Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan, dua warga meninggal dan enam orang lainnya masih dalam pencarian pasca banjir bandang menerjang Kecamatan Wera dan kecamatan Ambalawi, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan, banjir ini terjadi pada Ahad, 2 Februari 2025, pukul 18.10 WITA. "Kondisi mutakhir pada Senin, 3 Februari 2025, pukul 12.00 WIB, air sudah surut," kata dia melalui pesan tertulis, Senin, 3 Februari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Muhari, fokus tim gabungan saat ini pada pencarian dan penyelamatan korban. Hingga siang ini, tim SAR gabungan masih melakukan penyisiran di pesisir pantai untuk pencarian korban hilang. "Banjir bandang yang dipicu hujan dengan intensitas tinggi di hulu pegunungan Pulau Sangeang membawa material kayu dan batu hingga menghantam rumah warga yang berada di lereng pegunungan," ucapnya.
Hasil pendataan sementara Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bima, tujuh rumah panggung milik warga hanyut tersapu banjir. Menurut Muhari, akibat kejadian ini sebanyak 99 orang terpaksa mengungsi sementara ke rumah kerabat dan masjid terdekat.
Dampak bencana ini, kata Muhari, setidaknya tiga jembatan putus, yaitu Jembatan Tololai Desa Mawu, Jembatan Ujung Kalate Desa Nipa, dan Jembatan Talapiti Desa Talapiti). Satu ruas jalan hampir putus di Desa Nanga Wera. "Seluas 40 hektar areal pertanian terdampak, tanaman padi milik warga terbawa banjir dan arela persawahan dipenuhi sedimen," ujarnya.
Pemerintah Kabupaten setempat melalui Dinas Sosial dan Puskesmas Wera melayani kebutuhan dasar korban bencana dengan memberikan bantuan makanan siap saji dan pelayanan kesehatan. Sementara Tim BPBD Kabupaten Bima, Tagana Dinsos, Basarnas, TNI, Polri, Pol PP, PMI, relawan dan masyarakat tengah melalukan operasi pencarian korban dan pembersihan lingkungan terdampak. Pemkab turut melakukan perbaikan pada jaringan listrik yang padam saat kejadian.
Menurut Muhari, sehari sebelum peristiwa banjir bandang di Kecamatan Wera, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menerima laporan kejadian bencana angin kencang yang terjadi di Kabupaten Bima. Lokasi yang terdampak ada di dua desa. yaitu Desa Pandai di Kecamatan Woha dan Desa Mandala di Kecamatan Wera.
Angin kencang tersebut berdampak pada 5 kepala keluarga atau 15 jiwa. Di desa Mandala, kata Muhari, dua unit rumah dilaporkan rusak berat akibat tiupan angin. "Sementara di Desa Pandai, satu rumah rusak berat, satu rumah rusak sedang, dan satu rumah rusak berat," kata dia.
Bupati Bima sebelumnya telah mengeluarkan Surat Keputusan Nomor: 188.45/56/07.4 Tahun 2025 tentang Penetapan Perpanjangan Kedua Status Tanggap Darurat Bencana Alam Hidrometeorologi di Wilayah Kabupaten Bima Tahun 2025. Status tanggap darurat berlaku hingga 3 Februari 2025.
BNPB mengimbau masyarakat di Kabupaten Bima untuk meningkatkan kewaspadaan mengingat cuaca di wilayah ini masih berpotensi terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang.