Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Laporan PBB: Perdagangan Gading dan Cula Turun, Trenggiling Naik

Dalam kurun 2014 sampai 2018, jumlah sitaan sisik trenggiling, yang umumnya diperoleh di Afrika, naik 10 kali lipat.

11 Juli 2020 | 12.01 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Petugas menunjukkan seekor Trenggiling (Paramanis javanica) yang telah di bekukan saat akan dimusnahkan di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Juanda, Surabaya, 8 Juli 2015. FULLY HANDOKO

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, WinaLaporan PBB tentang pasar gelap satwa liar yang terbit Jumat, 10 Juli 2020, menyebut penjualan gading gajah ilegal di dunia turun di saat perdagangan pangolin atau trenggiling naik sepanjang empat tahun terakhir. "Laporan Kejahatan Satwa Liar Dunia (The World Wildlife Crime Report) 2020 memuat kabar baik dan kabar buruk," kata Angela Me, peneliti di Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC) yang merilis laporan itu. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

UNODC lewat Laporan Kejahatan Satwa Liar Dunia 2020 mengatakan bahwa perdagangan gelap gading gajah sempat naik pada 2011-2013. Volumenya menurun setelah beberapa negara, khususnya Cina, melarang penjualan gading pada 2017. Namun dalam empat tahun terakhir--UNODC terakhir kali menerbitkan laporan pada 2016--perdagangan gelap trenggiling justru meningkat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Trenggiling termasuk salah satu mamalia yang dilindungi dan kini populasinya terancam punah. Menurut isi laporan UNODC, hewan yang hidupnya menyendiri dan biasa beraktivitas pada malam ini kerap jadi bahan obat tradisional Cina.  

Bukan hanya trenggiling yang meningkat diperdagangkan secara ilegal, tapi juga batang pohon sonokeling, beberapa bagian tubuh harimau, dan belut eropa (Anguilla anguilla). Sedang bersama gading gajah, yang juga menurun, kata Me adalah cula badak. 

Ada beberapa faktor yang menyebabkan pergeseran itu. UNODC juga dibatasi oleh definisi perdagangan gelap yang masih kabur. Namun umumnya, perdagangan dan penyelundupan satwa liar melibatkan aktivitas berburu di Afrika, yang hasilnya diselundupkan ke Asia, utamanya Cina, pasar satwa liar terbesar dunia.

Perdagangan gelap gading di Cina kemungkinan turun karena persediaan yang masih banyak dan pengaruh larangan dari pemerintah. Harga gading ilegal di Cina juga disebutkan turun separuhnya dari nilai pada 2014 dan 2018. UNODC memperkirakan pendapatan yang dihasilkan dari penyelundupan gading pada 2016 sampai 2018 mencapai 400 juta dolar AS (sekitar Rp 5,7 triliun) per tahunnya. 

Dalam kurun yang sama, 2014 sampai 2018, jumlah sitaan sisik Pangolin atau trenggiling, yang umumnya diperoleh di Afrika, naik 10 kali lipat. Saat itu, penyelundup mulai beralih ke daging Pangolin, yang lebih banyak ditemukan di Asia. Setidaknya, 185 ton sisik Pangolin berhasil disita aparat pada rentang waktu itu. Dari jumlah itu, setidaknya 370 ribu Pangolin dibunuh untuk diambil sisiknya. "Pangolin saat ini kemungkinan jadi mamalia yang paling banyak diselundupkan di dunia," kata badan PBB itu.

Sumber: Reuters

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus