Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Mencegah Penebangan Pohon, ASRI Gagas Program Chainsaw Buyback

ASRI membeli gergaji mesin dari penebang pohon liar agar beralih ke pekerjaan lain.

22 November 2024 | 22.06 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Petugas ASRI membeli mesin gergaji milik para penebang dan menggantinya dengan modal usaha dalam program Chainsaw Buyback, hasil kolaborasi dengan Taman Nasional. Dok. Yayasan ASRI/ Nadya Ajlina

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Yayasan Alam Sehat Lestari (ASRI) mengadakan program Chainsaw Buyback untuk mencegah penebangan liar terhadap pohon-pohon di hutan. Program yang berjalan sejak 2017 ini menargetkan para penebang agar beralih profesi sekaligus menjaga kelestarian hutan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mereka yang jadi sasaran program ini adalah warga dari dusun-dusun yang tempat tinggalnya berbatasan dengan Taman Nasional Gunung Palung, Kalimantan Barat. “Target programnya merubah mata pencaharian dari menebang ke wirausaha lainnya,” kata Koordinator UMKM Chainsaw Buyback Yayasan ASRI, Agus Novianto, saat dihubungi pada Jumat, 22 November 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Agus mengatakan, para penebang diberdayakan kembali dengan pendampingan usaha setiap bulannya. Mereka diberikan modal dengan syarat menyerahkan gergaji mesin yang biasa digunakan menebang pohon di hutan, serta komitmen tidak kembali kepada pekerjaan lama.

Perhitungan pemberian modal berdasarkan kategori aktif dan pasif sebagai penebang. Penebang aktif yang masih beraktivitas empat bulan terakhir diberi Rp 4 juta dan bisa meminjam modal usaha sampai Rp 6 juta. Kemudian penebang pasif yang sudah tidak melakukan penebangan namun masih memiliki gergaji mesin untuk disewakan, diberikan Rp 3 juta. “Tanpa jaminan, tanpa bunga, tanpa denda dan wajib dibelanjakan modal usaha seluruhnya bersama staf ASRI,” tutur Agus.

Melansir dari situs resmi Yayasan ASRI di alamsehatlestari.org, masyarakat di sekitar hutan Kalimantan terpaksa bekerja sebagai penebang liar karena kesulitan mengakses pekerjaan lain. Mereka bekerja dengan menghadapi berbagai risiko, seperti ancaman pidana, kecelakaan kerja, dan tertular penyakit di alam liar.

Pekerjaan lama mereka ini turut mengancam keberlangsungan keanekaragaman hayati akibat banyak habitat yang hilang setelah pohon ditebang. Gundulnya hutan akan berkontribusi luas terhadap publik karena berkontribusi pada krisis iklim.

Agus mengatakan saat ini sudah ada 307 unit gergaji yang telah dibeli dari para penebang. “Dari logger aktif sebanyak 93 dan pasif berjumlah 214 unit,” ucapnya.

Program Chainsaw Buyback juga merupakan kerja sama dengan Balai Taman Nasional Gunung Palung untuk mengatasi penebangan liar. Kehadiran program ini, kata Agus, akan membuat para penebang menjadi mitra wirausaha sukses dan mandiri.

Pilihan Editor: 

M. Faiz Zaki

M. Faiz Zaki

Menjadi wartawan di Tempo sejak 2022. Lulus dari Program Studi Antropologi Universitas Airlangga Surabaya. Biasa meliput isu hukum dan kriminal.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus