DULU ada sebuah negeri, yang tersembunyi di dalam sebuah negeri.
Negeri itu dihuni orang-orang zek. Artinya, orang yang
dipenjarakan. Mereka berdiam dalam ribuan kamp yang terserak di
daratan luas Uni Soviet di zaman pemerintahan Stalin. Tempat
tahanan dan kerja-paksa itu, bila dilihat dalam peta, nampak
bagaikan titik-titik pulau yang terbentang.
Pengarang Aleksandr 1. Solzhenitsyn menyebut kepulauan itu
sebagai "kepulauan Gulag." Dalam bahasa Rusia, GULAG adalah
singkatan dari sejumlah kata yang berarti "Administrasi Sentral
Kamp Kerja."
Solzhenitsyn sendiri pernah disekap di sana selama 8 tahun,
sejak 1945 sampai 1953. Kita tak tahu apa gerangan dosa hebat
yang telah dilakukannya hingga begitu hebat pula hukumannya. Ia
pernah berjasa sebagai perwira Tentara Merah dalam Perang Dunia
ke-II. Tapi ia toh ditahan, diinterogasi, lalu dipindahkan dari
penjara yang satu ke penjara yang lain, diangkut dengan kereta
api penuh sesak yang menyebabkan ribuan orang mati.
Stalin, yang setelah mangkat di tahun 153 jadi tokoh yang
dikutuk, memerintah dengan dipuja oleh jutaan mulut yang palsu
dan kaki yang gementar. Jelas ia berjasa kepada Uni Soviet, tapi
jelas pula "pembersihan" besar yang berulang kali dilakukannya
adalah sejenis teror. Entah berapa di antara jutaan orang yang
ditangkap itu yang sebetulnya tak bersalah. Dalam salah satu
jilid Kepulauan Gulag, yang ditulis selama satu dasawarsa oleh
Solzhenitsyn lima tahun setelah ia bebas (sebagai kesaksian
tentang teror itu), ada cerita kecil. Seorang tahanan memprotes,
bahwa kejahatan yang dituduhkan kepadanya sebenarnya terjadi
ketika ia baru berumur 10 tahun. Orang ini diperingatkan:
ucapannya "memfitnah dinas intel Uni Soviet."
Solzhenitsyn memperkirakan, tiap tahunnya Stalin memenjarakan 10
sampai 15 juta orang--termasuk wanita dan anaK yang berumur di
atas 12. Mereka dikirim ke kamp kerja paksa. Di sini kehidupan
begitu keras, hingga keselamatan seseorang tergantung atas
kematian satu atau dua orang lain. Yang bisa hidup terus
akhirnya mereka yang jiwanya telah korup: mereka yang mampu
berkhianat, dan kehilangan rasa belas.
"Bagaimana orang dapat memelihara rasa belas dalam dirinya,"
Solzhenitsyn bertanya, "sementara ia mendorong jauh jauh tangan
mereka yang sedang tenggelam?" Seorang anak berumur 8 tahun lari
dari stasiun ketika ia dan ibunya sedang hendak dikirim ke
pembuangan, tak lama setelah sang ayah ditahan. Si ibu panik.
tapi ia terus saja diangkut. Si anak akhirnya bisa kembali ke
apartemen orang tuanya. Tapi apartemen itu telah disegel. Tak
ada tetangga yang berani menampungnya, biar buat semalam. Tak
ada teman keluarga yang rnembuka pintu. Bocah itu pun akhinya
sampai ke panti penampungan "anak-anak musuh rakyat" ....
Siapakah yang bersalah? Dengan buku setebal hampir 1500 halaman,
dengan rasa terpanggil oleh kewajiban terhadap "semua yang telah
disiksa dan dibunuh," Solzhenitsyn ingin berseru agar bansanya
mengakui--lalu menghukum--kebusukan yang pernah terjadi.
Bangsanya membutuhkan pembaharuan politik dan kerohanian,
melalui "tradisi besar Rusia dalam rasa berdosa."
Solzhenitsyn sendiri berada dalam tradisi itu: dalam sebuah
kamp, ia pernah bersedia dijadikan seorang informan. Ia
melakukan itu untuk menghindari beban keria yang bisa
mematikannya. Memang, ia tak berniat dan tak pernah memberi
laporan yang mencelakakan teman teman senasibnya. Tapi toh ia
merasa menjual rohnya untuk menyelamatkan tubuh.
Racun --akhirnya itulah kesimpulan Solzhenitsyn. Semua itu
racun. Ia meruyak dari tumor yang membusuk ke seluruh jiwa
bangsanya. Ia, sebagaimana dilihatnya dalam novelnya, Barak
Kanker, tumbuh dari kamp-kamp yang tersembunyi itu.
Dan racun itu bisa bekerja pelan, sangat pelan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini