Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Berita Tempo Plus

Mural dan Negara Kolonial yang Gagal

Mural sudah dipakai sebagai ekspresi protes dan melawan kolonialisme Belanda oleh pejuang Indonesia. Jadi kenapa sekarang pemerintah takut pada gambar di tembok?

 

4 September 2021 | 00.00 WIB

Ilustrasi: Kendra Paramita
Perbesar
Ilustrasi: Kendra Paramita

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • Muhammad Toha membuat mural di tembok dapur rumahnya sebagai protes kepada Belanda.

  • Para gerilyawan dan pejuang mengekspresikan kekecewaan pada kekuasaan lalim melalui mural.

  • Mengapa pemerintah kini takut kepada mural?

MUHAMMAD Toha Adimidjojo terkenal karena melukis penangkapan Sukarno-Hatta saat Agresi Militer Belanda II 1948 di Yogyakarta. Usianya baru 11 tahun ketika itu. Tapi yang membuatnya menjadi seorang pelukis-pejuang adalah peristiwa setahun sebelumnya: ia membuat mural—menggambar dua orang Belanda di tembok dapur rumahnya di Yogyakarta dan mencoret-coretnya dengan kata-kata “Van Mook–Landa Ngamuk, Van der Plas–Setan Alas!”

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Bagja Hidayat

Bagja Hidayat

Bergabung dengan Tempo sejak 2001. Alumni IPB University dan Binus Business School. Mendapat penghargaan Jakarta Jurnalis Award dan Mochtar Loebis Award untuk beberapa liputan investigasi. Bukunya yang terbit pada 2014: #kelaSelasa: Jurnalisme, Media, dan Teknik Menulis Berita. Sejak 2023 menjabat wakil pemimpin redaksi

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus