Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

lingkungan

Deret Tonggak Telah Jadi Tanggul Laut di Pesisir Kabupaten Tangerang

Nelayan Kabupaten Tangerang mempertanyakan keberadaan tanggul laut yang membentang sepanjang lebih kurang 1 kilometer itu. Aparat KKP sudah ke lokasi.

26 September 2024 | 10.06 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Tangerang - Nelayan Kabupaten Tangerang mempertanyakan keberadaan tanggul laut yang membentang sepanjang lebih kurang satu kilometer dari Muara Sungai Cimanceuri di Desa Pagedangan Ilir ke Pulau Cangkir di Kecamatan Kronjo. Dari permukaan, tanggul laut itu tampak seperti jalan setapak terbuat dari anyaman bambu dengan lebar lebih kurang 1,5 meter. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada pertengahan tahun lalu TEMPO pernah menulisnya masih berupa pagar patok bambu sepanjang sekitar 100 meter. Saat itu nelayan dari Desa Jenggot, Mekar Baru, Kabupaten Tangerang, juga telah mengeluhkannya karena menghalangi mereka mencari kerang, udang, dan ikan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hingga perkembangan terkini, tak ada keterangan jelas ihwal pemilik dan peruntukan pembangunan pagar yang sudah menjadi tanggul di bibir laut, sekitar 0,7 kilometer dari tepi pantai tersebut. Sejumlah nelayan hanya mengungkap keluhan dan kekhawatiran 'terpenjara'.

"Ya kami akan kesulitan akses kalau tidak ada bukaan ke arah laut," kata seorang di antaranya, nelayan asal Kronjo, pada Rabu, 25 September 2024.

Pematokan laut dengan cara dipagar bentangan batang bambu sepanjang 400 meter menyebabkan nelayan pesisir Desa Jenggot Kecamatan Mekar Baru Kabupaten Tangerang tak bisa melaut. FOTO: istimewa

Keberadaan tanggul laut pun dikhawatirkan  oleh para nelayan di area Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Cituis Pakuhaji. Meskipun tanggul laut itu belum sampai ke arah Cituis, namun sudah mulai terlihat patok-patok dari bilah bambu di laut di sekitarnya.

"Kalau tanggul laut itu sampai ke sini maka nelayan akan jauh dari jarak jangkau laut ke darat atau sebaliknya," kata nelayan kedua, terpisah. 

Menurutnya, tak ada sosialisasi yang diterima sekitar 1.500 nelayan di Cituis akan adanya patok bakal tanggul laut tersebut. Mereka yang menjadi bagian dari 2500 nelayan di pesisir Kabupaten Tangerang bingung dengan masa depan pencarian ikan. 

Selama ini nelayan setempat mengandalkan hidupnya dari mencari ikan dengan cara  memancing, menebar jala, dan jabrik. Setiap hari nelayan harian akan melaut sejak pukul 03.00 dinihari dan kembali siang.

"Hasil tangkapan ikan beragam bisa dapat 10 atau 2 kilogram, bahkan pernah tak dapat ikan sama sekali," katanya.

Adalagi nelayan yang melaut pulang ke darat setiap 15 hari sekali. Hasil tangkapan ikan bisa mencapai berkuintal- kuintal. "Ya tergantung angin musim juga kadang banyak kadang sedikit."

Menurut kedua nelayan tersebut, pengaduan sudah dibuat melalui Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) kepada Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang. Pengaduan mendapat konfirmasi dari Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang  Jainudin.  

"Ada dua poin disampaikan kepada kami yakni tentang akses jalan ke laut yang terhalang tanggul dan khawatir kesulitan membawa hasil tangkapan ikan ke TPI," kata Jainudin saat dihubungi, Rabu 25 September 2024.

Jainudin mengaku telah mendatangi lokasi penanggulan laut di Kronjo. Dia juga mengungkap kehadiran petugas dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). "Sementara belum ada izin, ya, distop," kata Jainudin sambil menambahkan izin pembangunan tanggul laut itu menjadi kewenangan Dinas Kelautan Perikanan Provinsi Banten. 

Atas alasan tak berizin itu, Jainudin menyatakan tidak mengetahui diapa di balik pembuatan tanggul laut tersebut. "Yang ditemui saat monitoring puluhan pekerja saja," kata Jainudin.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus