Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Menteri Hanif Faisol Ungkap Dua PR Besar di TPST Bantargebang

Hanif Faisol mengatakan bahwa salah satu fokus pemerintah adalah memperbesar kapasitas dan skala industri pengolahan sampah.

28 Oktober 2024 | 07.40 WIB

Sejumlah petugas pemadam kebakaran dan alat berat eskavator melakukan proses pendinginan TPST (Tempat Pembuangan Sampah Terpadu) Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat, Minggu 29 Oktober 2023. Menurut penuturan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta luas TPST zona 2 yang terdampak 2 sampai dengan 3 hektar dan proses pendinginan masih berlangsung hingga malam hari ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah
Perbesar
Sejumlah petugas pemadam kebakaran dan alat berat eskavator melakukan proses pendinginan TPST (Tempat Pembuangan Sampah Terpadu) Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat, Minggu 29 Oktober 2023. Menurut penuturan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta luas TPST zona 2 yang terdampak 2 sampai dengan 3 hektar dan proses pendinginan masih berlangsung hingga malam hari ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq mengungkapkan dua persoalan utama di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu atau TPST Bantargebang, Kota Bekasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Pertama, berkaitan dengan volume timbunan sampah yang hampir menyentuh 55 juta ton, dan yang kedua, berkaitan volume sampah harian yang berkisar 7.500 hingga 7.800 ton per hari.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

“Jadi dua hal ini harus diselesaikan dengan cara yang berbeda-beda, cara penanganan yang memang harus spesifik pada obyeknya,” kata Hanif saat kunjungan ke TPST Bantargebang, Bekasi, Ahad, 27 Oktober 2024.

Hanif mengatakan bahwa salah satu fokus pemerintah adalah memperbesar kapasitas dan skala industri pengolahan sampah, khususnya dalam pemanfaatan RDF (Refuse Derived Fuel) sebagai bahan bakar alternatif. RDF memiliki potensi untuk mendorong industrialisasi pengelolaan sampah yang dapat menjadi sektor menguntungkan, terutama jika harga jual RDF bersaing di pasaran.

Menurut dia, semakin luas penerimaan RDF sebagai bahan bakar, semakin besar pula minat masyarakat untuk berpartisipasi dalam industri pengelolaan sampah.

“Penting untuk membangun industri ini menarik, sehingga sampah itu kalau sudah harganya menarik, akan menjadi industrialisasi,” tuturnya. "Kalau industrialisasi, kita semua bisa bayangkan teman-teman akan datang ke sini untuk menambang sampah itu."

Hanif menekankan bahwa industri pengolahan sampah tidak bisa hanya menjadi cost center/eco center, melainkan harus dikembangkan menjadi benefit eco center. Oleh karena itu, dua hal ini harus dibangun dengan serius di Indonesia sebagai upaya menyelesaikan masalah sampah secara berkelanjutan.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus