TAHUN 1906, gempa bumi raksasa menghancurkan San Francisco, kota
- kebanggaan wilayah Barat AS. Tujuh ratus lebih jiwa ditelan
malapetaka itu dan kerugian harta tidak terkira. Peristiwa itu
mendorong orang meramalkan genpa bumi. Tapi mungkinkah
ramalan itu bisa dipercaya?
Ahli nujum, dukun klenik dan astrolog memang bertaburan di
California. Semuanya menjelang tahun 1969 meramalkan akan
terjadi suatu gempa lagi yang lebih dahsyat. Di kala tanggal
keja dian yang diramalkan mereka--4 Apri 1969--makin dekat,
ribuan pendudul California hijrah menuju ke daerah Timur.
Ternyata mereka mengalami gempa terbesar yang pernah terjadi di
Missoursi, wilayah Amerika Tengah. Sedang mereka yang tetap di
California tidak mengalami apa-apa.
Daerah Palu di Sulawesi Tengah pernah juga dihebohkan oleh
ramalan partikulir semacam itu. Telah beredar cerita bahwa kota
Palu akan "lenyap" ditelan gempa yang akan terjadi pada 29
September 1977. Banyak penduduk sudah menjual sawah-ladangnya
dan pindah ketempat lain. Doa keselamatan sudah dipanjatkan
dalam berbagai khotbah. Seluruh aparat pemda, Direktorat
Pertambangan dengan Profesor Katili-nya dan instansi pusat
lainnya, terpaksa dikerahkan untuk meredakan kepanikan tadi.
Issu yang kabarnya beredar sejak Descmber tahun sebelumnya,
tidak jelas sumbernya.
Ramalan ini cukup menarik di Tiongkok yang sejak dulu kala
terkenal sebagai daerah rawan gempa. Tahun 1556, misalnya, di
propinsi Sanshi tercatat korban 830.000 jiwa akibat gempa. Di
situ korban terbanyak yang pernah dicatat seJarah. Tahun 1966,
gempa di propinsi Hopei meminta korban puluhan ribu jiwa.
Suatu kampanye pengamatan gejala gempa kemudian dilancarkan PM
Jou Enlai (Chou En-lai). Ia melibatkan 100 ribu ahli gempa
profesionil dan lebih 100 ribu pengamat gempa amatir terdir
dari petani, guru sekolah, operator tele pon, peramal cuaca dan
penyiar radio. Jaringannya meliputi 17 stasion pengamat lengkap
dan 300 stasion daerah. Ini semua unhlk bersiap menghadapi
kemungkinan terjadi gempa didaerah propinsi Liaoching.
Ramalannya berdasarkan pengamatan terhadap gerak episentrum
sejak gempa di Hopei itu, dan yang tampak merambat ke arah
propinsi Liaoching.
Mereka memperhatikan berbagai gerakan bumi dan perubahan medan
magnetis serta turun-naiknya permukaan air di laut dan sumur.
Tapi yang paling menarik adalah pengamatan terhadap kelakuan
binatang. Tikus mulai keluar dari sarangnya, walaupun
sedanmusim salju ketika itu dan siput meryap ke atas permukaan
es.
Kelakuan binatang ini merupakan tanda bahwa waktunya sudah
dekat. Tepat 1 Pebruari 1975, penduduk dan ternak kota Haiching
dan Yingkou di propinsi Liaoching diungsikan. Dan ketika gempa
pada tanggal 4 Pebruari--sesual "rencana"--melanda kedua kota
itu, ternyata tidak ada korban. Kecuali beberapa orang yang dari
semula tidak percaya kepada "ramalan" itu dan menolak untuk
turut mengungsi.
Kampanye ini berlangsung selama 9 tahun dan ternyata berhasil.
Tapi entah apa sebabnya justru pada bulan Juli 1976 gempa yang
paling dahsyat melanda propinsi Tangashin telah menelan hampir
650 ribu jiwa. Mungkin pengamatan telah kendor karena
meninggalnya PM Jou Enlai awal tahun itu (8 Januari 1976).
Gempa melanda daerah California lagi 7 Agustus lalu.
Tidak ada korban jiwa. Orang memperhatikan kelakuan binatang
Marine World Amusement Park di Redwood, dekat San Francisco.
Sehari sebelumnya penjaga taman hiburan itu mencatat kelakuan
aneh pada beberapa jenis binatang itu. Llama--sejenis onta kecil
dari pegunungan Himalaya dan Andes -- menolak untuk makan. "Ini
sesuatu yang luar biasa, kalau anda sudah tahu perangai llama
itu," kata Mary O'Herron, jurubicara taman hiburan itu. "Mereka
berlari keliling taman hampir Sepanjang ma1am," tambahnya.
Membanting Pintu
Seekor cougar--jenis macan tutul diketahui sangat gelisah dan
tak hentinya berjalan keliling kandangnya. Seekor anak macan
yang biasanya sangat ramah, Sepanjang hari meringkal di pojok
kandangnya, tidak menghiraukan sapahan ramah apapun.
Beberapa menit sebelum terjadi gempa bumi itu, seorang berusaha
merawat kuku seekor gajah. Peliharaannya itu biasanya amat
penurut, tapi kali ini menolak untuk dijamah. Ketika perawat
meninggalkan kandangnya, gajah itu membanting pintu dan bersuara
keras.
Zebra, burung onta, tiga jenis kijang dan dua jenis antelope,
yang biasanya bebas bergaul satu sama lain, menjelang gempa itu
berpisah dan mengelompok menurut jenis masing-masing. Menurut
Mary O'Herron, hal ini belum pernah terjadi. Kelakuan binatang
itu kembali normal setengah jam setelah gempa itu terjadi.
Taman hiburan itu memang diajak melakukan penelitian. Badan
Survai Geologis Amerika Serikat sedang meneliti teori yang makin
diyakini kalangan ahli, bahwa binatang itu peka terhadap tanda
menjelang suatu bencana. Mungkin melalui suara frekwensi tinggi
atau rendah yang - di luar kemampuan pendengaran manusia, atau
tanda lain yang di luar jangkauan kemampuan indera manusia.
Menjelang Idulfitri ini, Antara melaporkan, seorang camat
melihat banyak binatang seperti harimau (?), babi hutan, kera
dan ular turun dari lereng gunung Merapi di desa Wonolelo dan
Banyuroto. Hal ini oleh orang Jawa Tengah juga dianggap pertanda
bahwa kegiatan Merapi meningkat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini