Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bahasa

Organik dan Tak Organik

7 September 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lie Charlie
  • Sarjana tata bahasa Indonesia

    ISTILAH organik oleh banyak penutur bahasa Indonesia sering disandingkan dengan kata non-organik atau anorganik sebagai negasinya. Padahal, jika mengacu kepada bahasa Inggris, sebetulnya bentuk negasi organik yang mesti dipilih adalah inorganik (alih eja dari inorganic). Dalam kamus bahasa Inggris yang terdiri atas lebih dari 100 ribu entri sekalipun tidak tercantum kata non-organic, anorganic, atau unorganic sebagai salah satu entri. Mengapa bentuk non-organik atau anorganik yang lebih suka dipakai penutur bahasa Indonesia? Apa acuannya?

    Non-organik dan anorganik merupakan hasil kreasi penutur bahasa Indonesia saja. Kata non-organik dibentuk dengan menambahkan kata sandang non pada kata organik mengikuti pola pembentukan kata, seperti pada non-blok, non-kolesterol, atau non-partai, untuk menyatakan makna ”kebalikannya”; sedangkan terbentuknya kata anorganik dapat disinyalir mengacu kepada kaidah bahasa Latin (an- merupakan salah satu bentuk sarana pengingkaran dalam bahasa La­tin), atau merupakan hasil mengalih eja un- bahasa Inggris yang diucapkan [an] dan berciri negasi, kemudian dilekatkan di depan kata organik begitu saja. Karena bentuk non-organik dan anorganik memang tidak tepat, disarankan menggantinya dengan bentuk ”tidak/tak organik” yang mengindahkan kaidah bahasa Indonesia.

    Sering kali, walaupun kreatif, penutur bahasa Indonesia kurang cermat. Kata sandang non lazimnya dipakai untuk menyangkal kata benda, padahal organik adalah kata sifat, sehingga penggabungan keduanya menjadi non-organik sebetulnya kurang tepat. Sementara itu, awalan bahasa Inggris un biasanya berfungsi menegasikan kata-kata kerja (misalnya uncensored, undeveloped, atau ungraduated) dan kata keterangan (contoh: uneconomical atau unpredictable) saja.

    Menurut hemat saya, sebaiknya kita mengangkat kata-kata tak organik atau tidak organik sebagai negasi terhadap kata organik; dan tidak perlu mengalih eja lagi kata inorganic menjadi inorganik. Mengapa memilih kata penyangkal tak/tidak? Karena organik adalah kata sifat.

    l l l

    APA artinya organik? Sejauh yang diketahui banyak penutur bahasa Indonesia, kata organik, pertama, mengacu kepada sesuatu yang berasal dari makhluk hidup (manusia, hewan, atau tumbuh-tumbuhan). Sampah organik berarti sampah yang berasal dari makhluk hidup atau dapat dimusnahkan; misalnya sampah dari dapur. Kertas, karena berasal dari pohon pinus alias tumbuh-tumbuhan, dengan demikian, digolongkan sebagai barang atau sampah organik juga. Kini, apabila tersedia dua tempat sampah, masing-masing untuk sampah organik dan tidak organik, kita sudah tahu mesti membuang kulit pisang atau botol plastik di mana.

    Kedua, dalam pelajaran ilmu kimia, kata organik menyatakan se­ga­la sesuatu yang mengandung unsur karbon. Maka bagian pelajaran kimia yang khusus mempelajari komposisi karbon dikenal dengan sebutan pelajaran kimia organik atau ki­mia karbon. Jadi organik dalam ilmu kimia berarti mengandung karbon.

    Ketiga, organik bermakna sayur-mayur atau buah-buahan yang mulai ditanam sampai dipanen tidak diberi pupuk kimiawi, melainkan pupuk alamiah berupa kotoran hewan, humus dari tumbuh-tumbuhan, atau sama sekali tidak dibantu dengan pupuk. Tanaman organik lazimnya juga bebas dari obat pembasmi hama (pestisida) yang mengandung bahan ki­mia. Kini kita me­ngenal produk organik, seperti kentang, sawi, tomat, wortel, dan be­ras organik. Bentuk tanaman organik memang tidak terlalu bagus, agak peot, dan kecil-kecil, tapi diyakini lebih aman dikonsumsi.

    Keempat, kata organik bisa juga menyatakan bahwa suatu barang atau peralatan berasal dari satuan atau organisasi resmi. Senjata organik artinya jenis senjata yang dipakai oleh satuan militer atau kepolisian di negara tertentu. Dengan memeriksa proyektil peluru, misalnya, suatu perkara dapat ditentukan melibatkan senjata organik atau tidak, sehingga dapat disimpulkan siapa yang mungkin menjadi pela­kunya: sipil atau militer/kepolisian.

  • Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    Image of Tempo
    Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
    • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
    • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
    • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
    • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
    • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
    Lihat Benefit Lainnya

    Image of Tempo

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    >
    Logo Tempo
    Unduh aplikasi Tempo
    download tempo from appstoredownload tempo from playstore
    Ikuti Media Sosial Kami
    © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
    Beranda Harian Mingguan Tempo Plus