Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Naturalisasi dan Normalisasi Sungai untuk Penanganan Banjir, Apa Bedanya?

Alih fungsi wilayah hulu sungai di dataran tinggi menjadi salah satu penyebab banjir. Penanganan wilayah hulu dan hilir penting dilakukan.

8 Maret 2025 | 08.06 WIB

Normalisasi aliran sungai yang terhambat sampah di Jembatan Punjung, Trenggalek, Jawa Timur, 16 Desember 2024. ANTARA/Destyan Sujarwoko
Perbesar
Normalisasi aliran sungai yang terhambat sampah di Jembatan Punjung, Trenggalek, Jawa Timur, 16 Desember 2024. ANTARA/Destyan Sujarwoko

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Empat kawasan wisata di dataran tinggi Jawa Barat disegel. Langkah itu diklaim sebagai tindakan penyelamatan wilayah hulu sungai dari alih fungsi lahan. Kerusakan hulu sungai akibat alih fungsi diyakini sebagai salah satu penyebab banjir di sejumlah wilayah Jawa Barat di awal Maret 2025.

Banjir di selalu menjadi masalah yang berulang setiap tahun, terutama saat musim hujan. Selain memperbaiki hulu sungai, konsep penanganan banjir juga mengenal perbaikan hilir sungai. Biasanya terbagi menjadi dua cara, yaitu normalisasi dan naturalisasi sungai. Apa perbedaan dua hal itu?

Definisi Naturalisasi Sungai

Naturalisasi sungai adalah upaya untuk mengembalikan kondisi alami sungai yang telah berubah akibat pembangunan. Dikutip dari website Institut Teknologi Sepuluh Nopember, proses ini melibatkan pemulihan aliran sungai yang dulunya berkelok-kelok atau disebut meander dan memperbaiki ekosistem sungai dengan menanam berbagai jenis tanaman di bantaran sungai.

Penanaman tanaman ini bertujuan untuk memperbesar kapasitas resapan air dan mengurangi aliran air yang berlebihan. Selain itu, naturalisasi juga dapat memperbaiki kualitas air sungai dan memperindah pemandangan di sekitar sungai.

Hal itu berbeda dengan normalisasi sungai yang sering dilakukan dengan cara pengerukan dan pembuatan dinding beton untuk mempercepat aliran air, naturalisasi lebih berfokus pada pemulihan fungsi alami sungai. Tujuan utamanya adalah meningkatkan kemampuan sungai dalam menampung air, terutama saat hujan deras, sehingga dapat mengurangi potensi banjir.

Penerapan naturalisasi sungai 

Normalisasi sungai telah dilakukan di sejumlah wilayah langganan banjir. Di Jakarta misalnya, konsep tersebut pernah dilakukan di daerah aliran sungai (DAS) Ciliwung. Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022, Anies Baswedan menyatakan naturalisasi Ciliwung adalah pengelolaan sungai dengan mengembangkan ruang terbuka hijau yang dapat mendukung konservasi air dan mengurangi genangan air.

"Salah satunya (solusi) ada soal naturalisasi sungai. Bagaimana sungai itu bisa mengelola air dengan baik, bagaimana mengamankan air tidak melimpah, tapi juga ekosistem sungai dipertahankan," kata Anies di Jakarta Utara pada Rabu, 7 Februari 2018.

Program ini juga melibatkan pembuatan dinding sungai dengan bronjong batu kali dan penanaman pohon di tepi sungai untuk meningkatkan kapasitas resapan air ke dalam tanah. Meskipun naturalisasi dianggap memberikan manfaat bagi ekosistem, ada tantangan besar dalam pelaksanaannya, terutama di daerah hilir Jakarta yang sudah padat pemukiman.

Ahli hidrologi, Irfan B. Pramono mengungkapkan bahwa naturalisasi lebih efektif diterapkan di daerah hulu atau tengah Daerah Aliran Sungai (DAS), di mana masih ada ruang terbuka yang memungkinkan penanaman tanaman dan pengembalian sungai ke bentuk alami. Di daerah hilir, ruang terbuka terbatas, sehingga dampaknya terhadap pengurangan banjir akan lebih kecil.

"Proses naturalisasi kurang efektif dilaksanakan di hilir atau Jakarta karena daerah resapannya sudah berkurang. Upaya ini apabila dilakukan di hilir hanya bisa mengurangi banjir sebesar 5 sampai 10 persen,” ujar Irfan pada Selasa, 7 Januari 2020, dikutip dari laman Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

“Sebaliknya, upaya naturalisasi lebih efektif dilakukan di tengah dan hulu DAS. Upaya ini bisa mengurangi banjir di Jakarta kurang lebih sebesar 50 persen jika ditambahkan dengan pembuatan penampungan air di kanan-kiri sungai,” kata dia.

Kombinasi Naturalisasi dan Normalisasi untuk Penanggulangan Banjir

Dilansir dari website Institut Teknologi Sepuluh Nopember, penanggulangan banjir membutuhkan pendekatan yang komprehensif dan berkelanjutan. Oleh karena itu, banyak pihak menyarankan kombinasi antara naturalisasi dan normalisasi sungai.

Normalisasi adalah teknik untuk mempercepat aliran air ke laut, biasanya dilakukan dengan pengerukan sungai dan pembuatan dinding beton di tepi sungai. Meskipun metode ini memberikan hasil cepat dalam mengurangi banjir, normalisasi memiliki kelemahan, seperti penurunan muka tanah dan potensi intrusi air laut.

Di sisi lain, naturalisasi memberikan hasil yang lebih lambat, tetapi lebih berkelanjutan, karena selain mengurangi risiko banjir, naturalisasi juga memperbaiki kualitas lingkungan dan meningkatkan daya resap air. Karenanya, Irfan B. Pramono menyarankan agar kedua pendekatan ini digunakan secara bersamaan.

Normalisasi bisa diterapkan di hilir untuk memperlancar aliran air, sementara naturalisasi dilakukan di hulu dan tengah DAS untuk meningkatkan kapasitas sungai dalam menampung air. Kombinasi ini diyakini dapat memberikan solusi yang lebih optimal dalam mengurangi banjir di Jakarta.

Dengan melakukan naturalisasi di daerah hulu dan normalisasi di hilir, Jakarta dapat mengurangi dampak banjir dalam jangka pendek dan panjang secara lebih efektif. Selain itu, peningkatan kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai dan memperbaiki saluran drainase juga menjadi bagian dari solusi yang harus terus digalakkan.

M Yusuf Manurung turut berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Pilihan Editor: Penyebab Banjir di Bekasi Tahun Ini Lebih Besar Ketimbang Sebelumnya

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus