Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Patra jasa, misalnya

Seluruh proyek bangunan pertamina yang terhenti, kini dilimpahkan pada pt patra jasa, termasuk usaha komersialisasi gedung kantor, motel dan rumah mewah. (ek)

17 Januari 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LEMPARLAH batu dari udaraa dan batu itu akan menimpa sebuah gedung Pertamina". Ucapan yang konon populer di Jakarta ini, dikutip dalam buku Pertamina, Indonesian National Oil, yang disusun oleh satu team penulis Amerika dengan bantuan Pertamina serta Departemen Pertambangan. Kalimat itu adalah untuk melukiskan luasnya jangkauan perusahaan itu. Meskipun sedikit dilebih-lebihkan, ada juga benarnya. Coba sebut saja nama sejumlah gedung baru di Jakarta, dan anda hampir selalu akan menemukan nama Pertamina di belakangnya. Bina Graha, tempat Presiden & Menteri-Menteri mengatur pemerintahan, gedung Veteran alias Graha Purna Yudha (Granadha) tempat sejumlah perusahaan besar berkantor dan orang-orang berduit merayakan peta perkawinan anaknya, Balai Pertemua alias Convention Hall Senayan, Menara Pertamina di jalan Thamrin serta sejumlah gedung kantor dan perumahan mewah di berbagai pelosok ibukota ibukota RI ini. Bukan di Jakarta saja Pertamina dikenal karena gedung-gedung yang dibangunnya. Di Denpasar, Bali, Pertamina juga dikenal karena Petamina Beach Hotelnya. Di Balikpapan, Kalimantan Timur, gedung pertemuan Banua Patra, dijuluki sebagai "Mini Convention Hall" karena potongannya mirip Balai Pertemuan Senayan. Itu termasuk gedung terbesar dan termewah di propinsi itu. Setelah terkatung-katung beberapa tahun gedung itu buru-buru dirampungkan sesudah boom minyak 1974 dan diresmikan oleh irut Pertamina Haji Ibnu Sutowo bulan Januari 1975. 200 Dicoret, 14 Ditambah Sedang di Semarang -- ibukota Jawa Tengah yang tidak banyak berurusan dengan migas itu -- sejumlah diplomat, birokrat, dan usahawan tingkat Pusat belakangan ini ada juga menghuni kamar-kamar Hotel Patra Jasa yang megah di bukit Candi Semarang, untuk menyelesakan urusan-urusan dinas dan pdbadi. Penginapan dengan lebih dari 70. kamar itupun baru saja diresmikan dalam pertengahan 1975 dengan fungsi rangkap sebagai pusat latihan personil perhotelan anak perusahaan Pertamina, PT Patra Jasa, buat proyek-proyeknya yang masih mau dibangun. Karena kini kemudian dicoret dari daftar, akibatnya ialah dianggurkannya 200 calon-karyawan hotel Patra Jasa sejak Mei 1975 setelah lebih dari setahun lamanya dilatih di hotel itu. Patra Jasa, memang merupakan anak perusahaan Pertamina yang ikut merasa senang dan sakit akibat krisis keuangan Pertamina. Walaupun bidang usahanya bukan bisnis perminyakan, toh beban kerjanya semakin berat juga. Sejak awal Nopember 1975 lewat sepucuk SK Dirut Pertamina PT Patra Jasa telah dilimpahi seluruh proyek bangunan Pertamina yang terhenti pembangunannya. Ke-14 proyek kontraktor-kontraktor Pertamina itu -- di antaranya sejumlah gedung kantor, kompleks rumah mewah, motel Pertamina di Surabaya, serta Menara Pertamina yang bakal merupakan pencakar langit paling tinggi di Jakarta (& Indonesia) -- harus dirampungkan dan dikomersiilkan oleh Patra Jasa. Selanjutnya PT Patra Jasa juga ditunjuk sebagai satu-satunya wadah untuk pengelolaan bisnis (atau eksbisnis?) Pertamina di bidang real estate itu. Sejalan dengan instruksi Dirut itu, jabatan Dirut Patra Jasa yang lowong karena meninggalnya Mayjen Hamzah diisi oleh Haji Taher, orang penting Pertamina yang sebelumnya menjadi asisten pribadi Dirut Pertamina. Royal Kantor Tugas baru Haji Taher itu tidak ringan. Sebab hingga sekarang ini, Patra Jasa sendiri sedang berbenah diri kembali. Mengendornya kegiatan Pertamina -- dan begitu pula sebagian kontraktor Pertamina -- juga mengurangi frekwensi pengisian kamar-kamar hotel dan motel yang dilola Patra Jasa. Di samping itu, Patra Jasa kini merupakan semacam tempat penampungan bagi sejumlah pegawai Pertamina dan anak-anak perusahaannya yang tergeser dari berbagai kegiatan Pertamina yang macet atau kendor. Termasuk di dalamnya sebuah team penyehatan Pertamina yang sebelumnya ditempatkan di PT Krakatau Steel. "Kami masih baru di PT ini hingga masih banyak hal yang harus dipelajari. Pelaksanaan SK Dirut Pertamina No. 1846/1975 itu terpaksa harus ditangguhkan sampai selesainya survei atas proyek-proyek yang terbengkalai", kata seorang pirnpinan Patra Jasa eks Krakatau Steel. Untuk melaksanakan tugas-tugasnya di Jakarta, PT yang bergerak di bidang bangunan kantor & penginapan itu sendiri termasuk royal dalam menggunakan ruangan tempat bekerja. Dirutnya sendiri masih berkantor di jalan Perwira 6, kantor pusat Pertamina. Wakil-wakil Dirut di jalan Timor 10, dan bagian administrasi menempati lantai 9 dan 10 gedung Granadha, di Semanggi, Jakarta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus