Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebelumnya telah memprediksi bahwa puncak musim hujan di sejumlah wilayah di Indonesia akan terjadi pada Januari dan Februari 2024. Hal ini mengakibatkan bencana alam terjadi di beberapa daerah, seperti banjir di Demak, Jawa Tengah, dan Kabupaten Bungo, Jambi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada Maret 2024, curah hujan masih cukup tinggi di berbagai wilayah di Indonesia. Hal ini menunjukkan musim hujan tak didominasi angin monsun Asia, tapi juga pembentukan mesovorteks atau bibit siklon di samudera dekat wilayah Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Terbaru, melalui keterangan resminya, BMKG memprediksi awal musim kemarau mulai mendarat di sejumlah wilayah di Indonesia pada April 2024. Lantas, kapan musim hujan di Indonesia tepatnya akan berakhir?
Akhir Musim Hujan di Indonesia
Berdasarkan rilis resmi BMKG, musim kemarau di Indonesia diperkirakan tidak akan terjadi secara bersamaan. Namun, musim kemarau tersebut akan masuk di beberapa kawasan mulai April, Mei, dan Juni 2024.
Dengan begitu, transisi dari musim hujan di Indonesia masih akan terus berlangsung selama Maret 2024. Akhir musim hujan tersebut secara berangsur-angsur kemungkinan terjadi pada April, Mei, dan Juni, menjelang awal musim kemarau. Prediksi ini juga menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah di Indonesia akan mengalami kemunduran jadwal musim kemarau, dibanding tahun-tahun sebelumnya.
“Jika dibandingkan terhadap rata-rata klimatologinya (periode 1991-2020), maka awal musim Kemarau 2024 di Indonesia diprediksi mundur di 282 zona musim atau ZOM (40 persen), sama di 175 ZOM (25 persen), dan maju di 105 ZOM (15 persen),” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangan resminya di Jakarta, 15 Maret 2024.
Adapun beberapa wilayah yang akhir musim hujannya diperkirakan mundur adalah sebagian Sumatra Utara, sebagian Riau, Lampung, Banten, Jakarta, Jawa Barat, DIY, dan Jawa Timur. Selain itu, hal ini juga terjadi di sebagian besar Kalimantan, sebagian Bali, NTB, sebagian NTT, sebagian Sulawesi Tenggara, sebagian Sulawesi Barat, sebagian besar Sulawesi Tengah, Gorontalo, sebagian Sulawesi Tengah dan sebagian Maluku.
Sebelumnya, Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG, A. Fachri Radjab, menyebutkan bahwa musim kemarau di Indonesia diprediksi akan terjadi pada Mei-Juni 2024. Meski begitu, beberapa wilayah telah mulai memasuki periode kemarau--meski di sebagian wilayah yang lain masih menjalani puncak musim hujan.
"Beberapa daerah yang sudah memasuki periode kemarau, seperti Aceh, Sumatera Utara bagian timur, dan Riau. Karena di wilayah itu memang terjadi dua kali musim hujan, dan saat ini sudah masuk musim kemarau,” kata Fachri dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah Tahun 2024, yang disiarkan langsung akun YouTube Kementerian Dalam Negeri, 5 Februari 2024.
Pada kesempatan berbeda, Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Eddy Hermawan mengatakan, musim hujan seharusnya hanya terjadi hingga akhir Januari. Penyebabnya, fenomena El Nino moderat. El Nino yang membawa kekeringan ke wilayah Indoneia diprediksi baru akan menghilang Mei nanti, setelah terdeteksi sejak Mei tahun lalu.
Eddy menjelaskan, fenomena hujan yang sekarang turun di berbagai daerah di Indonesia dipengaruhi oleh Monsun Asia atau angin barat. Angin musim yang bersifat periodik itu membawa uap air dari Siberia, Jepang, Hong Kong hingga Vietnam ke Indonesia dan menghasilkan hujan.
Menurut dia, Monsun Asia lebih dominan daripada El Nino moderat yang tengah berlangsung. Alhasil, hujan masih bisa turun terutama di wilayah selatan Indonesia, seperti Sumaetra bagian timur dan Pulau Jawa. “Walaupun El Nino tidak kuat, tetapi ada efek mengurangi jumlah curah hujan yang bakal masuk ke Indonesia,” ucapnya.
RADEN PUTRI