluenza"