Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Sekolah ke luar negeri: mencoba melihat dari kaca mata pejabat

24 Agustus 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Saudara I. Notosapoetro mempermasalahkan putra-putri pejabat yang bersekolah di luar negeri (TEMPO, 3 Agustus 1991, Komentar). Ia beranggapan bahwa sudah selayaknyalah para orangtua yang memiliki kekuasaan dan wewenang untuk membenahi dunia pendidikan yang kacau balau. Tapi, seandainya I. Notosapoetro meninjau dari sudut pandangan pejabat yang bersangkutan, ia akan melihat bahwa tindakan mereka itu adalah tindakan yang amat bijaksana, baik sebagai orangtua maupun sebagai pejabat. Sebagai orangtua, mereka melihat sendiri masalah-masalah yang menggayuti langkah pendidikan kita. Dari masalah buku pegangan yang sampai rangkap lima untuk satu mata pelajaran, Ebtanas yang bocor sampai ke masalah tawuran yang semakin brutal. Orangtua mana sih yang tega melihat anaknya terbungkuk-bungkuk menyandang tas sekolah yang berisi buku pegangan rangkap lima itu. Atau, melihat anaknya berlumuran darah karena terlibat tawuran. Bukankah lebih baik kalau anak mereka disekolahkan di luar negeri yang bebas tawuran, metode belajarnya efisien dan efektif, dan sarana belajar yang nyaman dan modern? Sebagai pejabat, mungkin, di hati mereka hanya terniat bahwa pengiriman itu adalah untuk "mempersembahkan" yang terbaik bagi negeri ini. Bayangkan dengan bersekolah di luar negeri, anak-anak mereka tentu terbiasa hidup mandiri menghadapi persoalan yang datang. Selain itu, sistem pendidikannya baik sekaligus menambah kemampuan berbahasa Inggris. Nah, bila mereka kembali ke tanah air kelak, mereka akan menjadi manusia berotak encer dan mampu memberikan sumbang pikiran dan tenaga untuk membereskan masalah dalam negeri, termasuk soal pendidikan tadi tentunya. Dan insya Allah dengan sumbangsih mereka, keadaan akan berbalik: cucu-cucu George Bush akan berbondong-bondong sekolah ke Indonesia. Sebab, di negaranya, tidak ada pelajaran yang unik dan spesifik, seperti PMP dan PSPB. Ini bukan mustahil. Sementara itu, bagi yang belum punya kesempatan sekolah ke luar negeri, saya sarankan berdoalah dan berusaha giat agar lekas kaya atau lekas menjadi menteri, sehingga anaknya bisa sekolah di luar negeri. Tapi usahakan jangan semuanya berdoa nanti sekolah-sekolah dalam negeri akan gulung tikar karena kekurangan murid. AGUNG NUGROHO Jalan Prof. Mohammad Yamin No. 3 Jakarta Pusat - 10310

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus