Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jika Presiden sampai kehilangan mobil dinas, ini bukan lagi berita besar yang serius, tetapi berita aneh bin lucu. Bagaimana mungkin pejabat negara nomor satu di republik ini sampai kehilangan mobil dinas antipeluru, jika setiap langkahnya selalu dijaga sepasukan pengawal? Kalaupun berita itu benar, malingnya sangat luar biasa. Dibutuhkan polisi yang super-luar biasa untuk menangkap maling itu, apakah tertangkap tangan atau dijebak.
Padahal persoalannya sederhana saja. Menteri Sekretaris Negara Yusril Ihza Mahendra dalam dengar pendapat dengan DPR menyebutkan, Presiden Yudhoyono sejak dilantik pada September tahun lalu hanya menggunakan mobil anti-peluru buatan tahun 1998. Tidak ada mobil lain, baik yang lebih lama maupun yang lebih gres. Hanya Mercy hitam itu satu-satunya mobil yang dipakai Presiden Yudhoyono. Sedangkan ketika Megawati menjadi presiden, ada mobil antipeluru lain, yang kebetulan lebih baru, yang sering digunakannya. Pertanyaannya pun jadi sederhana: apakah mobil anti-peluru yang lain itu milik pribadi Megawati atau milik negara?
Jawaban dari mantan presiden Megawati sudah muncul. Menurut Sekjen DPP PDIP, Pramono Anung, Megawati memang punya mobil pribadi yang dilengkapi kaca anti-peluru. Tetapi mobil itu hanya digunakan untuk keperluan keluarga. "Mobil tersebut dibeli keluarga Megawati," kata Pramono. Sedangkan untuk urusan dinas, Megawati tetap menggunakan mobil lama warisan Presiden B.J. Habibie, dan selama menjabat presiden belum pernah membeli mobil anti-peluru yang baru.
Presiden Yudhoyono sendiri terkesan tidak mempersoalkan urusan mobil, tetapi lebih menekankan kepada kekayaan negara. Seperti yang dikatakan juru bicara Presiden, Andi Mallarangeng, Yudhoyono hanya memerintahkan untuk melakukan audit di Sekretariat Negara, Sekretariat Presiden, dan Sekretariat Wakil Presiden, apa saja aset yang menjadi kekayaan negara. Audit itu sedang dilakukan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Jika audit ini selesai, nanti akan makin jelas, apa saja yang dipunyai negara yang berada di Istana Presiden, Istana Wakil Presiden, dan lain-lainnya. Berapa kekayaan berupa lukisan, keramik, pot bunga, sapu, tong sampah, dan tentu jelas pula berapa negara punya mobil anti-peluru untuk dipakai oleh presiden.
Jika memang hasil audit menunjukkan mobil anti-peluru hanya satu dan buatan tahun 1998, ya, apa boleh buat, hanya itulah kekayaan negara. Soal mau membeli lagi atau biarkan saja mobil itu dipakai terus sampai mogok, itu dipikirkan kemudian.
Lantas, bagaimana dengan mobil anti-peluru yang dibeli dan dipakai untuk urusan keluarga oleh Megawati saat menjadi presiden? Sudah pasti, mobil itu tak bisa diutak-atik oleh negara. Hak Megawati dan keluarganya membeli mobil yang dipasangi kaca anti-peluru. Cuma di mana mobil itu dibeli, apakah menyalahi aturan impor mobil sebagai barang mewah, itu urusan lain lagi. Urusan selebihnya adalah bagaimana kalau, misalnya, kaca anti-peluru di mobil itu ternyata sumbangan dari perusahaan otomotif di luar negeri yang diberikan saat Megawati menjabat presiden. Ini tentu akan menyangkut soal lain lagi, bisa kasus hukum, bisa soal moral, jika dipertanyakan apakah sumbangan itu menyalahi sumpah jabatan presiden atau tidak.
Namun, menduga-duga saja tentu tidak elok. Lebih baik dicari fakta sejatinya. Jika perlu meminta bantuan masyarakat, siapa yang mengetahui masalah ini silakan kirim SMS ke nomor 9949. Sederhana sekali kan?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo