Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BANYAK saya membaca komentar warganet di media sosial terhadap status seseorang, yang biasanya figur publik. Komentar itu ditujukan kepada si pembuat status. Kemudian datang warganet lain yang membalas komentar itu dengan tulisan, “Sekolah dulu yang pintar, Dek, kok kata dikota dirangkaikan? Harusnya dipisah donk.” Setelah dicermati, lontaran kalimat itu bertujuan menyuruh dia untuk bersekolah, kemudian memperbaiki penulisan kata di dan kota yang seharusnya dipisah.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Polisi Bahasa"