Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Yang sisa hanya penyesalan

Kemenangan regu bridge indonesia di singapura pada th 1972 berkat peranan npc indonesia j.umbas sebagai npc dianggap tidak qualified, tidak berpengalaman baik di dalam maupun di luar negeri.

17 Januari 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KEMENANGAN Italia sebagai juara dunia untuk pertama dan kedua kalinya, adalah berkat peranan NPC Italia, yang oleh Amerika ingin dibeli dengan nilai jutaan dollar. Kemenangan berikutnya, sampai belasan tahun sudah, dengan materi pemain inti yang sama, adalah berkat pemain itu sendiri. Di sini peranan NPC sudah tidak penting lagi. Soalnya ialah bahwa materi pemain inti itu, sudah digembleng habis-habisan, sehingga akhirnya dapat berdiri sendiri. Akhirnya memang, NPC itu cuma berfungsi sebagai pengawas. Kemenangan Indonesia di Tahun 1972 di Singapura yang diteruskan di Hongkong tahun berikutnya, berkat peranan NPC Indonesia, D. Masengi. Kemenangan untuk ketiga kalinya secara beruntun, yang toh tidak dipegang oleh Masengi adalah berkat pemain inti yang memang sama dengan tahun sebelunmya. Seandainya anggota team ke Bangkok tahun 1975 ini terdiri atas materi yang sama, maka NPC aktis tidak diperlukan lagi, selain berfungsi sebagai pengawas yang mengkontrol ruang terbuka dan tertutup. Tetapi, ketika Team Nasional ke Bangkok terbentuk, yang terdiri atas materi pemain yang berbeda sama sekali, yang walaupun secara aturan termasuk yang terkuat di Indonesia maka peranan NPC di Sini penting sekali. Jika kondisi mengizinkan dan tanpa adanya beban psikologis, pastilah semua pemain akan menolak J. Umbas sebagai NPC. Penolakan ini akan diterima olch semua pengamat bridge, karena yang bersangkutan memang tidak qualified untuk NPC dan praktis tidak punya pengalaman, baik di Indonesia maupun di Jakarta sendiri, apalagi untuk Dunia Internasional. Konon kabarnya, penunjukan NPC, didasarkan agar giliran ke Luar Negeri oleh sesama anggota Komisi Teknik PB Gabsi, dasar mana sebenarnya tidak tercantum di dalam Peraturan Teknik Gabsi. Berita ini, bagaimana pun menimbulkan tanda tanya, kriteria apa pula yang memungkinkan seseorang dapat menjadi anggota Komisi Teknik. Apalagi, kegagalan kali ini bermuara pada Komisi Teknik ini, dimulai dari Seleksi Nasional yang "ricuh" yang justru dipimpili oleh J. Umbas. Maka suara-suara yang menginginkan adanya revisi kepengurusan, merupakan usul yang konstruktif. Tampaknya PB Gabsi tidak menginginkan adanya perobahan dalam hal ini. Terbukti, justru timbul hasrat yang lebih kuat untuk tetap menjalankan program organisasi, untuk tetap turut Olimpiade Bridge bulan Mei 1976 di Monte Carlo. Kasus ini jadi menarik, karena akan melibatkan banyak hal, yang jika dikaji lebih luas, hasilnya akan memperuncing kegagalan yang baru lalu. Menurut aturan, Team Nasional yang kehilangan mahkota di Bangkok adalah team resmi sampai Agustus 1976, setidak-tidaknya sampai adanya lagi Seleksi Nasional untuk periode Kejuaraan Timur Jauh akhir tahun 1976. Mengirimkan team ini ke Monte Carlo, akan menimbulkan risiko besar. Hal ini disebabkan waktu yang sempit, juga karena faktor partnership. Karena itu saya menganjurkan, untuk tidak memikirkan Monte Carlo, tctapi justru merancang suatu cara dan aturan yang lebih akurat untuk Kejuaraan Timur Jauh 1976 di Selandia Baru. Memang dapat juga dilakukan suatu seleksi nasional, dengan membubarkan team ini melalui kongres darurat tanpa menganggu Kongres Yogya bulan April yang akan datang. Tetapi menyelenggarakan sebuah seleksi, memerlukan waktu yang panjang. Belum lagi, jika tiga pasangan terpilih, mesti memerlukan pusat latihan yang panjang. Jika cuma ingin pesiar saja, untuk apa menghamburkan uang untuk sekedar ingin merasai olimpiade? Kemungkinan lain ialah dengan cara dikeluarkannya surat keputusan, menunjuk tiga pasangan terbaik menurut selera, melatihnya dan memberangkatkannya, lalu bagaimana nanti saja mempertanggungjawabkannya di kongres. Team "surat keputusan" ini kelak bisa mengundang antipati, apalagi bila hasilnya memang sia-sia. Dan dalam waktu yang relatif singkat, kans untuk menang itu praktis kecil. Nah, timbullah pertanyaan, manakah yang lebih baik: membuat aturan yang dijadikan landasan untuk hari kemudiankah atau temporer? Temporer karena dapat mengundang antipati. Saya berpendapat, sebaiknyalah kita memilih satu aturan yang pasti, karena dunia bridge kita bukan hanya untuk hari ini, tetapi untuk waktu yang masih panjang. Mari kita siapkan diri untuk masa yaulg panjang, dengan hasil yang dengan sendirinya akan maksimal. Itu semua kesan yang prinsipil, yang kiranya perlu direnungkan, karena yang sisa sekarang ini hanyalah penyesalan. Untuk obat sesal ini, di bawah ini saya sertakan sebuah distribusi permainan, ketika Indonesia berhadapan dengan Hongkong di hari pertama. Utara S-A9 53 H-A D-A10864 C-KQJ Barat Timur S-K4 S-1087 H-K1075432 H-QJ986 D-972 D-J3 C-5 C-986 Selatan S-QJ62 H-void D-KQ5 C-A 107432 Semua bahaya, di mana Selatan (Abbas) membuka dengan 1C (preparing bid) yang dijawab oleh Utara (Waluyan) dengan 1D dengan dua arti: O-9 atau kuat. Abbas ke 1S yang dijawab oleh Waluyan dengan 2D kuat. Abbas ke 4H (void H dengan bantuan di D secara bagus), maka Waluyan menutup kontrak dengan 7D, yang selalu bikin. Di ruang tertutup, Lo/Sung dari Hongkong menutup kontrak di 6S, yang selalu bikin. Kontrak 7S memang bikin bila S-K berada di Barat. Tetapi 7C atau 7D selalu bikin, di mana pun S-K berada, sebab sisa S bisa dibuang, asal D dan C di Barat/Timur memang terbagi baik. Start ini telah menarik perhatian dan dikagumi oleh lawan-lawan, yang secara psikologi telah membantu langkah berikutnya. Tapi cuma mulanya saja!

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus