Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Lingkungan

BMKG Bantah Banjir Bandang Luwu Utara Terkait Gempa

Hasil monitoring BMKG menjelang terjadinya banjir Luwu Utara tidak mencatat adanya aktivitas gempa tektonik di wilayah Kabupaten Luwu Utara.

21 Juli 2020 | 09.56 WIB

Warga mengangkat barang miliknya melewati material lumpur dan potongan batang pohon di Desa Radda, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, Sabtu, 18 Juli 2020. Pascabanjir bandang sejumlah warga yang terdampak mulai mengambil barangnya yang masih bisa digunakan. ANTARA FOTO/Abriawan Abhe
Perbesar
Warga mengangkat barang miliknya melewati material lumpur dan potongan batang pohon di Desa Radda, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, Sabtu, 18 Juli 2020. Pascabanjir bandang sejumlah warga yang terdampak mulai mengambil barangnya yang masih bisa digunakan. ANTARA FOTO/Abriawan Abhe

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut banjir Luwu Utara, Sulawesi Selatan, tidak terkait dengan gempa bumi yang terjadi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Hasil monitoring BMKG menjelang terjadinya banjir Luwu Utara tidak mencatat adanya aktivitas gempa tektonik di wilayah Kabupaten Luwu Utara," kata Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono kepada wartawan di Jakarta, Selasa, 21 Juli 2020.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dia mengatakan getaran gempa yang melanda Luwu Utara beberapa waktu sebelum gempa juga tidak terkait dengan banjir Luwu Utara.

Sebelum banjir Luwu Utara, terjadi empat kali gempa berkala di Luwu Utara, seperti pada 25 Agustus 2017 dengan Magnitudo 4,3 skala III MMI, 8 April 2020 (M 5,0 skala II MMI), 11 April 2020 (M 4,2 skala II MMI) dan 13 Juni 2020 (M 4,2 skala II MMI).

"Deskripsi skala intensitas II sampai III MMI masih dalam kategori getaran ringan yang dirasakan oleh beberapa orang hingga dirasakan seperti truk berlalu. Getaran gempa semacam ini belum mampu memicu terjadinya longsoran," kata dia.

Sehingga, kata dia, peristiwa banjir bandang yang terjadi tidak ada kaitannya dengan kejadian longsoran yang diakibatkan gempa.

Berdasarkan analisis BMKG terkait perkembangan musim, dia mengatakan berdasarkan pengukuran hujan yang sampai ke bumi dan estimasi dari satelit cuaca memperlihatkan bahwa salah satu penyebab terjadinya banjir bandang di Luwu Utara pada 13 Juli 2020 adalah akumulasi curah hujan.

Curah hujan, kata dia, terjadi dalam beberapa hari sebelum bencana dengan intensitas sedang hingga lebat yang turun di wilayah Masamba dan sekitarnya, terutama di wilayah perbukitan sebelah utara dan timur laut.

"Untuk mengetahui penyebab banjir bandang yang sesungguhnya diperlukan kajian yang komprehensif berdasarkan data lapangan, khususnya kondisi daerah aliran sungai dan kondisi lahan di wilayah hulu apakah terjadi penggundulan hutan atau konversi lahan yang dapat memicu terjadinya peningkatan aliran permukaan (run off) sehingga memicu terjadinya banjir bandang," kata dia.

ANTARA

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus