Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Marcos

Kutipan pidato raul s. manglapus tgl 2 oktober 1962 menyebabkan marcos susah tidur. imelda istri marcos menyodorkan buku inside europe today karangan jhon gunter yang membuatnya dapat tidur kembali.

1 Maret 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KETIKA Kota Manila sudah tidur, Marcos dan Imelda masih jaga. Belakangan ini, mereka rasanya sedikit susah tidur itu walau lawan politik tidak begitu berat. Apa, sih, kelebihan Corry Aquino itu ? Paling-paling perempuan pembonceng popularitas suami. Dan siapa pula Salvador Laurel itu ? Sedikit lebih baik dari kurcaci. Lagi pula, apa orang Filipina itu tidak takut negeri ini jadi Vietnam bila Corry jadi presiden? Mana mampu ia mengatasi gerilyawan Komunis yang kian meningkat. Marcos tahu persis Amerika Serikat takut sama Komunis, lebih takut dari seluruh setan digabung jadi satu. Karenanya, ia pasti mentolerir model pemerintahan apa saja asal jangan Komunis. Diktator juga tak jadi apa. Mahasiswa? Apalagi mahasiswa. Mereka cuma anak sekolahan. Tahu apa mereka mengatur negeri. Taroklah mereka turun ke jalan, dengan semprotan gas dan pentungan juga sudah cukup menghalau mereka. Bila kekuatan di tangan, tak usah takut sama massa. Massa itu cuma gertak sambal. Massa itu cuma gugusan emosi yang tak perlu digubris. Massa itu orang senewen. Kalem-kalem sajalah, kata Marcos kepada dirinya sendiri. Tapi apakah ia bisa tidur? Ternyata, tidak. Ini disebabkan buku setebal 204 halaman karangan Raul S. Manglapus yang tergeletak di atas mejanya. Raul ini memang anak pintar, lulus summa cum laude di perguruan Ateneo de Manila, sekolah yang pernah melahirkan Jose Rizal, Gregorio del Pilar, Antonio Luna, dan senator terkemuka Claro M. Recto. Raul ini memang di umur 35 sudah jadi wakil menlu di bawah Presiden Magsaysay, dan ikut berperan di Konperensi AA tahun 1955 di Bandung. Pada umur 38 jadi menlu, pasti termuda dalam sejarah negeri itu. Sesudah pensiun dari lembaga resmi pun ia tidak menjadi bego, melainkan bersilat lidah secara mengagumkan di konperensi tentang kebebasan kultural di Berlin tahun 1960, lawan penasihat presiden AS Arthur Schlesinger Jr., dan menyampaikan pidato brilyan tentang demokrasi Asia di New Delhi pada 1961. Yang meresahkan Marcos adalah kutipan pidato Raul pada 2 Oktober 1962 tentang perlunya peremajaan pemimpin. Coba saja pikir, kata Raul, apa yang kita saksikan tanggal 23 Januari 1899 tatkala kita merayakan pengangkatan presiden pertama negeri ini? Berapa umur Presiden Emilie Aquinaldo? Tak lebih dari 29 tahun. Dan orang-orang di sekelilingnya juga tak seberapa jauh: Mabini 34, Calderon 30, Lukban 31, Albert 32. Dan Revolusi yang melahirkan Republik itu juga dibasahi oleh semburan darah orang-orang muda. Bonifacio mati di umur 29, Antonio Luna jadi jenderal umur 29, dan Emilie Jacinto terbunuh di umur 23. Dan hari-hari berikutnya juga negeri ini biasa dipimpin orang-orang usia muda: Osmena jadi ketua Parlemen umur 29, Quezon jadi dubes di Washington umur 32, Dan Roxas jadi ketua parlemen juga 29.-Bertanya Raul: Kenapa sekarang ini tidak begitu? Apa bangsa Filipina ini sudah jadi tua sebelum waktunya? Boleh jadi kita ini sudah terjerat di dalam lingkungan rantai status quo, tak mampu bergerak. Padahal, revolusi mesti berlanjut. Kita memang tidak memerlukan perang revolusioner, tapi kita tetap memerlukan gagasan revolusioner. Ingin rasanya Marcos mengoyak buku itu dengan giginya dan langsung membuangnya ke laut. Pembicaraan soal usia itu mengganggunya benar. Jam sudah mendekati subuh, tapi matanya belum juga bisa terpejam. Untunglah, Imelda, istri yang pandai dan bijaksana. Bagaimanapun juga suamiku ini tidak boleh guncang, katanya dalam hati. Penduduk boleh guncang, tapi presiden tidak. Maka, ia pun bangkit dan berjalan menuju rak buku seraya gaun malamnya berkibar-kibar ditiup angin. Sungguh elok nian bekas ratu kecantikan ini, tak lekang oleh panas dan tak lusuh oleh hujan. Sekali jambret diambilnya buku dan langsung disodorkan ke hidung Marcos. Buku Raul tadi itu nonsens dan comberan, katanya. Ini buku bagus, Inside Europe To Day karangan John Gunther. Siapa bilang umur tua jadi halangan, tulis Gunther. Kalau tak percaya, tengok saja Eropa tahun 1962. Berapa umur pemimpin-pemimpinnya? Khruschev 67, Mac Millan 67, Franco 69, de Gaulle 71, Gronchi 74, bahkan Adenauer 86. Apa tidak cukup tua? Sesudah itu baru Marcos menghirup napas lega. Ia mulai menguap dan mengantuk. Ia membimbing Imelda naik ke peraduan, persis tatkala penduduk Manila mulai bangun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus