Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Marginalia

Rasialisme Muncul Di Mana Saja

Pada abad ke-14, kebencian kristen terhadap yahudi di eropa memuncak ketika terjadi wabah di sana. orang yahudi dituduh menyebarkan penyakit. masalah hubungan rasial ada di mana-mana: asia, amerika, dsb.

13 Desember 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BEBERAPA ekor tikus dari kapal mendarat di pelabuhan Marseille, Prancis. Dan agaknya dari saat itulah bermula "Maut Hitam" --wabah besar yang menggulung Eropa di pertengahan abad ke-14. Konon 25 juta orang mati lewat sakit yang misterius itu, hanya dalam waktu setahun. 600 tahun yang lalu, Eropa berkalikali digerogoti sampar--dan "Maut Hitam" itulah yang paling hitam. Kemiskinan dan kekotoran nampak di sebagian besar wilayah, hingga seorang penulis mencatat di tahun 1340 di Inggris: "Hanya sedikit orang yang sekarang mencapai umur 40 tahun, dan lebih sedikit lagi yang sampai 50 tahun." Ilmu kedokteran, jika pun ada, sangat terkebelakang--terutama bila dibanding dengan yang terdapat di bagian dunia yang lain. Tatkala di tahun 1360 seorang dokter dari Granada, bernama Ibnu al Khatib, sudah menulis risalah Tentang Wabah, dan menyarankan karantina bagi mereka yang terkena, di Eropa orang masih bingung. Jika di Granada Ibnu al Khatib sudah berani menuntut pembuktian empiris, bahkan terhadap Hadith Nabi, di Eropa dalam perkara wabah orang masih percaya kepada takhyul dan desas-desus. Desas-desus yang terhebat ialah, bahwa "Maut Hitam" disebabkan tangan kotor orang Yahudi. Sebuah cerita mengatakan, bahwa orang-orang Yahudi dari Toledo mengirimkan agen mereka ke seluruh Eropa. Para agen ini, demikianlah konon, membawa kotak racun yang diramu dari- daging kadal dan jantung orang-orang Kristen. Racun itu kemudian diteteskan ke dalam sumur dan mata air. Wabah pun terjadi. Baik Raja maupun Paus menyatakan bahwa desas-desus itu tak punya dasar. Demikian pula dewan-dewan kota dan sejumlah burgomaster mencoba menenangkan penduduk. Tapi sia-sia, Orangorang menutup sumur dan mata air mereka, serta hanya mau minum dari hujan atau cairan salju. Dan orang-orang Yahudi diburu, dibakar atau dibunuhi. Semua orang Yahudi di Bern, Nurenberg dan Brussels misalnya mati dihanguskan. Di Wina, orang-orang Yahudi berkumpul di sinagog mereka dan membunuh diri beramai-ramai. Permusuhan terhadap orang Yahudi memang bukan hanya bermula setelah "Maut Hitam", dan tuk berakhir di sana. Thomas More, cendekiawan dan wakil setia Gereja Katolik itu, panah bercerita: ia memberitahu seorang wanita Kristen yang saleh, bahwa Bunda Maria adalah wanita Yahudi. Si wanita terkejut. Kemudian ia mengaku, bahwa cintanya kepada Bunda Maria tak lagi setulus dulu. Banyak tulisan rnenunjukkan, bahwa persaingan ekonomi antara orang Kristen dengan Yahudi di Eropa merupakan sebab dasarnya. Di Abad Tengah itu, para Paus melarang riba dan orang-orang Kristen mematuhinya. Sebaliknya, para pedagang Yahudi tak terikat oleh perintah yang melarang pemungutan bunga dalam pinjaman itu. Ketika banyak perusahaan milik orang Kristen mulai tak mengacuhkan larangan agama mereka, persaingan sengit pun timbul dengan orang-orang Yahudi. Kebencian menyebar. Apakah sebabnya? Keterbatasan dalam pikiran? Barangkali. Sultan Bajazet II dari Turki, yang waktu itu lebih "maju", dengan senang hati menerima orang-orang Yahudi datang ke kerajaannya. Ia memanfaatkan kehadiran mereka dalam hal memajukan perdagangan, kerajinan tangan dan ilmu pengobatan -- serta mengejek Raja Ferdinand "Tuan menilai Ferdinand seorang raja bijaksana, dia yang membuat negerinya melarat dan memperkaya negeri saya?" (****) TAPI masalah hubungan rasial tak cuma terbatas pada masalah Yahudi di abad-abad yang lalu. Persoalan ini muncul seperti tak habis-habisnya dan hampir di mana saja. Ia ada di Amerika antara orang hitam dan orang putih. Ia muncul di Afrika antara orang hitam dengan orang India. Ia hadir di Asia Tenggara antara orang Cina dengan penduduk pribumi. Ia terbit di Israel antara orang Yahudi dengan orang Arab Palestina. Ia pecah di Iran antara orang Persia dengan orang Arab . . . Nampaknya tak setiap persoalan, harus ada pemecahannya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus