Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Kritik "membangun": bukan kerja ...

Kritik membangun atau kritik konstruktif merupakan kritik yang memiliki kekuatan kontrol, mampu mempengaruhi transformasi sosial. dua pihak yang terlibat yaitu pihak pemberi (penganjur) dan penerima (masy.)

16 Oktober 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PADA suatu saat tertentu, kritik dapat menjadi tanda pertentangan. Dengan itu saja sudah bisa ternyata bahwa dia bukan sekedar perkara satu fihak. Berbagai fihak akan merasa berkepentingan terhadapnya. Dalam hal yang demikian, kritik mengisyaratkan persaingan kepentingan di antara berbagai fihak yang terlibat dalam dan olehnya. Bila ideologi kerapkali memancing pertentangan mengenai tujuan dua atau tiga fihak, maka kritik lebih banyak menimbulkan ribut-ribut mengenai cara dan sopan-santunnya. Dengan berbagai perasaan, di Indonesia pun dapat kita saksikan di sana-sini bagaimana kritik dibebani dengan syarat-syarat kesantunan. Di lain fihak boleh dipastikan -- hampir dengan tanpa reserve -- adanya kesepakatan tentang kemampuan kritik untuk mempengaruhi perobahan sosial, suatu jenis pengakuan yang telah diberikan juga kepada ideologi, agama, atau ilmu. Istilah "kritik konstruktif" atau "kritik membangun" sudah merupakan. bukti tentang adanya kepercayaan itu. Yakni bahwa kritik dapat menjadi unsur yang turut mempengaruhi dinamik proses pembangunan, mampu mengerahkan pengaruhnya tersendiri dalam menciptakan suatu konstruksi sosial yang dikehendaki. Mempersoalkan kritik di Indonesia, atau barangkali di negeri mana pun, mengharuskan adanya semacam tata-pertanyaan yang dapat diajukan kepada dan tentang kritik itu, sebagai ujian terhadap peran sosialnya. Yakni: sifat-sifat khas yang membuatnya dapat turut mempengaruhi suatu perobahan atau transformasi sosial, sifat-sifat khas kelompok atau setneg sosial yang memungkinkan pengaruh kritik jadi efektif dan mekanisme yang menjadi sarana bekerjanya pengaruh kritik secara operasionil. DAPAT & HARUS DIKONTROL Kritik dengan berbagai kwalifikasinya, tak akan dapat menghindarkan diri dari sifat pokoknya sebagai kontrol. Bilamana kontrol diterima, maka hampir dengan sendirinya diterima juga bahwa apa yang menjadi sasaran kritik adalah sesuatu yang dapat dan harus dikontrol. Dan bila dia dapat dikontrol, dengan itu sudah diandaikan juga bahwa dia dapat terbuka terhadap penyelewengan. Peran kritik terhadap suatu sistem sosial, terdiri dari kewajibannya mengembangkan suatu pengaruh yang meluruskan kembali yang menyimpang, mengawasi yang keluar-kontrol. Dalam konteks Indonesia yang sedang membangun, hal itu berarti membantu seluruh perobahan struktur sosial, baik sebagai sarana pembangunan mau- pun sebagai hasil yang hendak dicapai oleh pembangunan itu. Agar supaya konstruksi sosial yang dicita-citakan tetap berada dalam jangkauan tujuan. Persoalan yang lebih praktis adalah: mekanisme manakah yang akan memungkinkan operasionalisasi pengaruh kritik itu? Kritik konstruktif atau kritik membangun sebenarnya mengandaikan suatu proses yang bergerak di antara dua fihak: fihak yang memberi dan fihak yang dikenai dan mendapat kritik itu. Untuk pemberi kritik sudah seringkali kita dengar persyaratan-persyaratan lengkap dengan tuntutan tata-adab ketimuran dll. Tapi betapa pun sempurnanya suatu kritik, dia dari sendirinya tidak bisa bersifat konstruktip, selama dia hanya merupakan kerja sefihak. Untuk dapat membangun, kritik harus efektif. Untuk dapat efektif, dia harus mampu menghasilkan suatu akibat. Dia baru menghasilkan buah, bilamana fihak yang ditujunya bersedia menjadikannya suatu 'resep' bagi perobahan atau perbaikan dari keadaan yang menjadi sasaran kritik. Dia baru bekerja bila diterima dan dijalankan. Tanpa penerimaan, tanpa pelaksanaan apa yang disarankan, tanpa menghentikan segala atau sebahagian praktek yang dikecam, kritik hanya akan menjadi suatu kerja verbal: dimulai dengan kata-kata dan berakhir juga dengan kata-kata. Dia mungkin saja menjadi sarana ekspresi: ekspresi ketidakpuasan, pernyataan rasa-gelisah, bahkan tempat teriakan amarah. Tetapi dia tidak menghasilkan suatu apa pun selain berfungsi sebagai obat penenang: penenang keresahan sang kritikus dan penawar rasa-gundah bagi mereka yang merasa terwakili perasaannya dalam kritik itu. Dalam arti itu pun dia bisa bersifat membangun: membangun ketenangan, memperkokoh kemantapan. Segala semangat yang lebih gesit pun dibuat tertidur dengan lena. Kalau yang terakhir ini terjadi, kritik secara tak langsung hanya berkhasiat mempertahankan. Sehingga apa yang dihasilkannya melulu suatu konservasi ("pemeliharaan") dan bukan konstruksi atau transformasi. KETERLIBATAN Nampaknya bila kita memberi atribut "membangun" pada kata kritik. maka yang terfikir adalah kritik konstruktif, yang mempunyai kemampuan mempengaruhi terciptanya suatu bangun sosial yang dicita-citakan atau direncanakan. Untuk maksud itu dia membutuhkan keterlibatan dua fihak yang berurusan dengannya. sehingga juga anjuran atau tuntutan untuk konstruktif adalah tuntutan yang seharusnya diajukan kepada dan berlaku bagi kedua belah fihak tersebut. Bila Max Weber boleh dipakai di sini, maka kritik konstruktif, dijabarkan menurut pertanyaan-pertanyaan Weber kurang lebih: kritik yang mempunyai kekuatan kontrol, yang mampu mempengaruhi transformasi sosial suatu masyarakat, lewat mekanisme yang dimungkinkan oleh keterlibatan dan keterbukaan kedua fihak yang tersangkut dalam kritik itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus