Pernyataan gus dur: sering ditanggapi secara emosional

Saya ingin menanggapi tulisan Abu Iskariman tentang "Sudahkah Gus Dur Menyuarakan Suara Umatnya?" (TEMPO, 12 Oktober 1991, Komentar). Saya rasa tidak tepat kalau Gus Dur diminta kejujurannya agar melepas baju NU sebelum berbicara tentang pendapat pribadinya. Gus Dur, pada hemat saya, bukanlah orang yang berpandangan picik, yang suka bersuara seenak perutnya. Justru beliau itu ingin menghilangkan kesan selama ini bahwa NU dianggap nol dalam pemikiran, fatalis, tradisional, konservatif, dan lain-lain yang serba tak kreatif. Pendapat Gus Dur tentang demokrasi dan pemikiran lainnya sering ditanggapi dengan emosional oleh banyak orang. Mereka salah memahami demokrasi yang dilontarkan Gus Dur tentang presiden RI "bagaimana kalau dari kalangan nonmuslim". Padahal, bukan itu maksud Gus Dur. Beliau hanya mengatakan siapkah umat Islam Indonesia berdemokrasi. Kalau umat Islam supaya memilih presiden dari kalangan nonmuslim, itu adalah salah dalam memahami demokrasi yang disuarakan Gus Dur. Demokrasi Gus Dur mengusulkan agar mereka yang nonmuslim merasa disamakan dalam hak. Bagaimanapun mereka berhak menjadi atau dipilih jadi presiden RI. Dalam hal ini, saya tidak memuja beliau sebagai orang yang hebat. Tapi patut kita bersyukur bahwa dengan kehadirannya, NU telah mengalami kemajuan yang pesat. NU semakin berwibawa. Dan kesan NU yang tradisional dan konservatif semakin berkurang. ABU MUHSIN Mahasiswa Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta