Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Ilmuwan Australia Pakai AI untuk Selamatkan Great Barrier Reef

Great Barrier Reef mengalami kerusakan parah akibat peristiwa pemutihan sejak 2016.

16 Februari 2025 | 17.58 WIB

Berbagai macam ikan karang berenang di atas koloni karang staghorn ketika tumbuh di Great Barrier Reef di lepas pantai Cairns, Australia 25 Oktober 2019. REUTERS/Lucas Jackson
Perbesar
Berbagai macam ikan karang berenang di atas koloni karang staghorn ketika tumbuh di Great Barrier Reef di lepas pantai Cairns, Australia 25 Oktober 2019. REUTERS/Lucas Jackson

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Para peneliti di Australia mengembangkan sistem berbasis kecerdasan buatan (AI) untuk memantau kondisi Great Barrier Reef di lepas pantai Queensland secara real-time. Sistem ini dirancang oleh University of South Australia (UniSA) dengan kolaborasi ilmuwan dari Queensland dan Victoria.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Platform AI ini menggabungkan data dari foto, video, citra satelit, serta sensor laut. Dengan bantuan pembelajaran mesin, data tersebut akan dianalisis dan ditampilkan dalam dasbor pusat untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang kondisi terumbu karang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Great Barrier Reef, yang terdaftar sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO, mengalami kerusakan parah akibat peristiwa pemutihan sejak 2016. Selain itu, ledakan populasi wabah bulu seribu (crown-of-thorns starfish) serta pembangunan pesisir memperburuk kondisinya. Secara global, 75 persen terumbu karang mengalami tekanan panas ekstrem dalam dua tahun terakhir akibat krisis iklim dan pemanasan laut.

Sistem ini akan mengintegrasikan data dari berbagai lembaga, termasuk National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), Monterey Bay Aquarium Research Institute (MBARI), Hawaii Undersea Research Laboratory (HURL), dan CSIRO Australia. Para ilmuwan menilai platform ini dapat menjadi alat penting dalam upaya konservasi terumbu karang.

“Saat ini kita memiliki berbagai model yang menganalisis data kesehatan terumbu karang, termasuk tingkat pemutihan, kejadian penyakit, kepadatan karang muda, dan kelimpahan ikan karang. Namun, data ini tidak terintegrasi dan masih tersebar,” kata Abdullahi Chowdhury, analis data UniSA sekaligus peneliti utama dalam studi yang dipublikasikan di jurnal Electronics, dikutip dari The Engineer, Ahad, 16 Februari 2025.

“Akibatnya, sulit untuk mendapatkan gambaran besar tentang kesehatan terumbu karang atau melakukan analisis skala besar secara seketika.”

Sistem ini memungkinkan pemantauan tingkat pemutihan karang, populasi bintang laut mahkota duri, penyebaran penyakit, serta kelangsungan hidup karang muda. Selain itu, kelimpahan dan keanekaragaman ikan karang juga akan terpantau lebih akurat.

“Dengan mengintegrasikan semua data ini secara seketika, kami dapat menghasilkan model prediktif yang akan membantu upaya konservasi, memungkinkan intervensi lebih awal,” ujar Musfera Jahan, kandidat PhD di Central Queensland University yang merupakan pakar sistem informasi geografis (GIS).

“Terumbu karang kita sedang sekarat dengan sangat cepat akibat perubahan iklim, bukan hanya di Australia, tetapi di seluruh dunia. Jadi kita harus segera mengambil tindakan serius.”

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus