Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tercatat sudah ada beberapa negara telah mencapai nol emisi karbon atau dikenal juga dengan net zero emission. Sederhananya negara yang telah mencapai nol emisi karbon berarti sudah mampu mengurangi emisi gas rumah kaca hingga mendekati nol. Dengan demikian, emisi yang tersisa di negara tersebut sudah diserap kembali dari atmosfer oleh lautan dan hutan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dikutip dari UN, net zero emission penting untuk mencegah dampak paling buruk perubahan iklim. Salah satunya kenaikan suhu global yang sudah perlu dibatasi hingga 1,5 Celcius di atas tingkat pra-industri, yang saat ini suhu bumi sudah encapai 1,1 Celcius lebih hangat dibandingkan tahun 1800-an.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Karena itu, banyak negara mulai merencanakan kebijakan pengurangan emisi gas rumah kaca. Sementara itu beberapa negara setidaknya tercatat telah berhasil mencapai net zero emission di dunia. Berikut daftar negara yang sudah mencapai net zero emission dikutip dari net0.com:
1. Bhutan
Bhutan merupakan negara pertama yang telah mencapai net zero emission. Padahal negara ini menerima lebih banyak gas rumah kaca daripada yang dipancarkan. Perlu diketahui bahwa Bhutan didominasi oleh hutan-hutan dengan jumlah penduduk sekitar 750 ribu orang. Hutan ini menyerap sekitar sembilan juta ton CO2 per tahun. Sedangkan emisi yang dihasilkan hanya 2 juta ton CO2 pada 2020.
Meskipun telah mencapai target, Bhutan harus tetap tertutup 60 persen oleh pepohonan di setiap saatnya. Berbagai kebijakan seperti melarang ekspor penebangan telah mereka buat sejak 1999. Selain itu, mereka juga sudah mengandalkan tenaga air sebagai sumber listrik mereka.
2. Suriname
Meskipun terbilang negara kecil, Suriname menjadi negara kedua yang sudah mencapai net zero emission sejak 2014. Hutan di negara ini dinilai telah menutupi sekitar 93 persen luas wilayahnya. Pada awal 2020, Suriname bahkan memperbarui komitmen Nationally Determined Contributions (NDC) untuk memastikan target pemanasan global tidak melebihi 1,5°C yang disepakati dalam perjanjian Paris pada 2015.
Rencananya, mereka akan mempertahankan sumber energi terbarukan lebih dari 35 persen pada 2030. Selain itu, negara ini juga akan menggunakan pertanian cerdas iklim dengan mengubah biomassa menjadi energi.
3. Guyana
Guyana terkenal sebagai negara penghasil minyak dan gas. Banyak yang menganggap sektor tersebut merupakan penyumbang efek gas rumah kaca yang cukup besar. Namun, dikutip dari guyanachronicle.com, Guyana dinilai telah menjadi penghasil emisi nol karbon global.
Hal tersebut didukung karena Guyana memiliki sekitar 18 juta hektare hutan yang dapat menyerap emisi karbon dalam jumlah besar setiap tahunnya. Berdasarkan Strategi Pembangunan Rendah Karbon (LCDS) Guyana 2030, angka tersebut mampu menyimpan dari 19,5 gigaton karbon berdasaran
4. Panama
Pada konferensi terkait iklim COP26 di Glasglow pada 31 Oktober hingga 12 November, Panama ditunjuk sebagai negara yang telah berhasil mencapai negatif karbon dari 193 negara PBB. Perlu diketahui bahwa Panama didominasi oleh 57 persen hutan untuk menutupi sebagian wilayahnya. Hal tersebut menandaka bahwa hutan di Panama menyerap lebih banyak karbon daripada yang dikeluarkan negaranya
Mengutip grupoconsultorefe.com, Presiden Panama, Laurentino Cortizo, menyebut bahwa negaranya berada di antara dua laut. Hal ini membuat dirinya akan selalu menjaga lautan untuk melindungi sekitar 30 persen di wilayah maritim sembilan tahun ke depan.
5. Madagaskar
Madagaskar menjadi salah satu negara negatif karbon. Namun saat ini laju deforestasi di Madagaskar sangat pesat sehingga berpotensi membuat Madagaskar menjadi penghasil emisi karbon dunia. Karena itu, pemerintah tetap selalu berkomitmen untuk melindungi wilayahnya dari perubahan iklim. Salah satunya berkomitmen menyerap karbon bersih sebesar 24 mega ton CO2e pada 2020 silam hingga 2030.
FATHUR RACHMAN