KALAU anda melintas dari lapangan udara Ngurah Rai ke Denpasar,
Pulau Serangan tampak di sebelah kanan. Jaraknya cuma 10 km dari
Denpasar. Setelah pukul 12.00 siang, ketika air laut di Selat
Badung surut, orang bisa berjalan kaki menyeberang ke pulau
kecil itu. Sebagian besar penduduknya (lebih kurang 2.300 jiwa)
adalah nelayan.
Karena ada pura (Pura Sakenan) yang ramai setiap hari Kuningan,
banyak pula turis berdatangan ke situ. Tapi nama Serangan kurang
dikenal. Kalau disebut Pulau Penyu, orang mengerti pulau mana
yang dimaksud. Memang banyak penyu di situ dulu. Kini tinggal
namanya saja.
Orang Bali pemakan daging penyu, hidangan wajib untuk upacara
potong gigi, perkawinan dan sebagainya. Tentu punahlah penyu di
Serangan.
Masih banyak pula restoran yang menghidangkan daging penyu dalam
berbagai masakan. Bahkan turis ketagihan. Akibatnya, penyu pun
didatangkan dari luar Bali. Dari Jawa, Sulawesi, dan pulau-pulau
sekelilingnya. Semula penjualan daging penyu ini memang di
Serangan. Kemudian pindah ke Tanjung Benoa, dan tempat
penjualannya tersebar di daerah Suwung, Benoa, Sesetan.
Pemda ingin sekali mengembalikan citra Serangan hingga
"benar-benar bisa menghasilkan penyu," kata Lurah Made Laba
Sumaratha di sana. Sejak tahun anggaran 1979/80, sejenis taman
penyu di pulau itu masuk dalam rencana. Tanah negara seluas 3,5
ha dicadangkan untuk proyek ini. Pelaksananya ialah Dinas
Perikanan Bali dan PPA setempat. "Macam Taman Ria-nya Jakarta,"
tambah Sumaratha. Selain untuk menernakkan penyu, taman itu
diharapkan juga untuk menarik pelancong.
Selain menampung penyu dari Sulawesi atau Kalimantan, proyek itu
mendatangkan pula telur penyu dari pantai selatan Jawa Barat.
Sebagian penyu impor itu bahkan dijual kepada umum. "Dagingnya
cokelat dan rasanya kurang sedap," kata Pan Reja, yang telah 20
tahun berdagang penyu. Toh masyarakat Bali membelinya. "Bursa"
penyu pun hidup kembali di Serangan.
Pihak PPA dan Dinas Perikanan telah dua kali mencoba menetaskan
telur penyu dari Cikepuh. Tahap pertama, 1980/81, dari 1.000
butir telur yang menetas cuma 56 tukik. Percobaan kedua, naik
jadi 650 ekor. Semua bibit itu dipelihara 3 bulan di berbagai
ember plastik, kemudian dipindahkan ke kolam penampungan di
Taman Penyu. Dan Serangan kembali menghasilkan penyu, meskipun
dari spesis yang berlainan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini