Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Erupsi Tengah Malam Gunung Marapi, Tinggi Kolom Abu Mencapai 1,5 Kilometer

Gunung Merapi meletus pada Rabu dinihari, 27 Maret 2024. Lompatan abu vulkaniknya jauh lebih tinggi dibandingkan kondisi beberapa bulan terakhir.

27 Maret 2024 | 02.52 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Gunung Marapi kembali mengeluarkan asap saat erupsi di Sumatera Barat, Rabu 7 Februari 2024. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) masih menetapkan status Gunung Marapi pada level III. Foto TEMPO/Fachri Hamzah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Gunung Marapi di Sumatera Barat kembali erupsi pada Rabu dinihari, 27 Maret 2024, hanya berselang 13 menit setelah pergantian hari. Pos Pemantau Gunung Api (PGA) Marapi mencatat terjadi ketinggian kolom abu vulkanik letusan itu mencapai 1.500 meter dari atas puncak verbeek.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Kolom letusan ini termasuk paling tinggi sejak erupsi pada 3 Desember 2023 lalu,” kata Kepala PGA Marapi, Teguh Purnomo, dalam keterangan resmi pada Rabu dinihari.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Erupsi kali ini terekam melalui seismogram dengan amplitudo maksimum 38,7 milimeter, dengan duras yang sementara ini terhitung sekitar 1 menit 45 detik. "Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat," ujar Teguh.

Menurut dia, aktivitas gunung api mayoritasnya terletak di Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, sempat melandai pada 25-26 Maret 2024. Tidak ada letusan maupun hembusan vulkanik dalam rentang waktu tersebut.

Namun, bila ditotal sejak Januari 2024 hingga hari ini, sudah ada 66 kali letusan dan 1.560 hembusan dari Gunung Marapi. Volume itu menjadikannya gunung api dengan intensitas letusan terbanyak di Indonesia.

Teguh mengimbau masyarakat di sekitar Gunung Marapi agar tidak masuk dan berkegiatan di wilayah dalam radius 4,5 kilometer dari kawah verbeek. Status gunung aktif itu masih di level III atau Siaga.

Masyarakat yang bermukim di sekitar lembah, aliran, dan bantaran sungai-sungai yang hulunya dari puncak diminta mewaspadai ancaman lahar, terutama saat musim hujan. Warga lokal juga diimbau untuk menggunakan masker penutup hidung dan mulut untuk menghindari gangguan saluran pernapasan (ISPA). Sarana air bersih juga harus dilindungi.

”Kami berharap seluruh pihak agar menjaga kondusifitas suasana di masyarakat, tidak menyebarkan narasi bohong, dan tidak terpancing isu-isu yang tidak jelas sumbernya,” kata dia.

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus