Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Mendagri italian style

Mendagri yang berasal dari panti asuhan ini kalau bicara lurus, tanpa bunga-bunga. dia tak suka berdusta. ketika italia tertimpa gempa bumi, ia mengundurkan diri karena dianggap lamban turun tangan.

13 Desember 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KENDATI ltalia meloloskan dari rahimnya raksasa seperti Leonardo da Vinci atau Enrico Fermi, tapi dalam perkara punya Menteri Dalam Negeri primitif sekali. Seorang formatur negeri yang multi partai itu cukup naik taksi ke rumah yatim piatu, bicara ala kadarnya dengan kepala panti asuhan, utarakan maksud tujuan dalam dua tiga kalimat ringkas. dan sang pengasuh yang mukanya bening seperti gelembung sabun itu mengangguk-angguk sambil tersenyum manis. Mari kita jalanjalan sebentar, katanya. Sambil berpegangan tangan si formatur dan si pengasuh pun masuk asrama, menggeleser dari satu ruang ke ruang lainnya. Mula-mula mereka melihatlihat kamar tidur yang ranjangnya berjejer rapi seperti buku di atas raknya. Karena bukan waktu tidur dan tak seorang anak pun ada di situ, mereka menyelinap masuk ruang belajar. Seorang guru jangkung hingga ubun-ubunnya nyaris menyentuh loteng sedang menguraikan ihwal tumbuh dan tenggelamnya empirium Romawi sambil menyinggung sedikit apa itu kekaisaran Romawi Suci. Anak yatim piatu namanya, mereka menyimak tanpa berkedip sehingga bola matanya berlinang-linang. Bagaikan geolog memeriksa batu-batuan, begitulah ulah formatur mengawasi satu persatu isi kelas, mengukur-ukur bentuk kepala dengan sudut matanya, menimbang-nimbang lekuk daun telinga, dan memeriksa gigi dan gusi seperti layaknya tengkulak kambing. Sudah ada yang berkenan di hati? tanya pengasuh panti asuhan. Hampir, jawab sang formatur. Baunya sudah ada, tapi belum jelas benar. Sesudah hampir lewat setengah jam mengeker-ngeker, tiba-tiba sorot mata sang formatur tertancap pada seorang anak lelaki yang berair muka memelas tapi menyimpan kearifan tersembunyi. Bolehkah kutanya sedikit, anak muda? tanya fomlatur. Dipersilakan dengan hormat, tuan. Kenalkah kamu dengan Machiavelli? Bangsat dan cecunguk itu? Tentu kenal tuan. Bahkan sebagai bangsat pun dia tidak orisinal. Dia menjiplak filosofi legalis zaman Kerajaan Shih Huang Ti dua ratusan tahun sebelum Masehi. Sang formatur mengangguk-angguk hingga dagu menyenggol pangkal dasi, kemudian herbisik kepada penasuh panti asuhan. Saya minta permisi hawa anak ini, katanya. Buat apa? Buat pungut anak angkat. Lewat akta notaris apa cukup di atas kertas segel? Oh, bukan Dia mau saya dudukkan jadi Menteri Dalam Negeri dalam kabinet yang saya bentuk. Dua setengah tahun anak yatim piatu itu duduk di kursi, negeri aman penduduk kenyang, tiada tipu main selingku, akal diperpanjang dan nafsu diperpendek, ngomong sedikit tidak berbunga-bunga sehingga barang siapa yang mendengar menyimpannya belaka di dalam kuping seperti orang menyimpan batu akik di laci. Dia tidak suka berdusta karena tidak diperolehnya ajaran macam itu di panti asuhan. Kesempatan selebar lautan tersedia baginya menekuk kepala orang sehingga melengkung seperti udang, menjambaknya hingga gundul, menghambur petuah-petuah yang begitumuluk sehingga tak seorang pun memahaminya. Dikerjakannya? Tidak. Lepasan panti asuhan yatim piatu tidak peroleh kurikulutn macam gituan, apa boleh buat. Oleh gempa bumi yang sepenuhnya digerakkan oleh tangan Tuhan, dia ketiban malu bukan alang kepalang, bertubi datang kritik dan kecaman dari antero negeri karena dianggap lamban turun tangan sehingga yang kegencet batu terpaksa kembali ke alam baka. Dia mengelak dan menyurukkan kepala ke sela batu? Bukan potongan. Seaib-aib yatim piatu, serendah-rendah orang asal comberan, kehormatan dan kejujuran diri masih di atas segala-galanya. Berhubung mundur diri dan timbang rasa satu perbuatan gampang yang setolol-tolol orang pun bisa melakukannya sekali sentak, maka dengan gagal berani Menteri Dalam Negeri Italia ini turun dari kursinya selaku lelaki. Perlu kiranya jadi bahan pemikiran Litblng, model penataran mana yang beri pelajaran ilmu ajaib seperti itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus