BERKUMPUL di suatu ruang Gedung Merdeka, Bandung, mereka nampak tenang. Adjat Sudradjat memimpin sidang kelompok khusus. Ketika hampir selesai ia menyusun agenda sidang, setelah menerima saran dari duatiga orang, tiba-tiba muncul protes. Sidang itu pun jadi riuh, dan bubar, tanpa agenda. Begitu antara lain suasana mereka
yang membahas aspek vulkanologi pekan lalu dalam Lokakarya Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Bencana Alam Gunung Galunggung.
Maka Prof. Yokoyama, Wakil Presiden International Association of Vulcanology and Chemistry of Earth Interior, kepada TEMPO berkelakar,"Kalall berkumpul tiga ahli geologi, bisa keluar lima teori." Di dalam lokakarya ini berkumpul 30 ahli gunung api--9
di antaranya dari mancanegara--dari berbagai aliran. Tiap aliran memakai cara tersendiri untuk mendeteksi kegiatan gunung api. John P. Lockwood, alumni Princeton University dari USA, sejak dua bulan yang lalu membawa Electronic Distance Measurement (EMD) ke Galunggung. Dia memang dikenal sebagai "dukun" EMD. Peralatan seharga US$ 40.000 itu sebetulnya dirancang untuk
keperluan geodesi --pengukur jarak yang teramat tepat.
Dari pos pengamat EMD mengirimkan sinyal berupa sinar laser ke
punggung gunung. Di situ sudah dipasang beberapa buah prisma
yang akan mengemLalikan sinar itu. Dari selisih waktu
pengiriman dan pengembalian sinar oleh prisma-prisma diketahui
pembengkakan (deformasi) yang terjadi pada punggung gunung.
Rupanya setiap kali gunung akan meletus terjadi pernbengkakan
sebagai akibat desakan magma. "Alat ini jenis paling mutakhir.
Baru digunakan 3 tahun di Hawaii," kata Lockwood.
Ahli Amerika yang lain di lokakarya ini, Chris Newhall sejak
Agustus membawa Cospec ke Galunggung. Cospec (Correlation
Spetrometry) diciptakan untuk mendeteksi kandungan dilerang pada
cerobong asap industri untuk mengukur polusi. Tapi alat ini
dipakai mengamati gunung api, karena "meningkatnya kadar SO2 di
kepundan berarti gunung itu akan meletus," kata Dr. Newhall.
Sedangkan Prof. Yokoyama alumni Universitas Hokaido berpendapat
tak ada satu pun teori umum untuk meramalkan letusan. Tiap
gunung punya karakter sendiri dan dapat herubah bersama waktu.
Maka untuk menentukan taLiat satu gunung, menurut dia,
diperlukan data dan sejarah lengkap gunung itu.
"Aliran lama, tanpa tahu sejarah Galunggung pun, dengan data dan
metode geofisik bisa diterka kegiatan Galunggung," kata Lilik
Hendradjaja pada TEMPO. Lilik yang dari ITB itu adalah satu dari
dua Doktor Geofisik yang ada di Indonesia.
Aliran lain, ada N. Ando. Ahli geochemis Jepang yang bekerja di
ESCAP itu mengusulkan untuk mendeteksi kegiatan Galunggung
secara geochemistry, dengan alasan di sana banyak sumber air
panas.
Dari analisa kandunan kalium,potasium, dan kalsium sumber air
panas itu, kata Dr. Ando, dapat ditentukan temperatur perut
gunung. "Kenaikan temperatur suatu tanda gunung akan meletus."
Berselisih begini rupanya ciri para ahli gunung api di dunia.
Maka di Jepang, menurut Prof. Yokoyama, setiap 3 bulan sekali
para ahli dari berbagai aliran dan metode yang berbeda itu
dikumpulkan seperti dalam lokakarya di Bandung itu untuk
mencapai konsensus tentang satu gunung api.
Ironisnya, semua peralatan dan metode itu sudah dicoba di
Galunggung tapi tetap belum bisa dipastikan kapan Galunggung
berhenti batuk. "Lokakarya ini kan mau mengarah ke sana," kata
Adjat Sudradjat, Direktur Vulkanologi.
Paling yang bisa dicapai, menurut Soeparto Siswowidjojo, Kepala
Seksi Pengamatan Gunung Api Jawa-Sumatera, "gejala menurunnya
kegiatan. Penurunan kegiatan tak berarti gunung tak meletus
lagi." Lockwood juga berpendapat begitu. "Belum ada satu metode
pun yang mampu meramal kegiatan gunung api untuk jangka
panjang," katanya. Peralatan EDM-nya, misalnya, hanya mampu
meramal kapan terjadi letusan-paling lama seminggu sebelumnya.
Untuk meramal kapan gunung meletus, ada pula percobaan oleh
Lockwood bersama istrinya, Marti, ahli biologi. Unik juga:
setiap gunung yang diamatinya bakal meletus, anjingnya selalu
menyalak. Sulitnya, kata Marti, anjing itu menyalak juga ketika
ada orang asing mendekatinya. "Gunung yang saya amati meletus
dua kali, anjing saya sudah menyalak banyak kali."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini