Dalam tulisan ''Kapal Ada, Kelasinya Belum Cukup'' (TEMPO, 2 Januari 1993, Laporan Utama) Bapak Emil Salim mengatakan, dengan ''menembak'' pabrik, kadar pencemaran turun 50%. Ini menimbulkan pertanyaan pada saya: apakah angka 50% itu berupa pencemaran organik atau kimiawi? Kalau itu pencemaran organik, rasanya tidak mungkin. Kenapa? Karena, menurut saya, pencemaran bahan organik yang berasal dari pabrik atau industri tidaklah besar. Dari hasil suatu penelitian pada salah satu daerah aliran sungai di Jakarta sekitar tiga tahun lalu (saat Prokasih mulai dilaksanakan), sumber pencemaran organik terbesar berasal dari rumah tangga. Itu terdiri dari air limbah yang berasal dari kegiatan mencuci dan mandi (50%), dan air kotor (19%). Sedangkan kontribusi industri hanya 10% (sekali lagi, berdasarkan beban organiknya, bukan kimiawi), itu masih berada di bawah sampah yang masuk ke sungai (15%). Bila yang dimaksud dengan turun 50% dari kontribusi industri, bila kita menggunakan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa pencemaran di sungai ''hanya'' berkurang 5% dari keseluruhan. Ataukah ada data lain yang menunjukkan kontribusi masingmasing sumber pencemaran di sungai Prokasih? Data sumber pencemaran sangat penting dalam menyusun perencanaan suatu penanggulangan pencemaran di sungai. Bila kontribusi masingmasing sumber pencemaran sudah jelas, kita dapat mengetahui cara penanggulangannya dan hasil yang diharapkan. Misalnya, suatu contoh kasus mengatakan bahwa pencemaran yang diakibatkan industri terhadap sungai A sudah berkurang 100%. Tapi masyarakat di sekitar itu masih melihat bahwa air sungainya masih hitam atau kotor. Mengapa? Dengan berbekal informasi tentang kontribusi sumber pencemaran di sungai A, hal itu dengan mudah bisa dijelaskan. Meskipun sumber pencemaran yang berasal dari industri telah dikurangi 100%, secara keseluruhan pencemarannya hanya berkurang 10%. Hitamnya air boleh jadi disebabkan oleh sumbersumber lain yang kontribusinya cukup besar. Tampaknya, setelah beberapa tahun berjalannya Prokasih, kami kok sepertinya belum tahu informasi ''dasar'' ini. Misalnya, sumber pencemaran di Sungai Karangmumus di Samarinda itu apa saja dan berapa besarnya. Dan bila pemotongan hewan ditembak, berapa pe rsenkah pencemaran dapat diturunkan? Satu hal lagi, dikatakan bahwa ''menembak'' limbah rumah tangga itu sulit. Menurut kami, kita dapat melakukan hal ini dengan sangat efektif, yakni dengan menerapkan jaringan perpipaan air limbah yang dilengkapi dengan instalasi pengolahan air limbah. Hanya ''sedikit'' mahal. Mengapa dikatakan efektif? Karena saluran ini menyalurkan air kotor (yang berasal dari kakus) dan air limbah rumah tangga. Air limbah industri pun (yang sudah memenuhi persyaratan tertentu) dapat disalurkan ke dalam pe rpipaan ini, kemudian diolah lebih dulu sebelum dibuang ke badan air penerima. Sistem ini sudah umum digunakan di negaranegara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa (yang cakupan pelayanannya sudah mencapai 80w99%). Negaranegara itu saat ini sudah meninggalkan sistem pembuangan setempat yang dikenal sebagai tangki septik atau cubluk. Karena cara ini hanya mengatasi masalah air kotornya, sedangkan air limbahnya tidak tertangani (mencemari badan air penerima). Demikian, terima kasih. M. MALIKI Puri Mutiara
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini