Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Editorial

Polisi Jangan Mudah Percaya

Polisi lebih mempercayai pengakuan tersangka pembunuhan Sisca Yofie dibanding keterangan saksi. Ada upaya menutupi fakta?

18 Agustus 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bersikap skeptis adalah modal pertama untuk mendapatkan kebenaran. Para filsuf, ilmuwan, dan penyelidik kepolisian tahu benar manfaat skeptisisme. Dengan bersikap skeptis, kita meragukan temuan awal, lalu mengujinya berulang-ulang hingga akhirnya kita sampai pada kesimpulan yang paling mendekati kebenaran. Dengan bersikap skeptis, kita tak terburu-buru membuat kesimpulan, dan terbuka pada temuan yang berbeda.

Sikap skeptis itu tak muncul ketika polisi menyelidiki pembunuhan Franceisca Yofie di Bandung, tiga hari menjelang Lebaran.­ Polisi sangat percaya pada pengakuan kedua pelaku—Saefullah atau Ade dan Wawan—bahwa mereka tak sengaja membunuh saat menjambret tas Sisca.

Jika polisi bersikap skeptis, ada banyak kejanggalan. Setelah menyerahkan diri, Ade memang menyatakan bahwa ia tak berniat membunuh Sisca dengan cara sadistis—muka dibacok berkali-kali dan tubuhnya diseret sepeda motor sejauh 800 meter. Kata dia, Sisca terjatuh ke dekat ban belakang motor yang ditumpangi bersama pamannya. Rambut Sisca tersangkut kepala rantai motor dan terseret tanpa ia ketahui.

Pengakuan dari pelaku kejahatan adalah keterangan yang harus paling diragukan. Ini pakem penyelidikan kepolisian di seluruh dunia. Pelaku kejahatan memiliki motif untuk memberi keterangan palsu agar tak terjerat hukum atau sekadar memperingannya. Keterangan mereka baru bisa dipakai jika sesuai dengan fakta, bukti, dan kesaksian lain. Sejumlah kesaksian justru berbeda.

Misalnya Yadi—saksi yang masih disembunyikan polisi—dalam reka ulang menggambarkan kronologi yang berbeda. Tak ada aksi perebutan tas. Sisca digeret tangannya oleh kedua tersangka sebelum dibacok kepalanya dan jatuh lalu diseret pada rambutnya.

Aksi ini sepertinya sudah direncanakan. Banyak saksi yang mengatakan ada orang yang mengintai Sisca di rumahnya, berkali-kali. Sejumlah saksi melihat ada dua orang yang membuntuti Sisca atau mengawasinya saat berada di rumah kos.

Klaim bahwa Ade dan Wawan berhasil menjambret tas juga dimentahkan oleh pemilik rumah kos yang yakin tas Sisca masih ada di mobilnya saat ia ditemukan.

Sungguh bodoh kalau ada orang yang percaya pengakuan Ade bahwa mereka tak sadar rambut Sisca tersangkut pada gir sepeda motor mereka, hingga menyeret perempuan itu sejauh 800 meter. Siapa pun yang pernah naik motor akan menganggap ini pengakuan yang tolol. Jangankan tubuh manusia, ada ranting yang tersangkut saja pengendara motor menyadarinya.

Pengakuan bahwa Sisca terseret dan bukannya diseret masih masuk akal jika jaraknya puluhan meter. Tapi terseret sepanjang hampir satu kilometer di jalan yang tak rata, tanpa disadari? Mustahil. Apalagi ada saksi yang melihat Sisca masih sempat mengaduh saat diseret.

Keyakinan polisi terhadap pengakuan tersangka patut membuat kita curiga. Polisi seolah-olah ingin menutupi sesuatu dan mengarahkan kasus pembunuhan ini ke arah penjambretan, bukan karena dendam seperti yang diduga sebelumnya. Sisca diketahui pernah memiliki hubungan asmara dengan Komisaris Polisi Albertus Eko Budi. Eko juga mengaku pernah menyuruh orang untuk memata-matai Sisca.

Kecurigaan ini, seperti juga kecurigaan pada motif lain, harus disikapi secara skeptis. Polisi harus berlaku profesional, tidak menutupi fakta, dan tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan. Jika tidak, kecurigaan adanya pembelokan fakta pada penyelidikan ini akan semakin kuat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus