Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Harimau Cacat Mati oleh Jerat Babi, Dokter Hewan: Batang Tenggorok Pecah

Harimau sumatera betina yang satu kakinya buntung ini juga didapati memiliki kelainan pada organ paru dan hati.

26 Juli 2024 | 20.10 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Dokter Hewan Rumah Sakit Hewan Sumbar sedang melakukan nekropsi harimau yang mati akibat terjerat jeratan babi, Jumat 26 Juli 2024. ANTARA/Yusrizal.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Lubuk Basung - Harimau sumatera yang mati oleh jerat babi dekat kebun warga di Nagari Sungai Pua, Kecamatan Palembayan, Agam, Sumatera Barat, mengalami pecah batang tenggorokannya. Kondisi tersebut diketahui sebelum harimau yang satu kakinya buntung itu menjalani nekropsi Rumah Sakit Hewan Provinsi Sumatera Barat, Jumat dinihari 26 Juli 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Sebelum dibuka saat nekropsi, kami mendapatkan tulang rawan trakea mengalami pecah akibat troma hiferemi atau darah yang mengalir lebih banyak dari biasanya, sehingga kami menduga ambang kematian akibat gagal pernapasan," kata kepala rumah sakit itu, Idham Fahmi, Jumat 26 Juli 2024.

Idham mengatakan gagal napas itu karena udara dari luar tidak bisa mengalir ke paru-paru. Penyebabnya, benda melilit di leher harimau betina tersebut, yang bahkan meremukkan batang tenggoroknya. Jadilah satwa dilindungi itu mengalami sesak napas dan mati.
 
Ia menambahkan bahwa Rumah Sakit Hewan Sumatera Barat mengirim beberapa sampel organ tubuh harimau itu ke Laboratorium Veteriner Bukittinggi. Pertama adalah trakea karena diduga kuat terjadinya troma hiferemi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kedua, organ paru karena ada beberapa kelainan di organ tersebut berdasarkan patologi anatomi. Selain itu, atau ketiga, adalah hati yang juga ditemukan adanya kelainan. "Sehingga perlu dikonfirmasi secara histopatologi atau prosedur yang melibatkan pemeriksaan jaringan utuh di Laboratorium Veteriner Bukittinggi," kata Idham menjelaskan. 
 
Menurutnya, hasil pemeriksaan itu baru akan diterima lima sampai tujuh hari lagi. Hasil bakal disampaikan ke BKSDA Sumatera Barat dan hasil juga akan dikonsultasikan ke dokter hewan Rumah Sakit Hewan Sumatera Barat. 
 
Menurut dia, harimau diperkirakan berusia tiga sampai empat tahun berdasarkan gigi geliginya. "Artinya, satwa tersebut remaja menuju dewasa dan belum pernah melahirkan berdasarkan organ reproduksi," ujarnya.

Terpisah, Kepala BKSDA Sumatera Barat Lugi Hartanto mengatakan harimau Sumatera yang ditemukan mati tersebut sudah terpantau di lokasi lain sejak Maret lalu. Bahkan, tim BKSDA telah memasang tiga kandang jebak untuk menangkapnya karena dugaan telah memangsa ternak milik warga.

Dokter hewan mengukur telapak kaki bangkai harimau Sumatera (Panthera tigris Sumatrae) sebelum dilakukan nekropsi di UPTD Rumah Sakit Hewan Sumatera Barat, di Padang, Jumat, 26 Juli 2024. BKSDA Sumbar mengevakuasi bangkai harimau betina yang kaki depan kirinya sudah buntung itu karena ditemukan mati terjerat di dekat kebun warga di Jorong Sungai Pua, Nagari Sungai Pua, Palembayan, Agam pada Kamis (25/7). ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra

Dari pantauan kamera pengintai yang dipasang diketahui harimau betina itu dalam kondisi cacat yakni kaki depan sebelah kiri putus. Sayangnya, saat itu tim belum berhasil menangkapnya.

Lugi menambahkan, mengingat harimau Sumatra salah satu satwa yang dilindungi undang-undang, pemerintah melalui BKSDA setempat terus menggencarkan sosialisasi kepada masyarakat agar tidak melakukan perburuan atau memasang jerat babi yang dapat mengancam populasinya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus