SAYA mungkin satu-satunya anak daerah Posso yang kebetulan
berdomisili di Malang. Tanggal 29 Maret 1977 terjadi musibah
Twin Otter di Pegunungan Tinombala Sulawesi Tengah. Jarak Ongka
Malino dan kota saya Posso kalau ditarik garis lurus mungkin
hanya kira-kira 180 km. Tahun 1966 saya juga pernah datang
sambil berdagang di daerah Tinombo, dan sekedar meninjau
beberapa tempat yang ada rencana dibuat lokasi transmigrasi.
Hampir seluruh hutan di Sulawesi Tengah gawat dan lebat, banyak
belum dijamah tangan manusia.
Kejadian Twin Otter dan para korbannya sudah cukup selesai.
Tetapi ingat. Supaya manusia yang mendapat tugas dan wewenang
untuk mengatasi jangan sampai kejadian terulang, lebih banyak
berfikir dan bertindak. Buat saya pribadi, lebih baik kalau
setiap daerah di Sulawesi Tengah - khususnya dan daerah lain
umumnya - setiap saat bisa terjadi tragedi ala Twin Otter. Apa
sebab?
Sebab dengan kejadian tersebut seluruh Nusantara akan bisa
menuntut perbaikan yang perlu, demi masa mendatang. Kritik mulut
dan tulisan dari daerah mungkin belum juga mendapat perhatian
serius dari yang bertanggungjawab. Tetapi kritikan musibah
mungkin akan membawa sesuatu perbaikan.
Adalah kehormatan bagi masyarakat di Pegunungan Tinombala,
kejadian Twin Otter itu. Masyarakat mendapat kesibukan, mendapat
hiuuran yang penuh keedihan. Ongka Malino telah dihibur dengan
datangnya berbondong-bondong hlikopter. Mereka telah melihat
dengan mata kepala wajah Menteri Emil Salim itu, bagaimana wajah
Tambunan itu Gubernur Sulteng, bagaimana pasukan Kopasgat dengan
seragam komandonya melaksanakan tugas dari awal sarnpai akhir,
yang menemui sukses. Masyarakat Sulawesi Tengah khususnya di
Ongka Malino mungkin berkata dalam hati: ada kesedihan, ada
hiburan. Yah.....kalau tidak ada musibah mungkin selama-lamanya
mereka tidak akan melihat helikopter.
Saya pribadi putera Indonesia asal Posso mengucapkan
banyak-banyak terimakasih kepada Tim SAR. Sesudah tragedi itu,
saya harap juga akan lahir bibit-bibit unggul dari ribuan
puteraputeri Indonesia, yang bisa mengikuti jejak dan teladan
dari Dominicus, dan Sunardi, dan lain-lain.
MET. LAMADI
Jl. Hamid Rusdi VI/2064,
Malang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini