Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Gunung Merapi mengeluarkan awan panas guguran berturut turut pada Senin hingga Selasa, 22 - 23 Juli 2024. Awan panas dua hari ini sama sama terjadi saat pagi hari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada 22 Juli 2024, alat pemantau Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta mencatat awan panas guguran di Gunung Merapi terjadi pukul 04.04 WIB dengan jarak luncur 1.200 meter ke arah Kali Bebeng.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Keesokan harinya, 23 Juli 2024, Merapi kembali mengeluarkan awan panas pukul 06.33 WIB dengan jarak luncur 1000 meter ke arah sama yakni Barat Daya atau Kali Bebeng.
Terhitung sejak 1 Juli hingga saat ini, Merapi telah menyemburkan lima kali awan panas dan ratusan guguran lava pijar. Dari lima kali awan panas itu, empat kalinya terjadi pada pagi hari. Pada 1 Juli awan panas terjadi pukul 07.47 WIB, 8 Juli pada pukul 08.51 WIB. Awan panas terjadi saat malam hari hanya pada Sabtu 20 Juli, yakni pukul 19.46 WIB.
"Status Gunung Merapi masih di Level III atau Siaga," kata Kepala BPPTKG Yogyakarta Agus Budi Santoso, Selasa, 23 Juli 2024.
Agus menuturkan, saat terjadinya awan panas hari ini, juga terpantau tujuh kali guguran lava ke arah Kali Bebeng dengan jarak luncur maksimum 1800 meter. "Kondisi cuaca pagi di kawasan puncak mendung, angin bertiup tenang ke arah barat," kata dia. Sedangkan gunung terlihat jelas dengan asap kawah bertekanan lemah teramati berwarna putih dengan intensitas sedang dan tinggi 150 meter di atas puncak.
Agus menjelaskan, status Siaga Merapi yang ditetapkan sejak November 2020 silam dan belum diturunkan karena Merapi masih intens erupsi. Zona bahaya masih terus diperbaharui dengan mengkaji jarak luncur awan panas dan lava pijar yang sewaktu-waktu dapat berubah. "Data pemantauan saat ini menunjukkan suplai magma masih berlangsung yang dapat memicu terjadinya awan panas guguran di dalam daerah potensi bahaya," kata dia.
BPPTKG Yogyakarta meminta masyarakat agar tidak nekat melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya. Termasuk mendaki puncak gunung api ini. " Masyarakat agar mewaspadai bahaya lahar dan awanpanas guguran terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi," ujar Agus.