Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

25 Negara Maju dan Berkembang Berkomitmen di COP29 Tidak Lagi Menggunakan PLTU Batu Bara

Beberapa negara maju yang sebagian besar kaya menandatangani janji sukarela di COP29 Azerbaijan.

23 November 2024 | 08.11 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Konferensi perubahan iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa COP29 di Baku, Azerbaijan, 16 November 2024. REUTERS/Aziz Karimov

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa atau COP29 di Baku, Azerbaijan, berjanji untuk tidak membangun pembangkit listrik tenaga uap atau PLTU batu bara baru. Komitmen ini disepakati sebanyak 25 negara yang hadir di COP29.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Negara seperti Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, dan produsen batu bara utama Australia termasuk dalam daftar negara-negara maju yang sebagian besar kaya yang menandatangani janji sukarela di Azerbaijan. Janji ini mengharuskan negara-negara untuk menyerahkan rencana iklim nasional awal tahun depan yang menyatakan tidak adanya batu bara baru dalam sistem energi mereka.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Utusan iklim Uni Eropa Wopke Hoekstra, yang menandatangani inisiatif tersebut, mengatakan bahwa PLTU batu bara masih terus tumbuh, meskipun ada komitmen bersejarah yang dibuat pada COP tahun lalu untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil sebagai energi.

"Komitmen untuk beralih dari bahan bakar fosil perlu diwujudkan dalam langkah nyata di lapangan," kata Hoekstra, Jumat, 22 November 2024.

Menurut Hoekstra, batu bara yang tidak terkendali mengacu pada batu bara yang dibakar tanpa tindakan apa pun untuk mengurangi emisinya, seperti penangkapan dan penyimpanan karbon, teknologi yang dikritik karena belum terbukti dalam skala besar.

Namun, janji tersebut tidak memaksa negara-negara untuk berhenti menambang atau mengekspor batu bara, yang menghasilkan lebih banyak emisi karbon yang memanaskan planet daripada minyak dan gas, dan merupakan pendorong utama perubahan iklim.

Banyak pembangkit listrik tenaga batu bara terbesar di dunia, termasuk Cina, India, dan Amerika Serikat (AS), tidak menandatangani inisiatif yang diluncurkan di Baku.

Inggris baru-baru ini menjadi negara industri pertama dari Kelompok Tujuh (G7) yang mengakhiri semua ketergantungan pada batu bara dalam pembangkit listriknya. Menteri Energi Inggris Ed Miliband mengatakan bahwa batu bara merupakan salah satu ancaman terbesar untuk membatasi pemanasan global pada tingkat yang menurut para ilmuwan akan mencegah konsekuensi terburuk dari perubahan iklim.

"Janji ini mengirimkan sinyal yang jelas dari negara-negara di seluruh dunia bahwa penggunaan batu bara baru harus dihentikan pada pertemuan puncak COP berikutnya di Brasil," katanya.

Sementara itu, keikutsertaan Australia, pengguna dan eksportir batu bara utama, disambut baik oleh para aktivis di COP29, di mana penggalangan dana untuk negara-negara miskin telah menjadi prioritas yang lebih besar daripada upaya untuk memangkas emisi yang memerangkap panas.

"Ini telah menutup pintu bagi batu bara. Sekarang kita perlu menguncinya," kata Erin Ryan dari Climate Action Network Australia di Baku. "Sudah saatnya kita meninggalkannya di masa lalu, baik dalam sistem energi maupun pasar ekspor kita."

Negara-negara berkembang, termasuk Angola, Uganda, dan Ethiopia juga termasuk di antara negara-negara yang menandatangani ikrar tersebut. Perjanjian itu dikembangkan bekerja sama dengan Powering Past Coal Alliance.

 

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus