Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Mengapa harus abri

Penghijauan oleh abri manunggal reboisasi (amr) di nilai berhasil, termasuk di gunung balak, lampung. wawancara tempo dengan ksad rudini tentang tujuan amr, pelaksanaan, program, jumlah anggota amr, dst.

10 Mei 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DIAM-diam, tanpa banyak publikasi, ABRI ikut bertindak menyelamatkan hutan. Sejak 1983, dalam rangka program ABRI Masuk Desa (AMD), dilakukan juga apa yang disebut ABRI Manunggal Reboisasi (AMR). Pada tahun pertama itu 6.520 hektar tanah dihijaukan kembali. Tahun-tahun berikutnya, kawasan yang dihutankan lagi terus bertambah - terakhir 1986/1987, direncanakan sekitar 10 ribu hektar di lima provinsi. Jumlahnya memang kecil bila dibandingkan dengan 20 juta hektar di lahan kritis yang ada di Indonesia saat ini. Toh usaha itu memang patut digalakkan, mengingat penggundulan hutan di Indonesia berjalan begitu cepat. Dalam dua dasawarsa, sejak 1950, Indonesia diperkirakan telah kehilangan 9 juta hektar hutan tropisnya. Selain karena kerusakan alam (erosi, kebakaran), kerusakan hutan sebagian besar disebabkan ulah manusia (pembabatan dan pengusahaan hutan). Menurut badan pelestarian alam internasional (WWF/IUCN), sejak 1976, saat hutan Indonesia dijadikan sumber devisa tercatat 550 ribu hektar rusak setiap tahun. Penggundulan hutan untuk permukiman termasuk soal yang memusingkan, karena usaha reboisasi biasanya ditentang keras para pemukim tersebut. AMR ternyata bisa mengatasi masalah itu. Kasus Gunung Balak, Lampung Tengah, merupakan contoh (TEMPO, 3 Mei 1986). Untuk mendapat penjelasan lebih lanjut tentang AMR, pekan lalu wartawan TEMPO Rudy Novrianto menemui KSAD Jenderal Rudini, penanggung jawab operasional AMR. Petikan wawancara tersebut: Apa latar belakang dan tujuan AMR ini? AMR merupakan perintah Presiden, melalui Pangab, agar ABRI ikut serta membantu pelaksanaan reboisasi. Juga turut serta membantu dan mempercepat upaya pelestarian hutan, dan harus sukses pelaksanaannya. Apakah tidak akan tumpang tindih dengan tugas Kehutanan? Jelas, tidak, karena ABRI hanya membantu. Lagi pula, AMR tidak membawa program sendiri, melainkan menerima program dari Kehutanan. Terutama untuk daerah-daerah yang sulit dikerjakan pihak Kehutanan atau kontraktor-kontraktor swasta. ABRI, sambil berlatih, bisa melaksanakannya sesuai dengan petunjuk teknis dari departemen. Bagaimana pengadaan bibitnya? Dari Kehutanan. Tapi mulai tahun ini, AMR juga sudah bisa menyediakan bibit sendiri. Soalnya, di masa lalu hambatan yang ada karena terlambatnya bibit. Dengan melakukan pembibitan sendiri, ABRI bisa diserahi pelaksanaan reboisasi secara paket. Mulai dari pembibitan, penanaman, pemeliharaan di tahun pertama dan kedua. Setelah itu baru diserahkan ke Departemen Kehutanan. Semua ini program dari Kehutanan di provinsi masing-masing, yang telah dianggarkan. Mengapa harus ABRI yang dipilih melaksanakan program ini? Reboisasi menyangkut masalah yang cukup kompleks. Teknis dan nonteknis. Juga letak lokasi yang terpencil, keadaan medan yang berat. Seperti di Kalimantan Tengah, sulit mendapatkan tenaga kerja dan sarana terbatas. Kalau ABRI 'kan bisa mendirikan tenda, memasak sendiri, dan melaksanakan penanaman sambil perang-perangan. Dengan diserahkan kepada ABRI, biaya bisa dihemat karena ABRI tidak menerima bayaran. Banyak yang mengatakan program AMR berhasil. Ya, karena kami mampu mengerahkan peran serta rakyat sekitar. Juga rakyat tahu, membantu itu bukan sekadar kerja bakti, tapi juga menerima honor. Sesuai dengan sistem honor padat karya yang ditetapkan Departemen Tenaga Kerja, mereka mendapat Rp 2.500 per hari. Berapa anggota ABRI yang terlibat di dalam AMR? Tidak tentu. Tergantung lingkungan yang akan dikerjakan. Biasanya, untuk 1.000 hektar dikerahkan 1 Satuan Setingkat Kompi (SSK) yang berkekuatan 150 pasukan. Tapi untuk daerah seperti NTB, dikerahkan 1 SSK untuk kawasan seluas 500 hektar. Jumlah itu belum ditambah dengan tenaga masyarakat sekitar. Konon, ada sejumlah purnawirawan ABRI yang juga disalurkan sebagai polisi hutan. Benar. Ada instruksi dari Pangab. Cuma jumlahnya sedang diproses. Tapi jangan dikira ABRI yang disalurkan itu mereka yang sudah lanjut usia. Mereka adalah para prajurit atau tamtama yang telah memasuki usia pensiun pada umur 42 tahun. Tentu saja, mereka masih kuat untuk dijadikan polisi hutan. Bagaimana sebetulnya konsep ABRI dalam menjaga lingkungan? ABRI adalah stabilisator dan dinamisator pembangunan. Kami juga mencoba menanamkan rasa kesadaran masyarakat untuk turut melestarikan lingkungan dan sumber daya alam. Juga jangan heran kalau banyak hutan cadangan diserahkan kepada ABRI untuk dijadikan tempat latihan perang atau menembak. Pemerintah pun akan merasa aman dari gangguan para penebang pohon. Sebab, mana ada yang berani masuk, kalau membaca papan bertuliskan "daerah latihan ABRI". "Bisa-bisa dijadikan sasaran peluru latihan. . . " (ha, ha, ha, ha). Kerusakan yang disebabkan meriam ABRI, relatif lebih kecil jika dibandingkan ulah tangan manusia. Ledakan peluru belum tentu menumbangkan pohon, paling-paling hanya merontokkan daun atau rantingnya. Lalu, apakah AMR masih akan berlanjut terus? Tugas seperti AMR tak perlu harus ABRI. Program yang sekarang ini hanya untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak. Hanya saja, hasil yang dicapai selama ini bisa dijadikan wahana pengkajian dan percontohan. Tanpa kesadaran masyarakat sekitar untuk mau merawat dan mengamankan apa yang telah dicapai, saya kira usaha yang selama ini dilakukan akan sia-sia. Kalau nanti, di kemudian hari, pemerintah atau swasta sudah mampu menangani sendiri, mengapa harus ABRI ?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus