Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Editorial

Tragedi Sang Dukun Cilik

Kehebatan seorang dukun cilik dan jimat batunya membuat heboh. Irasionalitas selalu ada di sekitar kita.

16 Februari 2009 | 00.00 WIB

Tragedi Sang Dukun Cilik
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

INI sebuah kisah indonesiana: dramatis, tragis, barangkali hanya ada di negeri ini. Di antara siraman hujan deras nun di Dusun Kedungsari, Jombang, Jawa Timur, Januari lalu, konon kilat menyambar sebongkah batu berbentuk kepala belut. Ponari, anak lelaki 10 tahun, menemukan batu itu. Entah mendapat ide dari mana, sang bocah memasukkan batu ke dalam air, dan orang ramai-ramai percaya air itu bisa melenyapkan semua jenis penyakit.

Tak percaya? Itu urusan Anda. Tapi ribuan, bahkan puluhan ribu, orang hakulyakin akan keampuhan air batu cokelat itu. Setiap hari rumah Ponari didatangi orang yang ingin berobat. Predikat dukun disandangkan orang banyak, pasiennya berjibun, dan bocah kelas 3 SD itu tak lagi sempat bersekolah. Semakin hari semakin deras alir­an manusia datang. Gara-gara berdesakan dan berebutan, empat orang tewas. Fantasi berujung tragedi.

Media sibuk meributkan irasionalitas masyarakat yang mau saja berdesak-desak siang-malam untuk sebuah penyembuhan yang tak jelas juntrungannya. Ada lagi pihak yang mempersoalkan terjadinya eksploitasi anak. Polisi­ sempat melarang praktek Ponari untuk beberapa saat setelah peristiwa tewasnya calon pasien sang dukun cilik. Bagaimana semua ini harus kita lihat?

Pertama, irasionalitas memang merupakan bagian dari masyarakat, yang sudah berpendidikan tinggi sekalipun. Pencetus ide Blue Energy yakin air bisa direkayasa menjadi minyak. Pencipta padi jenis Super Toy percaya bisa menghasilkan padi dalam jumlah fantastis. Masyarakat cenderung percaya pada mistik karena persoalan kul­tu­ral, juga percaya pada solusi yang instan dalam peng­obatan, karier, jodoh, atau apa pun. Melalui jalur mistik orang sering berharap mendapat ”kekuatan”, sugesti, untuk mencapai keinginan yang paling tak masuk akal seka­lipun. Bayangkan, batu Ponari itu dipercaya mempunyai ”tugas utama” menghentikan semburan lumpur Lapindo. Celakanya, pernyataan yang disampaikan keluarga Ponari itu ditanggapi dengan serius oleh pihak yang diberi tugas menanggulangi soal Lumpur di Sidoarjo itu.

Kedua, pemilihan jalur mistik untuk pengobatan juga harus dipahami sebagai sebuah akibat dari beberapa sebab. Pengobatan medis selalu identik dengan biaya yang mahal. Ini penyebab penting yang mendorong orang untuk mencari pengobatan alternatif, mulai dari yang sudah diakui oleh Departemen Kesehatan sampai peng­obatan mistik, termasuk batu yang kena setrum petir itu.

Dalam soal Ponari, sebaiknya orang tua dan pihak berwenang mengingat kepentingan bocah yang masih kelas 3 SD itu. Ia masih harus menempuh pendidikan. Bukan hanya karena itu kewajiban setiap anak Indonesia, melainkan juga karena itu adalah haknya. Orang ramai juga harus disadarkan bahwa Ponari bukan juru selamat. Ia seorang anak biasa yang perlu diselamatkan kesehatan jasmani dan rohaninya. Adapun masalah lumpur Lapindo, biarlah pihak yang punya kuasa dan uang serta akal sehat yang memikirkan solusi yang rasional.

Dengan terjadinya kasus ini, seharusnya Departemen Kesehatan melakukan kampanye agar masyarakat lebih terdorong pergi ke puskesmas daripada memilih penyem­buhan mistis yang tak bisa dipertanggungjawabkan. Dunia kesehatan medis yang memihak rakyat harus lebih ditingkatkan. Tentu perlu kerja keras berjangka panjang, tetapi itulah gunanya Departemen Kesehatan. Jika usaha tidak dilakukan, kisah fantasi dan tragedi macam Ponari akan selalu berulang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus