Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

BMKG Prediksi Puncak Kemarau Tiba pada Juni-Agustus 2025

Kemarau di Indonesia sudah dimulai secara bertahap sejak awal Maret 2025 dan mencapai puncak mulai Juni menuju Agustus nanti.

16 Maret 2025 | 19.26 WIB

Kemarau membuat sungai Ciliwung mengering samping di Masjid Istiqlal, Jakarta, Senin 9 September 2024. Kekeringan akibat musim kemarau melanda sejumlah daerah di Indonesia. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi sebagian besar wilayah Indonesia, yaitu sebanyak 63,66% Zona Musim, akan memasuki periode musim kemarau pada bulan Mei hingga Agustus. 2024. TEMPO/Subekti.
material-symbols:fullscreenPerbesar
Kemarau membuat sungai Ciliwung mengering samping di Masjid Istiqlal, Jakarta, Senin 9 September 2024. Kekeringan akibat musim kemarau melanda sejumlah daerah di Indonesia. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi sebagian besar wilayah Indonesia, yaitu sebanyak 63,66% Zona Musim, akan memasuki periode musim kemarau pada bulan Mei hingga Agustus. 2024. TEMPO/Subekti.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi puncak kemarau akan terjadi Juni hingga Agustus 2025. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan kondisi musim kering tidak seragam di semua wilayah, namun muncul pada periode tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Tidak serempak, sebagian wilayah mengalami puncak musim kemarau di bulan Juni, Juli. Ada pula yang Agustus,” katanya saat konferensi pers daring pada Kamis, 13 Maret lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Menurut Dwikorita, Indonesia sudah memasuki masa transisi dari musim hujan menuju kemarau. Peralihan ini dipicu aktifnya Angin Monsun Asia menjadi Angin Monsun Australia.

Hasil peninjauan suhu muka laut pada awal Maret 2025 juga menunjukkan adanya fenomena La Nina di Samudra Pasifik yang telah bertransisi menuju El Nino Southern Oscillation (ENSO) netral. Ada juga fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) pada fase netral di Samudra Hindia. “Kedua fenomena tersebut (ENSO dan IOD) diprediksi akan tetap berada dalam fase netral sepanjang musim kemarau 2025,” ujar Dwikorita.

Menurut analisis BMKG, awal musim kemarau 2025 masuk secara bertahap mulai pada bulan Maret di sebagian kecil wilayah Jawa Barat bagian utara, sebagian Pulau Madura atau Jawa Timur, sebagian kecil Kalimantan Utara, serta Nusa Penida di Bali.

Mulai April nanti, musim kemarau diprediksi masuk bertahap ke wilayah Lampung bagian timur, pesisir utara Jawa bagian barat, pesisir Jawa Timur, sebagian Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Kemarau akan meluas sebulan kemudian ke sebagian kecil Sumatera, sebagian besar Jawa Tengah hingga Jawa Timur, sebagian Kalimantan Selatan, Bali, hingga Papua bagian selatan.

Kemarau diperkirakan sudah menjangkau sebagian besar area Sumatera pada Juni 2025. Kondisi serupa ada juga di sebagian besar Jawa bagian barat, Kalimantan bagian selatan, serta sebagian kecil wilayah di Sulawesi dan Papua.

“Musim kemarau 2025 di Indonesia diprediksi terjadi pada periode waktu yang sama dengan normalnya,” ucap Dwikorita. Periode awal kemarau, dia meneruskan, tidak banyak berubah selama 30 tahun terakhir.

Adapun puncak kemarau pada Juni dan Juli 2025 mencakup wilayah Sumatera, Jawa bagian barat, Kalimantan bagian utara, sebagian kecil Sulawesi, dan Papua bagian tengah dan timur. Puncak cuaca kering itu juga menjangkau Jawa bagian tengah hingga timur, sebagian besar Kalimantan, sebagian besar Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara, sebagian Maluku, dan beberapa area di timur Indonesia.

M. Faiz Zaki

Menjadi wartawan di Tempo sejak 2022. Lulus dari Program Studi Antropologi Universitas Airlangga Surabaya. Biasa meliput isu hukum dan kriminal.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus