Tarif angkutan laut: pendapat ngawur

Seorang komisaris dari grup bisnis terkemuka antara lain mengatakan bahwa tarif angkutan laut di Indonesia termasuk paling murah (TEMPO, 29 Desember 1990, halaman 85). Sebagai contoh, ia menyebutkan tarif KM Kerinci yang Rp 43 ribu itu, untuk perjalanan dua hari plus enam kali makan. Padahal, di Jepang, katanya, uang senilai itu hanya cukup untuk tarif pelayaran tiga jam. Alasan ini sama dengan alasan Pemerintah sewaktu menaikkan tarif listrik pada April 1989 lalu. Waktu itu dikatakan bahwa tarif listrik kita lebih murah dibandingkan tarif listrik di Singapura. Pernyataan ini jelas ngawur. Mengapa kita mesti membandingkannya dengan harga di negara industri yang notabene rakyatnya sudah makmur. Apakah kita sudah lupa bahwa GNP di negara-negara tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Indonesia? Kita tahu bahwa tahun demi tahun tingkat kesejahteraan sebagian besar bangsa kita semakin baik. Namun, pernahkah kita menyurvei berapa banyak di antara bangsa kita yang berada di tingkat mandek? Dengan kata lain, kehidupannya dari dahulu hingga kini begitu-begitu saja. Sebagai contoh, coba lihat kehidupan para nelayan di pesisir negara kepulauan ini. Sampai bosan mereka berpapasan dengan KM Kerinci atau sejenisnya. Namun mimpi pun tidak mereka itu untuk merasakan nikmatnya naik kapal itu. Maka, bila kita berbicara soal harga sebaiknya dipertimbangkan dahulu daya beli masyarakat luas, tanpa membandingkannya dengan daya beli bangsa lain. EDDY RASYID d/a PDAM Tirta Peusada Jalan Minuran Bukit Rata Kuala Simpang 2475 Aceh