INILAH kabar gembira untuk petani cokelat: mereka tak lagi dituntut keterampilan menyuntikkan insektisida bila tanaman cokelatnya diserang penyakit hama penggerek batang Zeuzera coffeae, atau menutup lubang-lubang yang ditimbulkan hama tersebut dengan kapas dibasahi insektisida Azodrin dan Thiodan. Kedua cara yang merepotkan pekerja dan menguras kocek pemilik perkebunan itu kini sudah boleh ditinggalkan. Pusat Penelitian Perkebunan (Puslihut) Rispa, Medan, telah menemukan cara efektif dengan biaya rendah. Cara baru pembasmian hama itu ditemukan secara tak sengaja, ketika 1.000 ha kebun cokelat PTP IX di Mariendal, Sumatera Utara, terserang hama Zeuzera coffeae pada pertengahan 1988. Hama ini memang secara periodik menyerang tanaman cokelat -- terutama pada musim kemarau. Hama penggerek batang ini, yang termasuk keluarga Cossidae dari ordo Lepidoptera, adalah musuh menakutkan petani cokelat. Betapa tidak. Seekor hama betina zeuzera coffeae sanggup mengeluarkan 1.000 telur berwarna kekuningan dan menempatkannya secara berkelompok pada cabang atau ranting muda tanaman cokelat. Dari telur itulah keluar larva muda yang akan berkelana dari satu ranting ke ranting lain dengan menggunakan benang sutera dari air liurnya. Hama rakus ini akan menggerek semua bagian kayu tanaman cokelat, mulai dari batang, cabang, sampai ranting. Kerakusan hama putih berbintik hitam dengan siklus hidup 4 sampai 5 bulan ini terlihat dari tumpukan kotoran berwarna cokelat kemerahan di pangkal batang. Penggerekan yang dilakukan pada malam hari itu akan membuat batang, cabang, atau ranting tanaman cokelat muda mengering. Selain itu, terutama pada tanaman muda, akibat gerekan berbentuk terowongan yang memanjang ke atas, pohon mudah tumbang bila tertiup angin. Tanaman dewasa, meski tak kebal hama, masih bisa bertahan hidup bila mendapat serangan zeuzera coffeae. Setelah dua peneliti dari Rispa, Condro Utomo dan Dj. Pardede, melakukan penelitian terhadap hama tersebut, ditemukan sebagian larva zeuzera coffeae sedang diganyang jamur Beauveria bassina. Melihat penemuan di bawah mikroskop itu, Condro Utomo dan Pardede tergerak untuk mengisolasi dan memurnikan jamur tersebut, dan berhasil. Ternyata, pengembangbiakan jamur Beauveria bassina tak sulit dan tak butuh banyak biaya. Cukup dengan menyediakan kentang dan bubuk deterjen. Dengan menumbuhkan jamur pada potongan kentang, setelah terlebih dulu disterilkan, akan banyak terbentuk konidia (spora jamur) untuk melipatgandakan jumlah jamur. Sedangkan fungsi bubuk deterjen adalah sebagai bahan pembasah agar penyebaran konodia homogen. Setelah jamur dibiakkan tiga kali, media pembuatan jamur harus direinfeksi dengan larva zeuzera coffeae untuk mempertahankan virulensi jamur. Setelah itu, jamur dimurnikan dengan mengiris tipis secara melintang larva yang terinfeksi, lalu direndam dalam larutan natrium hipoklorit 5% selama tiga menit. Sesudah dikeringkan, jamur diinolukasikan pada media Potato Dextrosa Agar. Ketika dilakukan pengujian dengan mencelupkan ranting cokelat dalam konidia jamur Beauveria bassina, ternyata hasilnya amat efektif. Hama sudah mulai gelisah pada hari pertama dan kedua. Mengenai kecepatan pembasmian, hama tersebut tergantung dari konsentrasi konidia per milimeter. Makin tinggi konsentrasi, makin cepat larva tewas. Dengan konsentrasi 1,18 kali 10 pangkat 7 per milimeter, larva mulai mati pada hari ketujuh. Kematian hama oleh konidia jamur terjadi karena penetrasi pada permukaan kulit larva melalui lubang spirakel maupun bagian tubuh larva yang lunak. Juga bisa karena konidia tertelan sewaktu larva menggerek lalu terbawa dalam saluran pencernaan dan merobek dinding usus. Keandalan pengendali hayati ini tak tertandingi oleh insektisida. Ini terbukti dari percobaan pemberantasan hama Zeuzera coffeae pada dua pohon cokelat dengan dua cara berbeda. Ketika pohon cokelat yang disemprot dengan jamur dibelah, 85% larva menghentikan aktivitasnya pada hari kedelapan. Sedangkan pada pohon lain yang lubang-lubangnya dari hama penggerek itu disumbat dengan insektisida, ternyata hama tetap bergerak hilir-mudik pada saluran tersebut. Keuntungan lain, cairan jamur tidak menimbulkan bau mencurigakan, sehingga larva tidak menjadi waspada. Sebaliknya bila disemprot dengan insektisida. Di samping itu, harga kedua pembasmi hama ini juga berbeda jauh. Untuk pemberantasan hama tanaman cokelat pada kebun seluas 1-2 ha, hanya dibutuhkan sebotol suspensi jamur Beauveria bassina, yang harganya cuma Rp 2.500. Harga seliter insektisida hampir enam kalinya: Rp 14.000. Penemuan Condro dan Pardede ini jelas sangat membantu. Di Sumatera Utara saja terdapat 31.000 ha kebun cokelat yang punya potensi mendapat serangan hama tersebut. Apalagi hama tamak ini juga diketahui mengganyang tanaman kopi, kina, kapas, apokat, sirsak, kayu cendana, sampai mawar. Diah Purnomowati dan Mukhlizardy Mukhtar (Medan)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini