Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Kereta api kita yang tersayang ...

Menurut penelitian, kebanyakan penumpang kereta api adalah kaum lelaki, berusia 21-30 th. dari penelitian juga disimpulkan bahwa angkutan ini semakin penting. tapi toh pjka selalu merugi.

18 Desember 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DARI suatu penelitian jasa angkutan kereta api penumpang utama yang dilakukan oleh pihak PJKA selama periode akhir Desember 1980 sampai dengan awal Maret l9Sl didapat berbagai keterangan yang cukup menarik untuk dikaji lebih dalam. Penelitian ini menyebutkan bahwa 67% pemakai jasa NKA adalah kaum lelaki dan berusia sekitar 2130 tahun (42%). Kalau ditilik dari usia, maka penumpang KA lebih banyak masih duduk di bangku sekolah atau kuliah. Kalaupun sudah bekerja baru menduduki posisi bawah. Kenyataan ini dikuatkan dengan data bahwa 45% pemakai jasa KA terdiri dari-pelajar SLTA. Celakanya, penelitian ini juga mengungkapkan bahwa 34% penumpang KA tersebut merupakan golongan penganggur alias tidak bekerja. Jadi, kalaupun banyak disinyalir "penumpang gelap", hendaknya mohon dimaklumi. Lebih menarik lagi mengenai alasan pemakaian jasa perhubungan yang satu ini. Sebanyak 44% memilih naik kereta api dengan alasan keselamatan. Selain keselamatan, faktor lain yang perlu diperhatikan bagi perusahaan pemberi jasa seperti PJKA ini adalah kenyamanan. Dari penelitian tersebut ternyata 37% dari responden pria dan 25,5% dari responden wanita menyatakan jam berangkat KA yang paling nyaman antara pukul 2 siang sampai 12 tengah malam. Sudah pasti hal ini juga berhubungan erat dengan keamanan stasiun. Sekitar 46% dari responden menyatakan keamanan stasiun saat ini rata-rata baik. Sebagai perusahaan milik pemerintah yang mempunyai kekuatan monopoli dalam pelayanan kereta api, secara teoritis PJKA tidak akan luput dari berbagai masalah yang timbul akibat kekuatan yang dimilikinya. Konon, kebijaksanaan pemerintah untuk mengambil alih atau menguasai suatu perusahaan yang mempunyai natural monopoly sering menimbulkan penentuan biaya yang kurang berprinsip pada efisiensi, hasil atau pendapatan yang kurang sesuai mengingat bentuk pasarnya dan pelayanan yang seringkali kurang memuaskan. Bertolak dari teori di atas penelitian PJKA ini juga mencari jawab atas sarana KA yang ada. Mengenai sarana kamar kecil, kipas angin, lampu dan semacamnya itu, 46% dari responden menyatakan sarana tersebut mendekati baik. Sedangkan pelayanan dan keadaan restorasi dinilai baik oleh 46% responden. Bentuk pelayanan yang lain adalah kemudahan mendapatkan karcis. Dari penelitian ini didapat kesan bahwa 25% responden mengusulkan penambahan loket-loket. Ini berarti loket-loket yang ada masih belum dapat memenuhi arus permintaan. Bersamaan dengan itu penertiban calo dan kuli di stasiun juga diusulkan oleh 31% responden. Berbeda dengan perkereta-apian di Jepang, PJKA belum memikirkan perlunya membangun penginapan di sekitar stasiun. Apabila arus kereta api semakin banyak dan jalur lalu lintas KA tetap ramai selama 24 jam, peranan penginapan di dekat stasiun menjadi penting artinya. Hal ini yang dirasa diperlukan menurut jawaban dari 46% responden. Selain penginapan tersebut, tempat penitipan barang di stasiun juga diperlukan. Paling tidak keinginan ini dicetuskan oleh 51,5% dari seluruh responden Kedua keinginan ini telah menunjukkan bahwa kereta api semakin menjadi penting artinya sebagai sarana pengangkutan. Tapi toh, dari pengamatan selama ini PJKA selalu dirundung rugi. Mana mungkin perusahaan yang memegang monopoli bisa merugi? Ini tidak sesuai menurut teori. Namun, mesti diingat bahwa selain terkenal sebagai high cost economy, anehnya negara kita juga terlihat sebagai highly subsidized economy. Bahan keperluan pokok disubsidi sampai dengan pengangkutan yang merupakan jasa pelayanan masyarakat juga terkena anugerah subsidi. Jadi, semuanya bisa didapat secara murah. Dalam soal rugi merugi ini PJKA tidak sendirian. Nenek buyutnya dari Belanda, NS, juga merugi. British Railways juga begitu. Apalagi DB dari Jerman dan SNCF dari Prancis. Bahkan Japan National Railways juga menderita kerugian. Cuma bedanya di Jepang kerugian ini terlihat kalau dihitung secara total. Sementara Shinkasen, bullet train, yang melaju dengan kecepatan 210 km per jam tampaknya selalu memperoleh laba. MEMANG ada beberapa perusahaan kereta api yang dapat mengeruk keuntungan. Seperti CPCS dari Kanaf dan atau Australian National Railways, misalnya. Tetapi biasanya mereka itu mempunyai jenis pelayanan khusus. CPCS lebih banyak mengangkut batubara dan ANR yang khusus mengangkut biji besi. Itu sebabnya PJKA juga mulai menggalakkan pengangkutan barang tambang melalui kereta api. Bahkan, sebenarnya nantinya pengangkutan bahan-bahan bangunan seperti pasir misalnya, juga dapat dilakukan dengan kereta api. Tinggal sekarang kesiapan dari pihak PJKA sendiri. Melalui perbaikan dalam pelayanan dan usaha efisiensi dalam pembiayaan, angkutan kereta api masih memiliki prospek yang cerah. Melihat data penumpang yang hanya 20,7 juta pada tahun 1977 dan melonjak menjadi 39,9 juta penumpang di awal 1982, peningkatan pendapatan masih bisa diharapkan. Mungkin memang ada diversification of services ke arah pengangkutan barang. Apalagi kalau mengingat jumlah barang yang berhasil diangkut dengan kereta api sebanyak 3,9 juta ton pada tahun 1977 dan hanya meningkat menjadi 4,3 juta ton di awal 1982. Mungkin persoalannya bukan hanya diperlukan suatu political will atau tekad politik, untuk menangani masalah ini. Tetapi juga harus ada semacam tekad kemanusiaan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus