LEMPARLAH batu dari udaraa dan batu itu akan menimpa sebuah
gedung Pertamina". Ucapan yang konon populer di Jakarta ini,
dikutip dalam buku Pertamina, Indonesian National Oil, yang
disusun oleh satu team penulis Amerika dengan bantuan Pertamina
serta Departemen Pertambangan. Kalimat itu adalah untuk
melukiskan luasnya jangkauan perusahaan itu. Meskipun sedikit
dilebih-lebihkan, ada juga benarnya. Coba sebut saja nama
sejumlah gedung baru di Jakarta, dan anda hampir selalu akan
menemukan nama Pertamina di belakangnya. Bina Graha, tempat
Presiden & Menteri-Menteri mengatur pemerintahan, gedung Veteran
alias Graha Purna Yudha (Granadha) tempat sejumlah perusahaan
besar berkantor dan orang-orang berduit merayakan peta
perkawinan anaknya, Balai Pertemua alias Convention Hall
Senayan, Menara Pertamina di jalan Thamrin serta sejumlah gedung
kantor dan perumahan mewah di berbagai pelosok ibukota ibukota
RI ini.
Bukan di Jakarta saja Pertamina dikenal karena gedung-gedung
yang dibangunnya. Di Denpasar, Bali, Pertamina juga dikenal
karena Petamina Beach Hotelnya. Di Balikpapan, Kalimantan
Timur, gedung pertemuan Banua Patra, dijuluki sebagai "Mini
Convention Hall" karena potongannya mirip Balai Pertemuan
Senayan. Itu termasuk gedung terbesar dan termewah di propinsi
itu. Setelah terkatung-katung beberapa tahun gedung itu
buru-buru dirampungkan sesudah boom minyak 1974 dan diresmikan
oleh irut Pertamina Haji Ibnu Sutowo bulan Januari 1975.
200 Dicoret, 14 Ditambah
Sedang di Semarang -- ibukota Jawa Tengah yang tidak banyak
berurusan dengan migas itu -- sejumlah diplomat, birokrat, dan
usahawan tingkat Pusat belakangan ini ada juga menghuni
kamar-kamar Hotel Patra Jasa yang megah di bukit Candi Semarang,
untuk menyelesakan urusan-urusan dinas dan pdbadi. Penginapan
dengan lebih dari 70. kamar itupun baru saja diresmikan dalam
pertengahan 1975 dengan fungsi rangkap sebagai pusat latihan
personil perhotelan anak perusahaan Pertamina, PT Patra Jasa,
buat proyek-proyeknya yang masih mau dibangun. Karena kini
kemudian dicoret dari daftar, akibatnya ialah dianggurkannya 200
calon-karyawan hotel Patra Jasa sejak Mei 1975 setelah lebih
dari setahun lamanya dilatih di hotel itu.
Patra Jasa, memang merupakan anak perusahaan Pertamina yang ikut
merasa senang dan sakit akibat krisis keuangan Pertamina.
Walaupun bidang usahanya bukan bisnis perminyakan, toh beban
kerjanya semakin berat juga. Sejak awal Nopember 1975 lewat
sepucuk SK Dirut Pertamina PT Patra Jasa telah dilimpahi seluruh
proyek bangunan Pertamina yang terhenti pembangunannya. Ke-14
proyek kontraktor-kontraktor Pertamina itu -- di antaranya
sejumlah gedung kantor, kompleks rumah mewah, motel Pertamina di
Surabaya, serta Menara Pertamina yang bakal merupakan pencakar
langit paling tinggi di Jakarta (& Indonesia) -- harus
dirampungkan dan dikomersiilkan oleh Patra Jasa. Selanjutnya PT
Patra Jasa juga ditunjuk sebagai satu-satunya wadah untuk
pengelolaan bisnis (atau eksbisnis?) Pertamina di bidang real
estate itu. Sejalan dengan instruksi Dirut itu, jabatan Dirut
Patra Jasa yang lowong karena meninggalnya Mayjen Hamzah diisi
oleh Haji Taher, orang penting Pertamina yang sebelumnya menjadi
asisten pribadi Dirut Pertamina.
Royal Kantor
Tugas baru Haji Taher itu tidak ringan. Sebab hingga sekarang
ini, Patra Jasa sendiri sedang berbenah diri kembali.
Mengendornya kegiatan Pertamina -- dan begitu pula sebagian
kontraktor Pertamina -- juga mengurangi frekwensi pengisian
kamar-kamar hotel dan motel yang dilola Patra Jasa. Di samping
itu, Patra Jasa kini merupakan semacam tempat penampungan bagi
sejumlah pegawai Pertamina dan anak-anak perusahaannya yang
tergeser dari berbagai kegiatan Pertamina yang macet atau
kendor. Termasuk di dalamnya sebuah team penyehatan Pertamina
yang sebelumnya ditempatkan di PT Krakatau Steel.
"Kami masih baru di PT ini hingga masih banyak hal yang harus
dipelajari. Pelaksanaan SK Dirut Pertamina No. 1846/1975 itu
terpaksa harus ditangguhkan sampai selesainya survei atas
proyek-proyek yang terbengkalai", kata seorang pirnpinan Patra
Jasa eks Krakatau Steel. Untuk melaksanakan tugas-tugasnya di
Jakarta, PT yang bergerak di bidang bangunan kantor & penginapan
itu sendiri termasuk royal dalam menggunakan ruangan tempat
bekerja. Dirutnya sendiri masih berkantor di jalan Perwira 6,
kantor pusat Pertamina. Wakil-wakil Dirut di jalan Timor 10, dan
bagian administrasi menempati lantai 9 dan 10 gedung Granadha,
di Semanggi, Jakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini